"Hey kok ada di sini!" Kami sama-sama kaget ketika sore itu bertemu di front desk sebuah hotel terbaik di Yogyakarta.
"Baru datang?, Mbak Irma sama siapa?" tanyaku.
"Sendiri," jawabnya, "Udah berapa lama disini?" ia balik bertanya.
Mbak Irma adalah istri kakak iparku. Ia baru datang mendapat tugas
mendadak dari kantornya dan besok sore sudah pulang lagi ke Jakarta.
Sedangkan aku baru pulang dari tempat kerja, sudah tiga hari di Yogya
dari rencananya seminggu. Karir Mbak Irma di kantornya memang cukup
baik, bahkan penghasilannya jauh lebih baik ketimbang suaminya. Jika
bertemu aku, ia cukup antusias membicarakan masalah-masalah pekerjaan.
Sedangkan suaminya biasanya diam saja mendengarkan dan tidak bisa
mengikuti pembicaraan.
Mbak Irma mempunyai paras yang cantik, tetapi yang lebih mengundang
pikiran jorok para lelaki adalah tubuhnya yang mungil dan sintal amat
seksi. Menyadari kelebihannya itu, ia selalu memakai celana panjang dan
baju-baju atau kaos yang ketat. Seakan sengaja mempertontonkan buah
dada dan lekukan-lekukan indah tubuhnya. Terus terang setiap bertemu
atau berbicara dengannya aku tidak kuat lama-lama menatapnya. Aku
seringkali berpaling ke arah lain kalau berbicara dengannya. Keadaan
itu justru membuat janggal hubungan kami. Mbak Irma seakan mengerti
usahaku untuk menjinakkan liar mataku. Aku hampir tak pernah bisa
bicara dengannya secara santai. Parasnya yang sensual selalu membuatku
gelisah. Pernah suatu saat aku mencoba untuk bersikap santai berbicara
sambil menatap matanya yang bening. Tetapi lama-kelamaan mataku terasa
berat kemudian semakin berat lagi seolah menahan beban puluhan ton.
Akhirnya mataku merasa capai sehingga kemudian pandanganku turun,
kemudian turun lagi dan berhenti pada buah dadanya yang menyembul di
balik kaosnya yang ketat. Aku menarik nafas panjang sebelum kemudian
tersadar kembali. Akan tetapi kesadaran itu sudah terlambat, Mbak Irma
telah menangkap basah kelakuan mataku yang nakal. Entah apa yang
dipikirkan Mbak Irma saat itu. Ia kemudian merubah posisi duduknya.
Setelah kejadian itu aku semakin tidak berani menatap Mbak Irma.
Akan tetapi sekarang Mbak Irma ada di depanku. Setelah check in,
aku membantu Mbak Irma membawakan tasnya ke kamarnya. Ketika berjalan
di lorong hotel, aku sempat memperhatikan pantat Mbak Irma yang sintal
seolah meliuk-liuk menggoda kejantananku. "Lumayan juga hotelnya,"
ujarnya sambil memperhatikan sekeliling kamar. Setelah menyimpan
barang-barangnya di lemari, aku kemudian duduk di kursi menghadap ke
tempat tidur. Sementara itu Mbak Irma kemudian melepaskan jaketnya
sehingga kini yang tersisa adalah tang top-nya yang berwarna hitam
dengan celana ketatnya berwarna hitam juga. Dengan baju yang relatif
minim itu, kini belahan dada dan pangkal lengan Mbak Irma semakin
terbuka. Aku mengagumi begitu mulus dan putihnya tubuh Mbak Irma.
"Aduh capai juga," gumannya. Setelah minum aqua yang tersedia di
meja kecil kemudian dia berjalan menghampiri tempat tidur. Tidak
disangka-sangka ia kemudian membalikkan badannya kemudian merebahkan
badannya di tempat tidur sementara kakinya menggantung ke lantai. Apa
yang terlihat adalah onggokan kewanitaannya yang menyembul di balik
celananya yang relatif tipis. Bahkan belahan diantara dua bibir
kemaluannya pun tampak dengan jelas terlihat. Suasana dalam kamar yang
hening dan nyaman itu ikut membantu meningkatkan nafsuku. Detak
jantungku semakin terasa memburu. Aku merasakan ada aliran panas antara
jantung sampai ke tenggorokan. Nafasku menjadi tersengal-sengal.
Beberapa kali aku menarik nafas panjang mencoba menenangkan diri.
Kejantanan dan sekitarnya terasa panas dan kaku atau entah apa rasanya.
Kini kepalaku terasa pusing, mungkin peredaran darahku menjadi
tidak teratur. Dalam keadaan tersebut pikiran warasku telah terbang
entah ke mana. Aku mencoba lagi sekuat tenaga untuk mengendalikan diri,
terlintas di pikiranku untuk segera lari secepat kilat menerjang pintu
menjauhi situasi yang sangat menyiksa itu. Akan tetapi semakin lama aku
semakin tidak dapat mengendalikan diri. Dalam pikiranku, aku ingin
berbuat sesuatu. Kalaulah nanti terjadi apa-apa dan Mbak Irma marah,
aku akan segera balik menyalahkan Mbak Irma, kenapa bersikap begitu,
mengundang nafsuku sebagai laki-laki yang normal. Tekadku sekarang
telah terfokus. Aku ingin meraba onggokan indah di selangkang Mbak Irma
itu. Akan tetapi tanganku kini menjadi kaku. Seakan erat menempel pada
sandaran kursi. Akan tetapi kepalaku yang sudah semakin pusing dan
darahku yang semakin mendidih telah mendorongku untuk berbuat nekat.
Setelah aku berdiri, tampaklah wajah sensual Mbak Irma beserta dua
payudaranya yang montok. Matanya menatapku, mestinya dia tahu
gelagatnya bahwa aku sedang mendekatinya. Kalaulah dia akan menolak,
semestinya dia segera merubah posisi tubuhnya pikirku. Akan tetapi ia
hanya menatapku. Berarti dia tidak menghindar terhadap semua
kemungkinan yang akan terjadi pikirku. Tanpa basa-basi aku mengelus
onggokan yang kuimpikan itu, kemudian aku berjongkok mencium onggokan
itu dalam-dalam. Aku menciumnya dengan nafas yang panjang sampai
paru-paruku penuh. Betul juga dugaanku, dia tidak marah. Dia
menggelinjang sebentar, tanpa merubah posisi tubuhnya. Setelah
menciumnya dengan penuh kelembutan, aku bangkit kembali, kemudian
merayap di tempat tidur menghampiri wajahnya.
"Mbak aku nggak tahan.." ucapku mesra.
"Ah Ronny.." sahutnya.
"Mbak, aku ingin menyetubuhimu," godaku.
Sengaja aku mengucapkan kata-kata jorok untuk membangkitkan birahinya. Dia tertawa kecil.
"Ron, seharusnya jadwalku ke Yogya baru minggu depan, tetapi
sengaja kupercepat menjadi hari ini setelah tahu bahwa kamu ada di
sini," ucapnya.
Nah lo. Pengakuannya bagaikan guntur yang menggema ke seluruh ruangan. Berarti dia ingin ketemu aku.
"Mbak.." gumanku. Aku segera merangkulnya kemudian menyeret
tubuhnya ke atas sehingga seluruh tubuhnya kini berada di atas kasur.
Aku memeluknya, menindihnya, kemudian menciumi pipi kiri dan kanannya
penuh kemesraan. Sedangkan kedua tangan Mbak Irma merangkul pundakku,
erat sekali. Nafas kami sama-sama memburu. Terasa kenyal buah dadanya.
Lama aku menggumulinya, menciumi lehernya kemudian bawah telinganya
baik kiri maupun kanan. Kami sama-sama menarik nafas panjang. Mbak Irma
ternyata sangat bernafsu. Bibir sensualnya menyambar bibirku, kemudian
kami saling mengulum. Tampaknya ia mencari lidahku, kemudian kujulurkan
dan langsung dia hisap dalam-dalam. Tangan Mbak Irma terus
merayap-rayap di sekitar punggungku. Kini selangkangan Mbak Irma terasa
bergerak mengangkat ke atas dan ke bawah.
Kemudian aku duduk, kupelorotkan celana panjangnya berbarengan
dengan CD-nya sampai benar-benar terlepas. Tidak begitu susah karena
karet di sekitar pinggang celananya yang lentur, demikian juga Mbak
Irma ikut membantu. Gila benar. Di hadapanku terhampar pemandangan
surga dunia nan indah. Kulitnya sangat mulus, putih bersih bagaikan
pualam. Sementara di sekitar lubang surganya ditumbuhi bulu-bulu tipis
nan halus. Sementara bibir surganya sangat indah, mungil berwarna merah
kecoklatan. Aku segera mengulum bibir surganya itu. Aku remas-remas
menggunakan bibirku. Kembali aku melumat bibir-bibir surganya itu
dengan buasnya. Kedua kakinya kemudian ditekuk sehingga telapaknya
menapak di tempat tidur. Mbak Irma menggelinjang-gelinjang naik turun.
"Oh.. oh.. oh, Rud.." Aku segera menjulurkan lidah menyapu lubang
surganya dari bawah sampai ke atas. Sedangkan kedua tanganku memegangi
kedua paha mungilnya. Lidahku kemudian berputar-putar di sekitar
klitorisnya. Gerakan pinggulnya semakin lincah lagi demikian juga
nafasnya semakin memburu. Tidak lama kemudian kedua kakinya rapat
menjepit kepalaku diiringi erangan panjang yang memilukan. "Oh.."
Terasa ada cairan hangat mengalir dari lubang kenikmatannya. Ternyata
Mbak Irma telah mencapai orgasmenya. Aku menghentikan semua aktivitasku
sampai tubuh Mbak Irma lunglai. Kakinya kemudian dijulurkan lagi.
Sejenak kemudian Mbak Irma duduk, ia membuka dasi yang masih
mengikat di leherku, kemudian kancing bajuku satu-satu ia lepaskan.
Akupun kemudian membuka baju dan BH-nya. Wow.. Tampaklah payudara yang
montok menggantung kencang di dadanya. Aku tak habis pikir, mengapa
tubuh Mbak Irma begitu bagusnya. Kemudian Mbak Irma meraih ikat
pinggangku, melepaskannya kemudian celanaku pun ia pelorotkan. Akirnya
kami sama-sama telanjang. Sementara itu senjataku sudah tegak berdiri.
Aku langsung menyambar dan melumat payudara yang ranum itu dengan
rakusnya. Kemudian mendorong Mbak Irma sehingga rebah kembali. Namun
Mbak Irma meronta berusaha merubah posisinya, setelah kuberi kesempatan
ternyata ia berputar membentuk posisi 69, kemudian ia mengulum
kejantananku. Aku menggelinjang merasakan nikmatnya permainan bibir
mungilnya. Sementara itu, aku menikmati indahnya pantat Mbak Irma
kemudian meremas-remasnya. Mbak Irma pandai sekali memainkan lidah dan
bibirnya mengocok kejantananku. Aku menggelinjang-gelinjang lagi
merasakan nikmatnya yang tiada tara. Untuk mengimbangi permainan Mbak
Irma yang luar biasa, kemudian aku memainkan lubang kenikmatannya yang
sudah basah tidak karuan. Kemudian aku kocok menggunakan jari tengahku.
Rupanya Mbak Irma sudah tidak tahan.
Mbak Irma bergerak merubah posisinya kemudian duduk di sampingku
yang kini terlentang. "Ronn.. masukin yah," pintanya memelas. Aku hanya
mampu tersenyum. Mbak Irma kemudian mengangkang di selangkanganku. Ia
membimbing dan mengarahkan kejantananku ke lubang kenikmatannya.
Kemudian perlahan-lahan menurunkan pantatnya. Setelah kepala
kejantananku masuk, kemudian ia mengeluarkannya lagi dan kemudian
mengocoknya kembali. Kejantananku semakin dalam menerobos lubang
kenikmatannya yang mungil. Semakin dalam semakin terasa nikmat sekali
pijitan-pijitan lubang kenikmatannya. Aku tak dapat lagi menceritakan
bagaimana nikmatnya saat itu, apalagi Mbak Irma adalah fantasiku selama
ini. Kedua payudaranya kuremas-remas. Gerakan Mbak Irma semakin liar.
Desahannya semakin kencang. "Oh.. oh.. oh.." Ia terus mengocok
kejantananku. Semakin kencang. Semakin kencang lagi. Akhirnya Mbak Irma
menjatuhkan badannya ke dadaku. Wajahnya lekat diselusupkan di leherku.
Nafasnya tersengal-sengal. Sementara pantatku terus kudorong ke atas.
"Ron aku mau keluar.." desahnya tertahan. "Aku juga Ir.." jawabku. Tak
lama kemudian kami sama-sama mencapai klimaksnya. Terasa lubang
kenikmatannya berdenyut-denyut meremas kejantananku. Kami sama-sama
lunglai. Mbak Irma tertidur dalam pelukan di dadaku.
Sekitar sejam kemudian kami sama-sama kaget terbangun oleh dering
suara telepon. Ternyata HP Mbak Irma yang berbunyi. Mbak Irma kemudian
menjawabnya, "Hallo Pap.." Ternyata telepon dari kakak iparku,
suaminya. Ia duduk dengan kaki kirinya bersila sementara kaki kanannya
ditekuk tegak. Ia merunduk menempelkan HP di telinganya. Rambutnya
terurai menutupi wajahnya. Kemudian ia menyibakkan rambutnya. Tampak
sekali lagi wajah sensualnya seperti yang selama ini kulihat. Tapi kali
ini aku melihatnya dalam keadaan telanjang bulat. Tiba-tiba nafsuku
bangkit kembali. Kejantananku terasa memanas dan kemudian tegak
berdiri. Aku kemudian menghampirinya dan memeluknya. Tangan kiri Mbak
Irma berusaha mencegahku. Tetapi aku terus meremas payudaranya dari
belakang dan menciumi pundaknya.
Akhirnya Mbak Irma mengikuti kegilaanku selagi dia telepon
suaminya. Ia berusaha mengurangi pembicaraannya dan memancing suaminya
untuk terus berbicara. Nafsuku semakin memburu. Demikian juga Mbak
Irma. Ia menggeliat-geliat sambil memejamkan matanya. Kemudian aku
membimbingnya untuk menungging. Ia mengikutinya. Nafsuku semakin
memuncak lagi. Kali ini aku semakin terburu-buru. Kejantananku langsung
kumasukkan ke lubang kenikmatannya dari belakang. Pelan-pelan akhirnya
seluruh kejantananku masuk. Kedua pantat indahnya kupegang. Aku
lanjutkan dengan mengocok kejantananku. Aku semakin bergairah kala itu.
Tampaknya Mbak Irma semakin tidak tahan. Pipi kirinya jadi tumpuan di
atas bantal sementara HP-nya terus menempel di pipi kanannya. Aku terus
mengocoknya sampai terdengar bunyi, "Blep.. blep.. blep.." Tampaknya
Mbak Irma menutup HP-nya dan dilanjutkan dengan erangan yang tadi
tertahan. "Oh.. ohh.. oh.." tak lama kemudian kami sama-sama mencapai
puncak kenikmatan lagi. Kemudian kami berpelukan lagi. "Gila kamu,"
katanya sambil ketawa. Kemudian kami tertawa bersama-sama.
Ketika aku kembali ke Jakarta, aku beberapa kali menyakinkan diri
bahwa tidak ada yang janggal dari sikapku. Aku takut sekali kalau
perbuatanku sampai tercium. Demikian juga tatkala suatu saat Mbak Irma
sekeluarga datang ke tempatku yaitu tempat mertuaku, aku berusaha
menghindar darinya. Setelah basa-basi sebentar aku kemudian pergi ke
halaman belakang menyiram bunga-bunga. Namun Mbak Irma memang nakal, ia
malah sengaja mencari kesempatan menghampiriku pura-pura mau menjemur
baju anaknya. "Ronn.. kapan tugas ke luar kota lagi?" bisiknya sambil
melirik dan senyum menggoda.
Cerita Seks Terbaru Dan Terpanas Sepanjang Masa, silahkan Menikmati dan sebarkan Temen temen beceker,,,
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengenai Saya
Arsip Blog
-
▼
2012
(114)
-
▼
Agustus
(37)
- Papaku yang Nakal
- Pelajaran Bercinta
- Nyaris Aja........
- Mulusnya Ibuku, Nikmatnya Kakakku
- Mbak Irma
- Malam Indah Bersama Adik Sepupuku
- Lewat SMS
- Korban Jaman
- Keluarga Binal
- Istriku Selingkuh dengan Keponakan
- Istri Pamanku yang Menggairahkan
- Istri Kakakku yang Kesepian
- My Family Incest
- Tanteku yang Seksi Sekali
- Mengirim Berita
- Sendok & Benang
- BALON MAMA
- Anak TK
- Cerita mesum Agen Model Terkutuk
- Cerita Ngentot Istri Teman Kuliahku
- Tubuh Tante Reni
- Sopir dan Nyonya
- Wiwin Dan Anisya
- selingkuh dengan isteri tetangga
- cerita seks Pijat dan ngeseks dengan pembant (ceri...
- seks saat pramuka
- memamerkan keseksian pacar
- sekandal 4 Mata
- aku, kakakku dan teman kakakku
- rumahku surgaku
- papa tiriku
- mendandani IBU
- audisi FILM
- jadi polisi gadungan
- memamerkan tubuh istri di mall
- wartawati yg malang
- pusat rehabilitasi
-
▼
Agustus
(37)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar