Apa yang aku sampaikan ini benar terjadi tapi mungkin aku tidak begitu mahir untuk menuliskan dalam bentuk cerita.
Sebut
saja namaku BAGUS, umur 26 tahun, laki-laki, bekerja disalah satu
perusahaan pembiayaan (finance) ditempatkan di kota kecil Temanggung,
Jawa Tengah.
Dalam satu kantor terdapat 4 (empat) orang, 1/Aku
kepala kantor (cabang), 1 staff survey, 1 staff kolektor dan 1 staff
administrasi.
Dalam cerita ini aku mau menyampaikan apa yang terjadi setiap hari dikantor.
Staff admin-ku sebut saja namanya AYU, 19 tahun, kulit kuning, tinggi 165 cm, dengan BRA ukuran 32 (C), agak kurus.
Berawal
dari kepindahan AYU ke kantor kami sekitar bulan Pebruari 2006 (awal
bulan) menggantikan staff admin-ku sebelumnya yang mengundurkan diri
karena menikah dan ikut suami.
Di kantor kami biasa bicara apa adanya dan selalu diselingi dengan canda dan sering bercanda masalah sex.
Dan
hal ini sangat disukai oleh AYU. Pada suatu hari kami berempat sedang
sepi kerjaan (dan sebenarnya hampir setiap hari seperti itu), dimulai
dari ANDI (staff survey) yang bercanda dengan AYU dan mulai menjurus
kemasalah sex, kebetulan saat itu diluar hujan sangat deras. AYU
berkata,"Wah udara dingin gini penginnya pipis terus".
ANDI menimpali,"Alah paling sudah DOL itu punyamu".
"Enak aja, masih orosinil nih", balas AYU.
"Coba liat", seling CANDRA (staff kolektor).
"Enak aja", balas AYU.
Pembicaraan pun terus dilanjutkan dengan kebiasaan kami yang sering menyentuh tubuh AYU untuk sekedar menggoda.
Entah bagaimana awalnya, tiba-tiba ANDI berdiri dan memeluk AYU dari belakang yang akan membuat teh untuk menghangatkan badan.
Kontan AYU berteriak dan meronta.
Tapi
CANDRA menyusul kemudian dengan memeluk juga dari depan. Otomatis tubuh
AYU terhimpit oleh BAYU dan CANDRA. Aku cuma tersenyum melihat tingkah
mereka bertiga.
Selanjutnya aku tidak begitu jelas mendengar
pembicaraan mereka bertiga tapi yang selanjutnya terjadi dan aku sama
sekali tidak menduga...AYU diam berdiri, dan dari arah belakang ANDI
melepaskan kancing baju AYU satu persatu dan mencopot blouse yang
dikenankan AYU. Sedangkan CANDRA berjongkok didepan AYU dan menaikkan
roknya hingga terlihat CD warna coklat yang dikenakan AYU.
"Hey ngapain kalian", bentakku.
"Ah...bapak liat aja", kata ANDI
"Nanti juga bapak mau", kata CANDRA selanjutnya.
Aku
hanya terbengong melihat mereka bertiga. Dan sebenarnya akupun menaruh
keinginan seperti mereka yang kadang aku ceritakan dengan ANDI dan
CANDRA jika tidak ada AYU.
Apa yang aku lihat selanjutnya, blouse AYU
sudah terlepas dan terlihat BH coklat yang menutupi payudaranya dengan
kulit kuning mulus, sedang diremas-remas oleh ANDI. Sedangkan CANDRA
mempermainkan gudukan daging disela paha AYU, Terlihat AYU sangat
menikmatinya.
Tidak perlu diceritakan selanjutnya.
Sekarang CANDRA
melepas rok yang dipakai AYU dan kini AYU terlihat cuma mengenakan BH
dan CD serta masih memakai sepatu hak tingginya.
Sejurus kemudian BH dan CD AYU sudah terlepas, sekarang AYU benar-benar telanjang.
Dan tidak perlu diceritakan "pemanasan" yang mereka lakukan.
ANDI dan CANDRA bergantian menikmati tubuh AYU.
Semenjak
kejadian itu hampir setiap hari kecuali ketika AYU menstruasi selalu
kami bertiga bisa menikmati tubuh AYU disaat kami ingin.
Malah kadang AYU kami suruh telanjang dikantor sambil bekerja d
Cerita Seks Terbaru Dan Terpanas Sepanjang Masa, silahkan Menikmati dan sebarkan Temen temen beceker,,,
Kamis, 22 November 2012
Mencicipi Pacar Teman
Sorry sobatku (Anto) ini terjadi di hari
Sabtu, 14 Pebruari 20099. Kita nggak tahan lihat body pacarmu Saras. Apa
mau dikata, karena sex itu enak maka kita cicipin pacarmu !!. Anyway,
pacarmu juga menikmatinya !!
Saya mempunyai seorang teman cowok satu kantor di sebuah perusahaan swasta di kota Temanggung (Jawa Tengah). Dia biasa bertugas untuk menemui klien jika calon klien minta penjelasan mengenai penawaran yang kami berikan dari perusahaan. Kebetulan hari itu Sabtu, biasanya jarang sekali ada calon klien yang minta ditemui pada hari itu, tapi sekitar pukul 10 pagi ada telepon dari salah satu calon klien dari kota Parakan (lebih kurang jaraknya jika ditempuh dari kota Temanggung sekitar 45 menit) minta penjelasan mengenai penawaran yang kami berikan. Segera temanku (sebenarnya posisi dia dikantor adalah bawahanku, karena aku adalah kepala cabang) berangkat menuju Parakan bersama Andi (anak buahku juga). Tinggal kami bertiga dikantor, saya, Indra dan Beni.
Sekitar jam 11.30 tiba-tiba datang seorang cewek, dia adalah Saras, kami tahu dia adalah pacarnya Anto. Kami persilahkan Saras untuk masuk dan menunggu Anto yang sedang ada dinas keluar. Saras juga bilang kalau memang disuruh Anto untuk menunggu dikantor. Saras waktu itu baru pulang dari kantornya yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kantor kami. Kami berempat berbincang-bincang diruang tengah. Saras duduk di kursi meja kantor Anto. Saras mengenakan blazer warna coklat dengan rok span diatas lutut. Cantik.
Dari postur tubuhnya boleh dijamin semua laki-laki yang melihatnya pasti akan tergiur untuk mencicipinya. Saras, 21 tahun, mempunyai tinggi kurang lebih 165 cm, 47 kg dan menggunakan bra ukuran (kira-kira) 34B, dan kulitnya kuning langsat. Dengan wajah layaknya cewek kantoran.
Sekitar jam 12.15 tiba-tiba Anto telepon kantor memberi kabar kalau 2 roda belakang mobil yang dipakai mengalami kebocoran di jalan padahal posisi dia ada di tempat yang jauh dari pemukiman dan belum sampai ke tempat calon klien. Dia mencoba untuk mencari tempat tambal ban di dekat situ. Anto juga sempat bebincang dengan Saras untuk sabar menunggu.
Kami pun meneruskan perbincangan kami berempat. Dengan bercanda kami juga menggoda Saras dengan cerita-cerita mengenai hubungan dia dengan Anto. Diluar terlihat mulai mendung. Dan benar saja tidak beberapa lama kemudia turun hujan. Aku mencoba menghubungi HP Anto, dia masih mencari tempat tambal ban dan kehujanan juga. Kami teruskan pembicaraan.
“Saras, gimana “punya” Anto, gede nggak?”, tanya Indra menanyakan sesuatu yang membuat merah padam muka Saras.
“Ah...mas Indra...tanyanya kok gitu...rahasia dong”, jawab Saras malu-malu.
“Gedean mana kalo sama punya Pak Redi ....”, tanya Indra sambil menyebutkan namaku.
“Ah....mas Indra...”, jawab Saras lagi.
Pembicaraan seperti itu pun terus berlanjut. Kami semakin memojokkan Saras dengan pertanyaan-pertanyaan menjurus sex. Kami juga tahu kalau Saras sudah sering berhubungan badan dengan Anto dari cerita Anto sendiri. Dan hal itupun tidak kami tutupi dalam pertanyaan untuk memojokkan Saras.
"Eh, kalian berdua jangan “nganggurin” Saras gitu donk, kasih Saras “minum” ..!" perintahku kepada Indra dan Beni dengan perintah simbolis. Rupanya Indra dan Beni tahu apa maksudku.
"Oh iya, sori Saras, maaf Boss.....!" jawab Beni sekenanya sambil pura-pura berjalan menuju belakang ,padahal dia berjalan kearah belakang kursi Saras dan hal itu tidak disadari Saras. Diluar hujan semakin deras!
Dengan gerakan kilat Beni merangkul Saras dari belakang....
"Gini..," kata Beni dengan mendekap erat Saras. "Kamu pikir deh Saras... umurmu baru 21 dan bodymu sexy, ngga kecewa donk kami nyobain kamu" lanjut Beni semakin erat mendekap Saras yang meronta dan terkejut mendapat perlakuan seperti itu.
"Ah ... apa-apaan ini" teriak Saras , sehingga tampaklah wajahnya yang ketakutan.
Hal ini semakin membuat kami bertiga jadi horny saja.
Tiba-tiba saja Indra menarik kaki Saras.
"Diam...sebentar Sar..!" perintahku sambil mencoba melepas kancing blazer yang Saras pakai.
Lalu Indra dengan terburu buru ikut mencoba melepas rok yang dipakai Saras dan sambil bicara kepada saya, "Dah boss ditidurin aja dulu di lantai”.
Saras semakin meronta dan coba berteriak tapi dekapan tangan Beni dan Indra membungkam erat mulut Saras. Dan teriakan lenyap ditelan suara derasnya hujan.
"Sudah kamu ngga usah melawan, yang penting sekarang kamu santai aja di lantai dan ikutin permainan kami" timpalku.
"Permainan apa .....?" tanya Saras dengan ketakutan.
Tapi kami senang sekali, apalagi saya melihat Saras seperti ini. Saya jadi tambah horny....
"Ok-ok ..baik..," kata Saras tiba-tiba, “Kalian semua sudah tahu kalau aku sering berhubungan badan dengan mas Anto....tapi jangan ceritakan kejadian ini... aku mau melayani permainan kalian...”, kata Saras membuat kami bertiga terkejut mendengarnya.
Tiba-tiba saja Saras langsung mendekati saya dan segera menciumi saya di bibir.. Otomatis saya merespon. Lidah kami saling 'bergerilya'. Kemudian ciuman Saras berganti ke bibir Beni, hm.. enaknya pikirku. Dan berganti lagi ke bibir Indra. Aku jilati leher Saras, terus dia juga menjilati kuping Indra.
Tanpa sadar Saras mendesah, "Ahh, enak, Mas... terus..!"
"Sekarang aku buka baju kamu....! Tapi tangan kamu tetap diam.... boleh pegangan kontol Beni atau Indra ..!" kataku.
"Aduh dingin dong..! Masa mau ML saya yang ditenjangi dulu..!" jawab Saras.
Dengan cepat aku membuka baju Saras dan langsung aku lempar. Dengan sigapnya Indra dan Beni langsung bergerilya di dada Saras. Dinaikkannya BH Saras sehingga mereka berdua bisa menggigit kedua puting Saras.
"Ahh, enak gigitannya...." Saras mendesah pelan.
Samar-samar saya melihat Saras sambil memperhatikan wajah saya dan dia tersenyum.
Sekarang tangan saya mencoba mencari buah dada Saras untuk saya remas-remas.
Beni dan Indra segera menuju bagian bawah tubuh Saras.
"Pokoknya santai saja Sar...!" kata Beni sambil menaikkan rok yang dikenakan Saras.
"Hmm.., CD model low cut dengan warna hitam nih..!" ujar Indra sambil bergumam melihat CD yang dipakai Saras.
"Kamu tahu saja kesukaan kami..!" kata Indra, "Dan kamu seksi banget dengan CD warna ini, bikin kita horny....!" kataku. Dan sekarang Saras sudah berjongkok untuk dia mulai ber-'karaoke'.
"Oohh, enak, sedot lagi yang kuat Sar..!" kata saya sambil mendesah.
Kurang lebih 15 menit Saras telah ber-'karaoke' terhadap penis kami bertiga. Kemudian Saras dengan perlahan melepas sendiri seluruh baju, rok dan pakaian dalamnya.
"Sekarang...sentuh tubuh telanjangku....!" kata Saras memerintah kami bertiga.
Kesempatan ini tidak kami sia-sia kan. Langsung saja saya rebahkan Saras di lantai dan saya jilati vaginanya, dan Beni juga tidak kalah ganasnya menyedot habis kedua putting Saras sedangkan Indra melumat habis bibir Saras. .Samar-samar saya mendengar Saras mulai mendesah.
Kali ini saya gantian ke buah dada Saras, saya menjilati dulu pinggirnya secara bergantian, dari kanan ke kiri. Tetapi saya tidak menyentuh sedikit pun puting Saras.
Dan Saras kemudian bicara, "Ayo isep... puting saya..!"
"Wah ini saatnya ..!" pikir saya dalam hati.
"Kamu minta diisep puting kamu..!" jawab saya sambil tersenyum.
Saya lihat Bani dan Indra tersenyum melihat Saras terkapar pasrah.
Tidak lama setelah saya memainkan buah dada Saras, saya turun lagi ke vaginanya. Tampaklah bulu-bulu vagina Saras yang begitu halus dan dicukur rapih. Dengan sigap saya langsung menghisap vagina Saras.
"Ohh.. enakk..! Terus donk Mas..!" sahut Saras sambil mendesah.
Kalimat itu membuat saya tambah semangat, maka saya tambah liar untuk menghisap vaginanya.
"Ahh....aku mau keluar," lirih Saras.
Dan tiba-tiba saja cairan vagina Saras keluar diiringin teriakan dari Saras.
"Mas, kamu kok hebat ....mainin memekku..?" kata Saras terputus-putus.
Saya hanya tersenyum saja.
"Masukin punya mas...sekarang..!" pinta Saras.
"Nanti dulu, puting kamu aku isep lagi..!" jawab saya.
Maka dengan cepat langsung puting yang berwarna coklat muda itu saya hisap dengan kencangnya secara bergantian, kiri dan kanan.
"Ahh, enakk mas..! Kencang lagi..!" teriak Saras.
Mendengar suara cewek lagi terangsang begitu membuat saya tambah horny, apalagi penisku sudah dari tadi menunggu giliran 'masuk'. Maka langsung saja saya memasukkan penis saya ke vagina Saras.
"Sempit banget memek Saras...!" pikir saya dalam hati.
Setelah sedikit bersusah payah, akhirnya masuk juga penis saya ke vagina Saras
"Sar...memek kamu enak dan sempit ...." kata saya dengan napas yang mulai tidak teratur.
Dan kalimat saya dibalas dengan senyum oleh Saras yang sedang merem melek.
Begitu masuk, langsung saya goyangkan. Yang ada hanya suara Saras yang terus mendesah dan teriak.
"Terus mas... tambah cepet ..!"
Dan sekilas di samping saya tampak Beni dan Indra dengan penis mereka sudah menegang.
"Sabar ...tunggu giliran kalian, sekarang aku beresi dulu memek Saras ini..!" jawab saya sambil sambil menggoyangkan Saras.
Beni dan Indra hanya menganggukan kepala.
Tidak lama kemudian Saras minta ganti posisi, kali ini dia mau di atas.
Kami pun berganti posisi.
"Ahh.., enakk.., penis mas terasa banget didalam..!" teriak Saras sambil merem melek.
5 menit kemudian Saras teriak, "Ahh.., aku keluar lagi..!" dan dia langsung jatuh ke pelukan saya.
Tetapi saya belum keluar. Akhirnya saya ganti dengan gaya dogy.
Kali ini kembali Saras menjerit, "Terus... mas..!"
Tidak lama kemudian saya merasa kalau saya sudah mau keluar.
"Sar, mau keluarin dimana..?" tanya saya.
"Di muka saya saja." jawabnya cepat.
Kemudian, "Croott.., crott..!" sperma saya saya keluarkan di wajah Saras.
Kemudian Saras dengan cepat membersihkan penis saya, bahkan saya sampai ngilu dengan hisapannya. Tidak lama saya pun jatuh lemas di sampingnya. Saya melihat Beni dan Indra meremas penis masing-masing dan dia pun melihat Saras dengan tatapan ingin mendapat perlakuaan yang sama seperti saya.
Tiba-tiba saja Indra mencium Saras dengan ganasnya. Secara otomatis Saras membalasnya. Kemudian ciuman Indra mulai turun ke leher Saras dan dada Saras. Saras hanya pasrah diperlakukan seperti itu. Dada Saras diremas-remas oleh Indra dan sapuan lidahnya mulai turun ke daerah bawah.
"Hmm.., vagina kamu bakal aku bikin basah lagi.....!" kata Indra dengan suara menggoda.
Kemudian tanpa diperintah Indra segera mencium dan menjilati vagina Saras dengan lahapnya seperti orang yang kelaparan.
"Ahh.. ahh.. ahh.., enak mas..!" timpal Saras.
Kemudian Beni tidak mau kalah, segera Beni raih buah dada Saras dan segera menghisapnya. Beni mulai dari putingnya yang kanan, kemudian beralih ke yang kiri, Beni juga remas-remas buah dada Saras.
"Yang kencang mas..!" kata Saras lirih.
Kurang lebih 5 menit Beni memainkan dada Saras, kemudian Beni turun ke vaginanya. Tampaklah vagina Saras yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang rapih itu sudah tampak basah.
"Memek kamu sudah basah Sar.., sudah ngga tahan yach..?" kata Beni sambil tersenyum.
Saras hanya menangguk saja tanpa mengeluarkan suara sedikit pun. Kemudian Beni mendekatkan mulutnya ke depan vagina Saras, dan langsung Beni hisap jilati vagina Saras
"Teruss..! Enak...mas!" itulah suara yang terdengar dari mulut Saras.
Setelah 10 menit Beni memainkan vagina Saras, Beni melakukan gerakan lebih jauh. Dan dengan segera Beni memasukkan penisnya ke dalam vagina Saras.
"Pelan-pelan....!" kata Saras.
Beni hanya tersenyum dan segera mencium Saras, dan Saras pun membalasnya dengan penuh semangat.
Bless, seluruh penis Beni kini berada di dalam vagina Saras. Dan tanpa dikomando lagi Beni segera bergerak diikuti goyangan pinggul Saras. Saras memeluk Beni begitu eratnya dan Beni memperhatikan wajah Saras yang sedang merem melek seakan-akan tidak ingin berhenti memperoleh kenikmatan.
5 menit kemudian Saras ingin berganti posisi.
"Gantian dogy ...!" pinta Saras
Beni turuti saja kemauan Saras.
"Bless, bless.., bless..!" sedikit terdengar suara penis dan vagina yang sedang berlomba, karena vagina Saras sudah basah dan menurut Beni, Saras tidak lama lagi akan keluar.
Dan benar saja dugaan Beni, tiba-tiba saja Saras teriak, "Ah.., ahh.., ahh.., aku keluar..!"
Kemudian Saras langsung jatuh lemas dengan posisi telungkup, sementara penis Beni masih tertancap dalam vagina Saras. Beni segera menggerakkan penisnya supaya dapat juga segera keluar. Tidak lama Beni terasa ingin keluar.
"Keluarin di mana Sar..?" tanya Beni.
"Di dalam .....!" jawab Saras dengan suara yang terbata-bata.
Lalu, "Crott, crott..!" penis Beni segera mengeluarkan semburan spermanya.
"Ahh..!" Beni bersuara dengan keras, "Enak....!" lanjut Beni.
Kemudian Beni langsung rebah di sebelah kanan Saras, sementara Indra tersenyum memperhatikan mereka berdua karena belum mencicipi Saras.
"Wah capek kamu Saras..?" tanya Indra.
Saras yang sudah lemas hanya dapat tersenyum.
Setelah istirahat beberapa menit, Saras melanjutkan meladeni permainan Indra.
Tanpa terasa hampir 3 jam kami menikmati tubuh Saras. Setelah selesai kira-kira setengah jam sebelum jam 4 sore Anto datang.
Kami hanya tersenyum melihat Anto mencium pipi Saras dengan sayang.
Saya mempunyai seorang teman cowok satu kantor di sebuah perusahaan swasta di kota Temanggung (Jawa Tengah). Dia biasa bertugas untuk menemui klien jika calon klien minta penjelasan mengenai penawaran yang kami berikan dari perusahaan. Kebetulan hari itu Sabtu, biasanya jarang sekali ada calon klien yang minta ditemui pada hari itu, tapi sekitar pukul 10 pagi ada telepon dari salah satu calon klien dari kota Parakan (lebih kurang jaraknya jika ditempuh dari kota Temanggung sekitar 45 menit) minta penjelasan mengenai penawaran yang kami berikan. Segera temanku (sebenarnya posisi dia dikantor adalah bawahanku, karena aku adalah kepala cabang) berangkat menuju Parakan bersama Andi (anak buahku juga). Tinggal kami bertiga dikantor, saya, Indra dan Beni.
Sekitar jam 11.30 tiba-tiba datang seorang cewek, dia adalah Saras, kami tahu dia adalah pacarnya Anto. Kami persilahkan Saras untuk masuk dan menunggu Anto yang sedang ada dinas keluar. Saras juga bilang kalau memang disuruh Anto untuk menunggu dikantor. Saras waktu itu baru pulang dari kantornya yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kantor kami. Kami berempat berbincang-bincang diruang tengah. Saras duduk di kursi meja kantor Anto. Saras mengenakan blazer warna coklat dengan rok span diatas lutut. Cantik.
Dari postur tubuhnya boleh dijamin semua laki-laki yang melihatnya pasti akan tergiur untuk mencicipinya. Saras, 21 tahun, mempunyai tinggi kurang lebih 165 cm, 47 kg dan menggunakan bra ukuran (kira-kira) 34B, dan kulitnya kuning langsat. Dengan wajah layaknya cewek kantoran.
Sekitar jam 12.15 tiba-tiba Anto telepon kantor memberi kabar kalau 2 roda belakang mobil yang dipakai mengalami kebocoran di jalan padahal posisi dia ada di tempat yang jauh dari pemukiman dan belum sampai ke tempat calon klien. Dia mencoba untuk mencari tempat tambal ban di dekat situ. Anto juga sempat bebincang dengan Saras untuk sabar menunggu.
Kami pun meneruskan perbincangan kami berempat. Dengan bercanda kami juga menggoda Saras dengan cerita-cerita mengenai hubungan dia dengan Anto. Diluar terlihat mulai mendung. Dan benar saja tidak beberapa lama kemudia turun hujan. Aku mencoba menghubungi HP Anto, dia masih mencari tempat tambal ban dan kehujanan juga. Kami teruskan pembicaraan.
“Saras, gimana “punya” Anto, gede nggak?”, tanya Indra menanyakan sesuatu yang membuat merah padam muka Saras.
“Ah...mas Indra...tanyanya kok gitu...rahasia dong”, jawab Saras malu-malu.
“Gedean mana kalo sama punya Pak Redi ....”, tanya Indra sambil menyebutkan namaku.
“Ah....mas Indra...”, jawab Saras lagi.
Pembicaraan seperti itu pun terus berlanjut. Kami semakin memojokkan Saras dengan pertanyaan-pertanyaan menjurus sex. Kami juga tahu kalau Saras sudah sering berhubungan badan dengan Anto dari cerita Anto sendiri. Dan hal itupun tidak kami tutupi dalam pertanyaan untuk memojokkan Saras.
"Eh, kalian berdua jangan “nganggurin” Saras gitu donk, kasih Saras “minum” ..!" perintahku kepada Indra dan Beni dengan perintah simbolis. Rupanya Indra dan Beni tahu apa maksudku.
"Oh iya, sori Saras, maaf Boss.....!" jawab Beni sekenanya sambil pura-pura berjalan menuju belakang ,padahal dia berjalan kearah belakang kursi Saras dan hal itu tidak disadari Saras. Diluar hujan semakin deras!
Dengan gerakan kilat Beni merangkul Saras dari belakang....
"Gini..," kata Beni dengan mendekap erat Saras. "Kamu pikir deh Saras... umurmu baru 21 dan bodymu sexy, ngga kecewa donk kami nyobain kamu" lanjut Beni semakin erat mendekap Saras yang meronta dan terkejut mendapat perlakuan seperti itu.
"Ah ... apa-apaan ini" teriak Saras , sehingga tampaklah wajahnya yang ketakutan.
Hal ini semakin membuat kami bertiga jadi horny saja.
Tiba-tiba saja Indra menarik kaki Saras.
"Diam...sebentar Sar..!" perintahku sambil mencoba melepas kancing blazer yang Saras pakai.
Lalu Indra dengan terburu buru ikut mencoba melepas rok yang dipakai Saras dan sambil bicara kepada saya, "Dah boss ditidurin aja dulu di lantai”.
Saras semakin meronta dan coba berteriak tapi dekapan tangan Beni dan Indra membungkam erat mulut Saras. Dan teriakan lenyap ditelan suara derasnya hujan.
"Sudah kamu ngga usah melawan, yang penting sekarang kamu santai aja di lantai dan ikutin permainan kami" timpalku.
"Permainan apa .....?" tanya Saras dengan ketakutan.
Tapi kami senang sekali, apalagi saya melihat Saras seperti ini. Saya jadi tambah horny....
"Ok-ok ..baik..," kata Saras tiba-tiba, “Kalian semua sudah tahu kalau aku sering berhubungan badan dengan mas Anto....tapi jangan ceritakan kejadian ini... aku mau melayani permainan kalian...”, kata Saras membuat kami bertiga terkejut mendengarnya.
Tiba-tiba saja Saras langsung mendekati saya dan segera menciumi saya di bibir.. Otomatis saya merespon. Lidah kami saling 'bergerilya'. Kemudian ciuman Saras berganti ke bibir Beni, hm.. enaknya pikirku. Dan berganti lagi ke bibir Indra. Aku jilati leher Saras, terus dia juga menjilati kuping Indra.
Tanpa sadar Saras mendesah, "Ahh, enak, Mas... terus..!"
"Sekarang aku buka baju kamu....! Tapi tangan kamu tetap diam.... boleh pegangan kontol Beni atau Indra ..!" kataku.
"Aduh dingin dong..! Masa mau ML saya yang ditenjangi dulu..!" jawab Saras.
Dengan cepat aku membuka baju Saras dan langsung aku lempar. Dengan sigapnya Indra dan Beni langsung bergerilya di dada Saras. Dinaikkannya BH Saras sehingga mereka berdua bisa menggigit kedua puting Saras.
"Ahh, enak gigitannya...." Saras mendesah pelan.
Samar-samar saya melihat Saras sambil memperhatikan wajah saya dan dia tersenyum.
Sekarang tangan saya mencoba mencari buah dada Saras untuk saya remas-remas.
Beni dan Indra segera menuju bagian bawah tubuh Saras.
"Pokoknya santai saja Sar...!" kata Beni sambil menaikkan rok yang dikenakan Saras.
"Hmm.., CD model low cut dengan warna hitam nih..!" ujar Indra sambil bergumam melihat CD yang dipakai Saras.
"Kamu tahu saja kesukaan kami..!" kata Indra, "Dan kamu seksi banget dengan CD warna ini, bikin kita horny....!" kataku. Dan sekarang Saras sudah berjongkok untuk dia mulai ber-'karaoke'.
"Oohh, enak, sedot lagi yang kuat Sar..!" kata saya sambil mendesah.
Kurang lebih 15 menit Saras telah ber-'karaoke' terhadap penis kami bertiga. Kemudian Saras dengan perlahan melepas sendiri seluruh baju, rok dan pakaian dalamnya.
"Sekarang...sentuh tubuh telanjangku....!" kata Saras memerintah kami bertiga.
Kesempatan ini tidak kami sia-sia kan. Langsung saja saya rebahkan Saras di lantai dan saya jilati vaginanya, dan Beni juga tidak kalah ganasnya menyedot habis kedua putting Saras sedangkan Indra melumat habis bibir Saras. .Samar-samar saya mendengar Saras mulai mendesah.
Kali ini saya gantian ke buah dada Saras, saya menjilati dulu pinggirnya secara bergantian, dari kanan ke kiri. Tetapi saya tidak menyentuh sedikit pun puting Saras.
Dan Saras kemudian bicara, "Ayo isep... puting saya..!"
"Wah ini saatnya ..!" pikir saya dalam hati.
"Kamu minta diisep puting kamu..!" jawab saya sambil tersenyum.
Saya lihat Bani dan Indra tersenyum melihat Saras terkapar pasrah.
Tidak lama setelah saya memainkan buah dada Saras, saya turun lagi ke vaginanya. Tampaklah bulu-bulu vagina Saras yang begitu halus dan dicukur rapih. Dengan sigap saya langsung menghisap vagina Saras.
"Ohh.. enakk..! Terus donk Mas..!" sahut Saras sambil mendesah.
Kalimat itu membuat saya tambah semangat, maka saya tambah liar untuk menghisap vaginanya.
"Ahh....aku mau keluar," lirih Saras.
Dan tiba-tiba saja cairan vagina Saras keluar diiringin teriakan dari Saras.
"Mas, kamu kok hebat ....mainin memekku..?" kata Saras terputus-putus.
Saya hanya tersenyum saja.
"Masukin punya mas...sekarang..!" pinta Saras.
"Nanti dulu, puting kamu aku isep lagi..!" jawab saya.
Maka dengan cepat langsung puting yang berwarna coklat muda itu saya hisap dengan kencangnya secara bergantian, kiri dan kanan.
"Ahh, enakk mas..! Kencang lagi..!" teriak Saras.
Mendengar suara cewek lagi terangsang begitu membuat saya tambah horny, apalagi penisku sudah dari tadi menunggu giliran 'masuk'. Maka langsung saja saya memasukkan penis saya ke vagina Saras.
"Sempit banget memek Saras...!" pikir saya dalam hati.
Setelah sedikit bersusah payah, akhirnya masuk juga penis saya ke vagina Saras
"Sar...memek kamu enak dan sempit ...." kata saya dengan napas yang mulai tidak teratur.
Dan kalimat saya dibalas dengan senyum oleh Saras yang sedang merem melek.
Begitu masuk, langsung saya goyangkan. Yang ada hanya suara Saras yang terus mendesah dan teriak.
"Terus mas... tambah cepet ..!"
Dan sekilas di samping saya tampak Beni dan Indra dengan penis mereka sudah menegang.
"Sabar ...tunggu giliran kalian, sekarang aku beresi dulu memek Saras ini..!" jawab saya sambil sambil menggoyangkan Saras.
Beni dan Indra hanya menganggukan kepala.
Tidak lama kemudian Saras minta ganti posisi, kali ini dia mau di atas.
Kami pun berganti posisi.
"Ahh.., enakk.., penis mas terasa banget didalam..!" teriak Saras sambil merem melek.
5 menit kemudian Saras teriak, "Ahh.., aku keluar lagi..!" dan dia langsung jatuh ke pelukan saya.
Tetapi saya belum keluar. Akhirnya saya ganti dengan gaya dogy.
Kali ini kembali Saras menjerit, "Terus... mas..!"
Tidak lama kemudian saya merasa kalau saya sudah mau keluar.
"Sar, mau keluarin dimana..?" tanya saya.
"Di muka saya saja." jawabnya cepat.
Kemudian, "Croott.., crott..!" sperma saya saya keluarkan di wajah Saras.
Kemudian Saras dengan cepat membersihkan penis saya, bahkan saya sampai ngilu dengan hisapannya. Tidak lama saya pun jatuh lemas di sampingnya. Saya melihat Beni dan Indra meremas penis masing-masing dan dia pun melihat Saras dengan tatapan ingin mendapat perlakuaan yang sama seperti saya.
Tiba-tiba saja Indra mencium Saras dengan ganasnya. Secara otomatis Saras membalasnya. Kemudian ciuman Indra mulai turun ke leher Saras dan dada Saras. Saras hanya pasrah diperlakukan seperti itu. Dada Saras diremas-remas oleh Indra dan sapuan lidahnya mulai turun ke daerah bawah.
"Hmm.., vagina kamu bakal aku bikin basah lagi.....!" kata Indra dengan suara menggoda.
Kemudian tanpa diperintah Indra segera mencium dan menjilati vagina Saras dengan lahapnya seperti orang yang kelaparan.
"Ahh.. ahh.. ahh.., enak mas..!" timpal Saras.
Kemudian Beni tidak mau kalah, segera Beni raih buah dada Saras dan segera menghisapnya. Beni mulai dari putingnya yang kanan, kemudian beralih ke yang kiri, Beni juga remas-remas buah dada Saras.
"Yang kencang mas..!" kata Saras lirih.
Kurang lebih 5 menit Beni memainkan dada Saras, kemudian Beni turun ke vaginanya. Tampaklah vagina Saras yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang rapih itu sudah tampak basah.
"Memek kamu sudah basah Sar.., sudah ngga tahan yach..?" kata Beni sambil tersenyum.
Saras hanya menangguk saja tanpa mengeluarkan suara sedikit pun. Kemudian Beni mendekatkan mulutnya ke depan vagina Saras, dan langsung Beni hisap jilati vagina Saras
"Teruss..! Enak...mas!" itulah suara yang terdengar dari mulut Saras.
Setelah 10 menit Beni memainkan vagina Saras, Beni melakukan gerakan lebih jauh. Dan dengan segera Beni memasukkan penisnya ke dalam vagina Saras.
"Pelan-pelan....!" kata Saras.
Beni hanya tersenyum dan segera mencium Saras, dan Saras pun membalasnya dengan penuh semangat.
Bless, seluruh penis Beni kini berada di dalam vagina Saras. Dan tanpa dikomando lagi Beni segera bergerak diikuti goyangan pinggul Saras. Saras memeluk Beni begitu eratnya dan Beni memperhatikan wajah Saras yang sedang merem melek seakan-akan tidak ingin berhenti memperoleh kenikmatan.
5 menit kemudian Saras ingin berganti posisi.
"Gantian dogy ...!" pinta Saras
Beni turuti saja kemauan Saras.
"Bless, bless.., bless..!" sedikit terdengar suara penis dan vagina yang sedang berlomba, karena vagina Saras sudah basah dan menurut Beni, Saras tidak lama lagi akan keluar.
Dan benar saja dugaan Beni, tiba-tiba saja Saras teriak, "Ah.., ahh.., ahh.., aku keluar..!"
Kemudian Saras langsung jatuh lemas dengan posisi telungkup, sementara penis Beni masih tertancap dalam vagina Saras. Beni segera menggerakkan penisnya supaya dapat juga segera keluar. Tidak lama Beni terasa ingin keluar.
"Keluarin di mana Sar..?" tanya Beni.
"Di dalam .....!" jawab Saras dengan suara yang terbata-bata.
Lalu, "Crott, crott..!" penis Beni segera mengeluarkan semburan spermanya.
"Ahh..!" Beni bersuara dengan keras, "Enak....!" lanjut Beni.
Kemudian Beni langsung rebah di sebelah kanan Saras, sementara Indra tersenyum memperhatikan mereka berdua karena belum mencicipi Saras.
"Wah capek kamu Saras..?" tanya Indra.
Saras yang sudah lemas hanya dapat tersenyum.
Setelah istirahat beberapa menit, Saras melanjutkan meladeni permainan Indra.
Tanpa terasa hampir 3 jam kami menikmati tubuh Saras. Setelah selesai kira-kira setengah jam sebelum jam 4 sore Anto datang.
Kami hanya tersenyum melihat Anto mencium pipi Saras dengan sayang.
Ngentot Adik Di Kamar Mandi
Nama Gw Serlina namun teman teman mangil gw
erlin, gw mahasiswi ekonomi Universitas Pajajaran. Semenjak dua tahun
yang lalu, saat diterima kuliah di Universitas Pajajaran, Gw tinggal di
Bandung. Gw berasal dari Sukabumi, ayah gw berasal dari Bandung,
sedangkan ibu gw asli Sukabumi. Mereka tinggal di Sukabumi. Cerita Sex
Sedarah ini menceritakan kisahku yang terjadi saat Gw kelas 1 SMU di
waktu Gw masih tingal di Sukabumi dan cerita dewasa ini masih terus
berlanjut sampai detik ini!gw terus kecanduan ngentot ama adik kandung
gw sendiri.
Gw anak yang paling tua dari tiga bersaudara. Gw mempunyai satu adik laki-laki dan satu adik perempuan. Umurku berbeda 1 tahun dengan adik lelakiku namu adik perempuanku beda lagi 10 tahun. Kami sangat dimanja oleh orang tua kami, sehingga tingkahku yang tomboy dan suka maksa pun tidak dilarang oleh mereka. Begitupun dengan adikku yang tidak mau disunat walaupun dia sudah kelas 2 SMP.
Waktu kecil, Gw sering mandi bersama bersama adik gw, tetapi sejak dia masuk Sekolah Dasar, kami tidak pernah mandi bersama lagi. Walaupun begitu, Gw masih ingat betapa kecil dan keriputnya penis adik gw. Sejak saat itu, Gw tidak pernah melihat lagi penis adik gw. Sampai suatu hari, Gw sedang asyik telpon dengan teman cewekku. Gw telpon berjam-jam, kadang tawa keluar dari mulutku, kadang kami serius bicara tentang sesuatu, sampai akhirnya Gw rasakan kandung kemihku penuh sekali dan Gw kebelet pengen pipis. Benar-benar kebelet pipis sudah di ujung lah. Cepat-cepat kuletakkan gagang telpon tanpa permisi dulu sama temanku. Gw berlari menuju ke toilet terdekat. Ketika kudorong ternyata sedang dikunci.
hallow..! Siapa di dalam buka dong..! Udah nggak tahan..! Gw berteriak sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi
Iyaaaaaaa..! Wait..! ternyata adikku yang di dalam. Terdengar suaranya dari dalam.
Nggak bisa nunggu..! Cepetan..! kata Gw memaksa.
aduhhhhhhhh….. Gw benar-benar sudah tidak kuat menahan ingin pipis.
kreottttttt..! terbuka sedikit pintu toilet, kepala adikku muncul dari celahnya.
Ada apa sih kak? katanya.
Tanpa menjawab pertanyaannya, Gw langsung nyerobot ke dalam karena sudah tidak tahan. Langsung Gw jongkok, menaikkan rokku dan membuka celana dalamku.
criitttttt keluar air seni dari vagina Gw.
Kulihat adikku yang berdiri di depanku, badannya masih telanjang bulat.
Yeahhhhh..! Sopan dikit napa kak? teriaknya sambil melotot tetap berdiri di depanku.
Waitttt..! Udah nggak kuat nih, kata Gw.
Sebenarnya Gw tidak mau menurunkan pandangan mata Gw ke bawah. Tetapi sialnya, turun juga dan akhirnya kelihatan deh burungnya si adik gw.
hahahahah.. Masih keriput kayak dulu, cuma sekarang agak gede dikit kataku dalam hati.
Gw takut tertangkap basah melihat kontolnya, cepat-cepat kunaikkan lagi mata Gw melihat ke matanya. Eh, ternyata dia sudah tidak melihat ke mata Gw lagi. Sialan..! Dia lihat vagina Gw yang lagi mekar sedang pipis. Cepat-cepat kutekan sekuat tenaga otot di vagina Gw biar cepat selesai pipisnya. Tidak sengaja, kelihatan lagi burungnya yang masih belum disunat itu. Sekarang penisnya kok pelan-pelan semakin gemuk. Makin naik sedikit demi sedikit, tapi masih kelihatan lemas dengan kulupnya masih menutupi helm penisnya.
Sialan nih adikku. Malah ngeliatin lagi, mana belum habis nih air kencing..! Gw bersungut dalam hati.
o0oooo.. Kayak gitu ya Kak..? katanya sambil tetap melihat ke vagina Gw.
Eh kurang ajar Lu ya dik! langsung saja Gw berdiri mengambil gayung dan kulemparkan ke kepalanya.
Kletokkkk..! kepala adikku memang kena pukul, tetapi hasilnya air kencingku kemana-mana, mengenai rok dan celana dalamku.
Ya… basah deh rok kakak… katGw melihat ke rok dan celana dalamku.
Syukurin..! Makanya jangan masuk seenaknya..! katanya sambil mengambil gayung dari tanganku.
Mandi lagi ahh..! lanjutnya sambil menyiduk air dan menyiram badannya.
Terus dia mengambil sabun dan mengusap sabun itu ke badannya.
Waduh.., sialan nih adik gw! sungutku dalam hati.
Waktu itu Gw bingung mau gimana nih. Mau keluar, tapi Gw jijik pake rok dan celana dalam yang basah itu. Akhirnya kuputuskan untuk buka celana dalam dan rokku, lalu pinjam handuk adikku dulu. Setelah salin, baru kukembalikan handuknya.
Udah.., pake aja handuk Gw kak! kata adikku.
Sepertinya dia mengetahui kebingunganku. Kelihatan kontolnya mengkerut lagi.
Jadi lucu lagi gitu..! Hihihi..! dalam hatiku.
Gw lalu membuka celana dalam gw yang warnanya merah muda, lalu dilanjutkan dengan membuka rok. Kelihatan lagi deh memek Gw. Gw takut adikku melihatku dalam keadan seperti itu. Jadi kulihat adik gw. Eh sialan, dia memang memperhatikan Gw yang tanpa celana.
kakak Memek tu emang gemuk kayak gitu ya..? kakakaka..! katanya sambil nyengir.
Sialan, dia menghina vagina Gw, Daripada culun kayak punya lhoo..! kata Gw sambil memukul bahu adik gw.
Eh tiba-tiba dia berkelit, wakzzzzzz..! katanya.
Karena Gw memukul dengan sekuat tenaga, akhirnya Gw terpeleset. Punggungku jatuh ke tubuhnya. Kena deh pantatku ke penisnya.
Iiihhh.., rasanya geli banget..! cepat-cepat kutarik tubuhku sambil bersungut, Huh..! kakak sih..!
kak.. kata Kakak tadi culun, kalau kayak gini culun nggak..? katanya mengacuhkan omonganku sambil menunjuk ke penisnya.
Kulihat penisnya mulai lagi seperti tadi, pelan-pelan semakin gemuk, makin tegak ke arah depan.
Ya.. gitu doang..! Masih kayak anak SD ya..? kata Gw mengejek dia.
Padahal Gw kaget juga, ukurannya bisa bertambah begitu jauh. Ingin juga sih tahu sampai dimana bertambahnya. Iseng Gw tanya, Gedein lagi bisa nggak..? kata Gw sambil mencibir.
Bisa..! Tapi kakak harus bantu dikit dong..! katanya lagi.
Megangin ya..? Wisssss.., ya nggak mau lah..! kataku.
Bukan..! kakak taruh ludah aja di atas kontolku..! jawabnya.
Karena penasaran ingin melihat penis cowok kalau lagi penuh, kucoba ikuti perkataan dia.
Gitu doang kan..? Mau kakak ngeludahin Kamu mah. Dari dulu Kakak pengen ngeludahin Kamu” ujarku
Sialan nih adikku, Gw dikerjain. Kudekatkan kepal Gw ke arah penisnya, lalu Gw mengumpulkan air ludahku. Tapi belum juga Gw membuang ludahku, kulihat penisnya sudah bergerak, kelihatan penisnya naik sedikit demi sedikit. Diameternya makin lama semakin gede, jadi kelihatan semakin gemuk. Dan panjangnya juga bertambah. keren banget melihatnya. Geli di sekujur tubuh melihat itu semua. Tidak lama kepala penisnya mulai kelihatan di antara kulupnya. Perlahan-lahan mendesak ingin keluar. Wahh..! Bukan main perasaan senangku waktu itu. Gw benar-benar asyik melihat helm itu perlahan muncul.
Akhirnya bebas juga kepala penis itu dari halangan kulupnya. Penis adikku sudah tegang sekali. Menunjuk ke arahku. Warnanya kini lebih merah. Gw jadi terangsang melihatnya. Kualihkan pandangan ke adikku.
Hehe… dia ke arahku. Masih culun nggak..? katanya lagi. Hehe..! Macho kan kak! katanya tetap tersenyum.
Tangannya tiba-tiba turun menuju ke selangkanganku. Walaupun Gw terangsang, tentu saja Gw tepis tangan itu.
Apaan sih dik..! kubuang tangannya ke kanan.
Kak..! Please kakkk.. Pegang aja kak… Nggak akan diapa-apain… Gw pengen tahu rasanya megang itu-nya cewek. Cuma itu aja kak.. kata adik gw, kembali tangannya mendekati selangkangan dan mau memegang memek gw.
ehmmmm.. sebenarnya Gw mau jaga image, masa mau sih sama adik sendiri, tapi Gw juga ingin tahu bagaimana rasanya dipegang oleh cowok di memek!hihihii…
Inget..! Jangan digesek-gesekin, taruh aja tanganmu di situ..! akhirnya Gw mengiyakan. Deg-degan juga hati ini.
Tangan adik gw lalu mendekat, bulu kemaluanku sudah tersentuh oleh tangannya. Ihh geli sekali… Gw lihat penisnya sudah keras sekali, kini warnanya lebih kehitaman dibanding dengan sebelumnya. opppssttttt… Hangatnya tangan sudah terasa melingkupi vagina Gw. Geli sekali rasanya saat bibir vagina Gw tersentuh telapak tangannya. Geli-geli nikmat di syaraf vagina Gw. Gw jadi semakin terangsang sehingga tanpa dapat ditahan, vagina Gw mengeluarkan cairan.
Hihihi.. kakak terangsang ya..?
Enak aja… sama adik mah mana bisa terangsang..! jawabku sambil merapatkan selangkangan gw agar cairannya tidak semakin keluar.
Ini basah banget apaan Kak..?
Itu sisa air kencing Kakak tahuuu..! kata Gw berbohong padanya.
Kak… memek tu anget, empuk dan basah ya..?
Tau ah… Udah belum..? Gw berlagak sepertinya Gw menginginkan situasi itu berhenti, padahal sebenarnya Gw ingin tangan itu tetap berada di situ, bahkan kalau bisa mulai bergerak menggesek bibir memek Gw.
Kak… gesek-gesek dikit ya..? pintanya.
Tuh kan..? Katanya cuma pegang aja..! Gw pura-pura tidak mau.
Dikit aja Kak… Please..!
Terserah adik aja deh..! Gw mengiyakan dengan nada malas-malasan, padahal mau banget tuh. Hihihi.. Habis enak sih…
Tangan adik gw lalu makin masuk ke dalam, terasa bibir vagina Gw terbawa juga ke dalam.
uhhhhhh..! Hampir saja kata-kata itu keluar dari mulut gw. Rasanya nikmat sekali. Otot di dalam vagina Gw mulai terasa berdenyut. Lalu tangannya ditarik lagi, bibir vagina Gw ikut tertarik lagi.
Ouughhhhhhhhh..! akhirnya keluar juga desahan nafasku menahan rasa nikmat di vagina Gw.
Badanku terasa limbung, bahuku condong ke depan. Karena takut jatuh, Gw bertumpu pada bahu adik gw.
Enak ya kak..?
Heeheee.., jawabku sambil memejamkan mata.
Tangan adik gw lalu mulai maju dan mundur, kadang klitoris gw tersentuh oleh telapak tangannya. Tiap tersentuh rasanya nikmat luar biasa, badan ini akan tersentak ke depan.
kak..! Adek juga pengen ngerasaain enaknya dong..!
Kamu mau diapain..? jawab gw lalu membuka mata dan melihat ke arahnya.
Ya pegang-pegangin juga..! katanya sambil tangan satunya lalu menuntun tanganku ke arah kontolnya.
Kupikir egois juga jika Gw tidak mengikuti keinginannya. Kubiarkan tangannya menuntun tangan gw. Terasa hangat penisnya di genggaman tangan ini. Kadang terasa kedutan di dalamnya. Karena masih ada sabun di penisnya, dengan mudah Gw bisa memaju-mundurkan tanganku mengocok penisnya.
Kulihat tubuh adikku kadang-kadang tersentak ke depan saat tanganku sampai ke pangkal penisnya. Kami berhadapan dengan satu tangan saling memegang kemaluan dan tangan satunya memegang bahu.
Tiba-tiba dia berkata, Kak..! Titit Adek sama memek Kakak digesekin aja yah..!
hooh Gw langsung mengiyakan karena Gw sudah tidak tahan menahan rangsangan di dalam tubuh.
Lalu dia melepas tangannya dari vagina Gw, memajukan badannya dan memasukkan penisnya di antara selangkangan gw. Terasa hangatnya batang penisnya di bibir vagina Gw. Lalu dia memaju-mundurkan pinggulnya untuk menggesekkan penisnya dengan vagina Gw.
ohhhhh..! Gw kini tidak malu-malu lagi mengeluarkan erangan.
Dek… masukin aja..! Kakak udah nggak tahan..! Gw benar-benar sudah tidak tahan, setelah sekian lama menerima rangsangan. Gw akhirnya menghendaki sebuah penis masuk ke dalam memek Gw.
Iya Kak..!
Lalu dia menaikkan satu paha Gw, dilingkarkan ke pinggangnya, dan tangan satunya mengarahkan penisnya agar tepat masuk ke itil Gw.
Gw terlonjak ketika sebuah benda hangat masuk ke dalam kemaluanku. Rasanya ingin berteriak sekuatnya untuk melampiaskan nikmat yang kurasa. Akhirnya Gw hanya bisa menggigit bibir gw untuk menahan rasa nikmat itu. Karena sudah dari tadi dirangsang, tidak lama kemudian Gw mengalami orgasme. Vagina Gw rasanya seperti tersedot-sedot dan seluruh syaraf di dalam tubuh berkontraksi.
ohhhhhh..! Gw tidak kuat untuk tidak berteriak.
Kulihat adik gw masih terus memaju-mundurkan pinggulnya dengan sekuat tenaga. Tiba-tiba dia mendorong sekuat tenaga hingga badanku terdorong sampai ke tembok.
Ouughhh..! katanya.
Pantatnya ditekannya lama sekali ke arah vagina Gw. Lalu badannya tersentak-sentak melengkung ke depan. Kurasakan cairan hangat di dalam vagina Gw.
Lama kami terdiam dalam posisi itu, kurasa penisnya masih penuh mengisi vagina Gw. Lalu dia mencium bibirku dan melumatnya. Kami berpagutan lama sekali, basah keringat menyiram tubuh ini. Kami saling melumat bibir lama sekali. Tangannya lalu meremas payudara dan memilin putingnya.
Kak..! Kakak nungging, terus pegang bibir bathtub itu..! tiba-tiba dia berkata.
Wahh..! Gila adik ya..!
Udah.., ikutin aja..! katanya lagi.
Gw pun mengikuti petunjuknya. Gw berpegangan pada bathtub dan menurunkan tubuh bagian atasku, sehingga batang kemaluannya sejajar dengan pantatku. Gw tahu adikku bisa melihat dengan jelas vagina Gw dari belakang. Lalu dia mendekatiku dan memasukkan penisnya ke dalam vagina Gw dari belakang.
uhhhhhh..! %@!#$&tt..! Gw menjerit saat penis itu masuk ke dalam rongga vagina Gw.
Rasanya lebih nikmat dibanding sebelumnya. Rasa nikmat itu lebih kurasakan karena tangan adikku yang bebas kini meremas-remas payudara Gw. Adikku terus memaju-mundurkan pantatnya sampai sekitar 10 menit ketika kami hampir bersamaan mencapai orgasme. Gw rasakan lagi tembakan sperma hangat membasahi rongga vagina Gw. Kami lalu berciuman lagi untuk waktu yang cukup lama.
Setelah kejadian itu, kami jadi sering melakukannya, terutama di kamar gw ketika malam hari saat orang tua sudah pergi tidur. Minggu-minggu awal, kami melakukannya bagaikan pengantin baru, hampir tiap malam kami bersetubuh. Bahkan dalam semalam, kami bisa melakukan sampai 4 kali. Biasanya Gw membiarkan pintu kamar gw tidak terkunci, lalu sekitar jam 2 malam, adik gw akan datang dan menguncinya. Lalu kami bersetubuh sampai kelelahan. Kini setelah Gw di Bandung, kami masih selalu melakukannya jika ada kesempatan. Kalau bukan Gw yang ke Sukabumi, maka dia yang akan datang ke Bandung untuk menyetor jatah spermanya ke memek Gw. Saat ini Gw mulai berani menelan sperma yang dikeluarkan oleh adik kandung gw sendiri! Beginilah cerita sex sedarah yang kami lakukan sampai sekarang! Terus terang gw kecanduan ngentot ama adik gw!
Cerita panas seru dewasa lengkap dan terbaru cerita ngentot anak sd ngentot anak sd cerita seru ngentot cerita anak sd ngentot Memek adikku Cerita ngentot sd cerita ngentot di warnet Cerita ngentot di kamar mandi cerita dewasa ngentot anak sd cerita dewasa sd kontol anak SD Ngentot adik di kamar mandi Cerita ngentot cerita ngentot dengan anak SD apa sih ngentot itu cerita ngentot adik kandung cerita titit cerita seru adikku ngentot adik kandung kontol adikku hanya di kumpulanceritaseru.info dan masih banyak lagi Cerita seks seru terbaru lainya yang sesuai keinginanmu.
Gw anak yang paling tua dari tiga bersaudara. Gw mempunyai satu adik laki-laki dan satu adik perempuan. Umurku berbeda 1 tahun dengan adik lelakiku namu adik perempuanku beda lagi 10 tahun. Kami sangat dimanja oleh orang tua kami, sehingga tingkahku yang tomboy dan suka maksa pun tidak dilarang oleh mereka. Begitupun dengan adikku yang tidak mau disunat walaupun dia sudah kelas 2 SMP.
Waktu kecil, Gw sering mandi bersama bersama adik gw, tetapi sejak dia masuk Sekolah Dasar, kami tidak pernah mandi bersama lagi. Walaupun begitu, Gw masih ingat betapa kecil dan keriputnya penis adik gw. Sejak saat itu, Gw tidak pernah melihat lagi penis adik gw. Sampai suatu hari, Gw sedang asyik telpon dengan teman cewekku. Gw telpon berjam-jam, kadang tawa keluar dari mulutku, kadang kami serius bicara tentang sesuatu, sampai akhirnya Gw rasakan kandung kemihku penuh sekali dan Gw kebelet pengen pipis. Benar-benar kebelet pipis sudah di ujung lah. Cepat-cepat kuletakkan gagang telpon tanpa permisi dulu sama temanku. Gw berlari menuju ke toilet terdekat. Ketika kudorong ternyata sedang dikunci.
hallow..! Siapa di dalam buka dong..! Udah nggak tahan..! Gw berteriak sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi
Iyaaaaaaa..! Wait..! ternyata adikku yang di dalam. Terdengar suaranya dari dalam.
Nggak bisa nunggu..! Cepetan..! kata Gw memaksa.
aduhhhhhhhh….. Gw benar-benar sudah tidak kuat menahan ingin pipis.
kreottttttt..! terbuka sedikit pintu toilet, kepala adikku muncul dari celahnya.
Ada apa sih kak? katanya.
Tanpa menjawab pertanyaannya, Gw langsung nyerobot ke dalam karena sudah tidak tahan. Langsung Gw jongkok, menaikkan rokku dan membuka celana dalamku.
criitttttt keluar air seni dari vagina Gw.
Kulihat adikku yang berdiri di depanku, badannya masih telanjang bulat.
Yeahhhhh..! Sopan dikit napa kak? teriaknya sambil melotot tetap berdiri di depanku.
Waitttt..! Udah nggak kuat nih, kata Gw.
Sebenarnya Gw tidak mau menurunkan pandangan mata Gw ke bawah. Tetapi sialnya, turun juga dan akhirnya kelihatan deh burungnya si adik gw.
hahahahah.. Masih keriput kayak dulu, cuma sekarang agak gede dikit kataku dalam hati.
Gw takut tertangkap basah melihat kontolnya, cepat-cepat kunaikkan lagi mata Gw melihat ke matanya. Eh, ternyata dia sudah tidak melihat ke mata Gw lagi. Sialan..! Dia lihat vagina Gw yang lagi mekar sedang pipis. Cepat-cepat kutekan sekuat tenaga otot di vagina Gw biar cepat selesai pipisnya. Tidak sengaja, kelihatan lagi burungnya yang masih belum disunat itu. Sekarang penisnya kok pelan-pelan semakin gemuk. Makin naik sedikit demi sedikit, tapi masih kelihatan lemas dengan kulupnya masih menutupi helm penisnya.
Sialan nih adikku. Malah ngeliatin lagi, mana belum habis nih air kencing..! Gw bersungut dalam hati.
o0oooo.. Kayak gitu ya Kak..? katanya sambil tetap melihat ke vagina Gw.
Eh kurang ajar Lu ya dik! langsung saja Gw berdiri mengambil gayung dan kulemparkan ke kepalanya.
Kletokkkk..! kepala adikku memang kena pukul, tetapi hasilnya air kencingku kemana-mana, mengenai rok dan celana dalamku.
Ya… basah deh rok kakak… katGw melihat ke rok dan celana dalamku.
Syukurin..! Makanya jangan masuk seenaknya..! katanya sambil mengambil gayung dari tanganku.
Mandi lagi ahh..! lanjutnya sambil menyiduk air dan menyiram badannya.
Terus dia mengambil sabun dan mengusap sabun itu ke badannya.
Waduh.., sialan nih adik gw! sungutku dalam hati.
Waktu itu Gw bingung mau gimana nih. Mau keluar, tapi Gw jijik pake rok dan celana dalam yang basah itu. Akhirnya kuputuskan untuk buka celana dalam dan rokku, lalu pinjam handuk adikku dulu. Setelah salin, baru kukembalikan handuknya.
Udah.., pake aja handuk Gw kak! kata adikku.
Sepertinya dia mengetahui kebingunganku. Kelihatan kontolnya mengkerut lagi.
Jadi lucu lagi gitu..! Hihihi..! dalam hatiku.
Gw lalu membuka celana dalam gw yang warnanya merah muda, lalu dilanjutkan dengan membuka rok. Kelihatan lagi deh memek Gw. Gw takut adikku melihatku dalam keadan seperti itu. Jadi kulihat adik gw. Eh sialan, dia memang memperhatikan Gw yang tanpa celana.
kakak Memek tu emang gemuk kayak gitu ya..? kakakaka..! katanya sambil nyengir.
Sialan, dia menghina vagina Gw, Daripada culun kayak punya lhoo..! kata Gw sambil memukul bahu adik gw.
Eh tiba-tiba dia berkelit, wakzzzzzz..! katanya.
Karena Gw memukul dengan sekuat tenaga, akhirnya Gw terpeleset. Punggungku jatuh ke tubuhnya. Kena deh pantatku ke penisnya.
Iiihhh.., rasanya geli banget..! cepat-cepat kutarik tubuhku sambil bersungut, Huh..! kakak sih..!
kak.. kata Kakak tadi culun, kalau kayak gini culun nggak..? katanya mengacuhkan omonganku sambil menunjuk ke penisnya.
Kulihat penisnya mulai lagi seperti tadi, pelan-pelan semakin gemuk, makin tegak ke arah depan.
Ya.. gitu doang..! Masih kayak anak SD ya..? kata Gw mengejek dia.
Padahal Gw kaget juga, ukurannya bisa bertambah begitu jauh. Ingin juga sih tahu sampai dimana bertambahnya. Iseng Gw tanya, Gedein lagi bisa nggak..? kata Gw sambil mencibir.
Bisa..! Tapi kakak harus bantu dikit dong..! katanya lagi.
Megangin ya..? Wisssss.., ya nggak mau lah..! kataku.
Bukan..! kakak taruh ludah aja di atas kontolku..! jawabnya.
Karena penasaran ingin melihat penis cowok kalau lagi penuh, kucoba ikuti perkataan dia.
Gitu doang kan..? Mau kakak ngeludahin Kamu mah. Dari dulu Kakak pengen ngeludahin Kamu” ujarku
Sialan nih adikku, Gw dikerjain. Kudekatkan kepal Gw ke arah penisnya, lalu Gw mengumpulkan air ludahku. Tapi belum juga Gw membuang ludahku, kulihat penisnya sudah bergerak, kelihatan penisnya naik sedikit demi sedikit. Diameternya makin lama semakin gede, jadi kelihatan semakin gemuk. Dan panjangnya juga bertambah. keren banget melihatnya. Geli di sekujur tubuh melihat itu semua. Tidak lama kepala penisnya mulai kelihatan di antara kulupnya. Perlahan-lahan mendesak ingin keluar. Wahh..! Bukan main perasaan senangku waktu itu. Gw benar-benar asyik melihat helm itu perlahan muncul.
Akhirnya bebas juga kepala penis itu dari halangan kulupnya. Penis adikku sudah tegang sekali. Menunjuk ke arahku. Warnanya kini lebih merah. Gw jadi terangsang melihatnya. Kualihkan pandangan ke adikku.
Hehe… dia ke arahku. Masih culun nggak..? katanya lagi. Hehe..! Macho kan kak! katanya tetap tersenyum.
Tangannya tiba-tiba turun menuju ke selangkanganku. Walaupun Gw terangsang, tentu saja Gw tepis tangan itu.
Apaan sih dik..! kubuang tangannya ke kanan.
Kak..! Please kakkk.. Pegang aja kak… Nggak akan diapa-apain… Gw pengen tahu rasanya megang itu-nya cewek. Cuma itu aja kak.. kata adik gw, kembali tangannya mendekati selangkangan dan mau memegang memek gw.
ehmmmm.. sebenarnya Gw mau jaga image, masa mau sih sama adik sendiri, tapi Gw juga ingin tahu bagaimana rasanya dipegang oleh cowok di memek!hihihii…
Inget..! Jangan digesek-gesekin, taruh aja tanganmu di situ..! akhirnya Gw mengiyakan. Deg-degan juga hati ini.
Tangan adik gw lalu mendekat, bulu kemaluanku sudah tersentuh oleh tangannya. Ihh geli sekali… Gw lihat penisnya sudah keras sekali, kini warnanya lebih kehitaman dibanding dengan sebelumnya. opppssttttt… Hangatnya tangan sudah terasa melingkupi vagina Gw. Geli sekali rasanya saat bibir vagina Gw tersentuh telapak tangannya. Geli-geli nikmat di syaraf vagina Gw. Gw jadi semakin terangsang sehingga tanpa dapat ditahan, vagina Gw mengeluarkan cairan.
Hihihi.. kakak terangsang ya..?
Enak aja… sama adik mah mana bisa terangsang..! jawabku sambil merapatkan selangkangan gw agar cairannya tidak semakin keluar.
Ini basah banget apaan Kak..?
Itu sisa air kencing Kakak tahuuu..! kata Gw berbohong padanya.
Kak… memek tu anget, empuk dan basah ya..?
Tau ah… Udah belum..? Gw berlagak sepertinya Gw menginginkan situasi itu berhenti, padahal sebenarnya Gw ingin tangan itu tetap berada di situ, bahkan kalau bisa mulai bergerak menggesek bibir memek Gw.
Kak… gesek-gesek dikit ya..? pintanya.
Tuh kan..? Katanya cuma pegang aja..! Gw pura-pura tidak mau.
Dikit aja Kak… Please..!
Terserah adik aja deh..! Gw mengiyakan dengan nada malas-malasan, padahal mau banget tuh. Hihihi.. Habis enak sih…
Tangan adik gw lalu makin masuk ke dalam, terasa bibir vagina Gw terbawa juga ke dalam.
uhhhhhh..! Hampir saja kata-kata itu keluar dari mulut gw. Rasanya nikmat sekali. Otot di dalam vagina Gw mulai terasa berdenyut. Lalu tangannya ditarik lagi, bibir vagina Gw ikut tertarik lagi.
Ouughhhhhhhhh..! akhirnya keluar juga desahan nafasku menahan rasa nikmat di vagina Gw.
Badanku terasa limbung, bahuku condong ke depan. Karena takut jatuh, Gw bertumpu pada bahu adik gw.
Enak ya kak..?
Heeheee.., jawabku sambil memejamkan mata.
Tangan adik gw lalu mulai maju dan mundur, kadang klitoris gw tersentuh oleh telapak tangannya. Tiap tersentuh rasanya nikmat luar biasa, badan ini akan tersentak ke depan.
kak..! Adek juga pengen ngerasaain enaknya dong..!
Kamu mau diapain..? jawab gw lalu membuka mata dan melihat ke arahnya.
Ya pegang-pegangin juga..! katanya sambil tangan satunya lalu menuntun tanganku ke arah kontolnya.
Kupikir egois juga jika Gw tidak mengikuti keinginannya. Kubiarkan tangannya menuntun tangan gw. Terasa hangat penisnya di genggaman tangan ini. Kadang terasa kedutan di dalamnya. Karena masih ada sabun di penisnya, dengan mudah Gw bisa memaju-mundurkan tanganku mengocok penisnya.
Kulihat tubuh adikku kadang-kadang tersentak ke depan saat tanganku sampai ke pangkal penisnya. Kami berhadapan dengan satu tangan saling memegang kemaluan dan tangan satunya memegang bahu.
Tiba-tiba dia berkata, Kak..! Titit Adek sama memek Kakak digesekin aja yah..!
hooh Gw langsung mengiyakan karena Gw sudah tidak tahan menahan rangsangan di dalam tubuh.
Lalu dia melepas tangannya dari vagina Gw, memajukan badannya dan memasukkan penisnya di antara selangkangan gw. Terasa hangatnya batang penisnya di bibir vagina Gw. Lalu dia memaju-mundurkan pinggulnya untuk menggesekkan penisnya dengan vagina Gw.
ohhhhh..! Gw kini tidak malu-malu lagi mengeluarkan erangan.
Dek… masukin aja..! Kakak udah nggak tahan..! Gw benar-benar sudah tidak tahan, setelah sekian lama menerima rangsangan. Gw akhirnya menghendaki sebuah penis masuk ke dalam memek Gw.
Iya Kak..!
Lalu dia menaikkan satu paha Gw, dilingkarkan ke pinggangnya, dan tangan satunya mengarahkan penisnya agar tepat masuk ke itil Gw.
Gw terlonjak ketika sebuah benda hangat masuk ke dalam kemaluanku. Rasanya ingin berteriak sekuatnya untuk melampiaskan nikmat yang kurasa. Akhirnya Gw hanya bisa menggigit bibir gw untuk menahan rasa nikmat itu. Karena sudah dari tadi dirangsang, tidak lama kemudian Gw mengalami orgasme. Vagina Gw rasanya seperti tersedot-sedot dan seluruh syaraf di dalam tubuh berkontraksi.
ohhhhhh..! Gw tidak kuat untuk tidak berteriak.
Kulihat adik gw masih terus memaju-mundurkan pinggulnya dengan sekuat tenaga. Tiba-tiba dia mendorong sekuat tenaga hingga badanku terdorong sampai ke tembok.
Ouughhh..! katanya.
Pantatnya ditekannya lama sekali ke arah vagina Gw. Lalu badannya tersentak-sentak melengkung ke depan. Kurasakan cairan hangat di dalam vagina Gw.
Lama kami terdiam dalam posisi itu, kurasa penisnya masih penuh mengisi vagina Gw. Lalu dia mencium bibirku dan melumatnya. Kami berpagutan lama sekali, basah keringat menyiram tubuh ini. Kami saling melumat bibir lama sekali. Tangannya lalu meremas payudara dan memilin putingnya.
Kak..! Kakak nungging, terus pegang bibir bathtub itu..! tiba-tiba dia berkata.
Wahh..! Gila adik ya..!
Udah.., ikutin aja..! katanya lagi.
Gw pun mengikuti petunjuknya. Gw berpegangan pada bathtub dan menurunkan tubuh bagian atasku, sehingga batang kemaluannya sejajar dengan pantatku. Gw tahu adikku bisa melihat dengan jelas vagina Gw dari belakang. Lalu dia mendekatiku dan memasukkan penisnya ke dalam vagina Gw dari belakang.
uhhhhhh..! %@!#$&tt..! Gw menjerit saat penis itu masuk ke dalam rongga vagina Gw.
Rasanya lebih nikmat dibanding sebelumnya. Rasa nikmat itu lebih kurasakan karena tangan adikku yang bebas kini meremas-remas payudara Gw. Adikku terus memaju-mundurkan pantatnya sampai sekitar 10 menit ketika kami hampir bersamaan mencapai orgasme. Gw rasakan lagi tembakan sperma hangat membasahi rongga vagina Gw. Kami lalu berciuman lagi untuk waktu yang cukup lama.
Setelah kejadian itu, kami jadi sering melakukannya, terutama di kamar gw ketika malam hari saat orang tua sudah pergi tidur. Minggu-minggu awal, kami melakukannya bagaikan pengantin baru, hampir tiap malam kami bersetubuh. Bahkan dalam semalam, kami bisa melakukan sampai 4 kali. Biasanya Gw membiarkan pintu kamar gw tidak terkunci, lalu sekitar jam 2 malam, adik gw akan datang dan menguncinya. Lalu kami bersetubuh sampai kelelahan. Kini setelah Gw di Bandung, kami masih selalu melakukannya jika ada kesempatan. Kalau bukan Gw yang ke Sukabumi, maka dia yang akan datang ke Bandung untuk menyetor jatah spermanya ke memek Gw. Saat ini Gw mulai berani menelan sperma yang dikeluarkan oleh adik kandung gw sendiri! Beginilah cerita sex sedarah yang kami lakukan sampai sekarang! Terus terang gw kecanduan ngentot ama adik gw!
Cerita panas seru dewasa lengkap dan terbaru cerita ngentot anak sd ngentot anak sd cerita seru ngentot cerita anak sd ngentot Memek adikku Cerita ngentot sd cerita ngentot di warnet Cerita ngentot di kamar mandi cerita dewasa ngentot anak sd cerita dewasa sd kontol anak SD Ngentot adik di kamar mandi Cerita ngentot cerita ngentot dengan anak SD apa sih ngentot itu cerita ngentot adik kandung cerita titit cerita seru adikku ngentot adik kandung kontol adikku hanya di kumpulanceritaseru.info dan masih banyak lagi Cerita seks seru terbaru lainya yang sesuai keinginanmu.
Nafsu birahi Ibu dan Adikku
Kuliah adalah tempat seseorang untuk
menuntaskan cita-citanya. Dan juga mungkin tempat di mana kita akan
mengenal sebuah dunia baru. Dunia ini begitu luas, sampai-sampai kita
tak sadar bahwa dunia itu sedikit demi sedikit mempengaruhi kita. Kita
tak heran banyak orang-orang yang pergi kuliah pulang ke kampung
halamannya sudah berubah drastis. Dari mereka yang sifatnya lugu menjadi
sok gaul, dari mereka yang sifatnya jelek bisa jadi pulang menjadi
orang yang alim banget. Inilah yang terjadi padaku, sebuah pengalaman
yang entah aku harus menyebutnya apa. Namaku Gun, sebut saja begitu.
Seorang mahasiswa fakultas Tehnik di kampus X, salah satu PTS terkenal
di kota Y.
Ada perasaan kangen sebenarnya ama kampung halaman. Dan perasaan itu pun masih ada sampai sekarang, maklum karena kesibukanku, aku pulang hanya setahun sekali. Selain mengikuti organisasi kampus dan banyak ekstrakulikuler, aku juga dihadapkan pada jadwal perkuliahan yang padat. Namun pada semester kelima ini, aku mau mengambil cuti untuk beberapa waktu. Kabar tak enak datang dari kampung halaman. Baru saja keluargaku di kampung halaman mendapatkan musibah, sebuah kecelakaan. Ayah meninggal dan ibuku mengalami koma. Sedangkan adikku baik-baik saja. Mulai dari sinilah kehidupanku berubah.
Ayah yang satu-satunya orang yang membiayai kuliahku pergi. Sehingga dari sini, aku harus membanting tulang sendirian, untuk ibuku, adikku dan diriku sendiri. Akhirnya kuliah ini aku tunda dulu. Aku mengajukan cuti satu semester. Waktu cuti itu aku manfaatkan untuk membanting tulang. Aku tak bisa mengandalkan dari warisan ayahku. Sebab kalau aku mengandalkannya, aku tak bisa membiayai semua keperluan kami. Dan syukurlah aku diterima bekerja di sebuah perusahaan swasta, walaupun berbekal kemampuanku di bidang analisis data, aku mendapatkan gaji yang cukup.
Ibuku adalah seorang wanita yang sangat cantik sebenarnya. Usianya baru 38 tahun. Ia menikah muda dengan ayahku. Dan sampai sekarang ia tetap bisa menjaga kemolekan tubuhnya. Pernah sih waktu masih remaja aku beronani membayangkan ibuku sendiri. Tapi hal itupun tak berlangsung lama, hanya beberapa saat saja. Dan adikku masih sekolah SMP, namanya Arin. Seorang gadis periang, cantik dan imut. Banyak cowok2 yang tergila-gila pada adikku itu. Dan paling tidak ada salah satu teman cowoknya yang pedekate ama dia, tapi yaaa…masih takut-takut.
Dua minggu setelah kecelakaan itu, ibuku sadar dari komanya. Mulanya ia tak ingat apa-apa, namun setelah tiga hari berada di rumah, ia pun ingat. Tapi karena kondisinya yang masih lemah, ia pun tak bisa berbuat banyak. Aku dan Arin gantian menjaganya. Sebagai anak laki-laki satu-satunya beliau benar-benar menyayangiku. Katanya ia mengingatkanku pada ayah. Aku tahu ia sangat shock dengan kejadian yang baru saja menimpanya. Aku dan Arin terus berusaha menghiburnya, sampai ia benar-benar sehat.
Hari itu seperti hari-hari sebelumnya, tapi sedikit istimewa, karena teman-teman kuliahku mau mengunjungiku. Ketika pulang kerja, kami sempatkan sejenak untuk berkumpul. Mereka semua ikut berbela sungkawa terhadap keadaanku sekarang. Tapi selain itu mereka mencoba menghiburku, ada-ada saja ulah mereka, yaitu memberiku kaset bokep, dan majalah2 hardcore. Kata mereka, “Ini buat menghibur loe sobat, biar nggak berduka terus”. Sialan. Tapi nggak apa-apalah, soalnya juga sudah lama aku nggak nonton yang begituan. Namun ternyata inilah sumber dari kejadian selanjutnya.
Aku pulang dan aku lihat adikku sedang belajar di kamarnya. Ibuku sudah bisa sedikit berjalan, walau masih berpegangan pada apapun yang ada di dekatnya.
“Kau sudah pulang Gun?”, tanyanya.
“Iya bu”, kataku.
“Kalau mau makan, di meja makan tadi adikmu beli sesuatu”, kata ibuku.
“iya”, kataku singkat.
Singkatnya aku mandi dan mengurung diri di kamar. Aku pun mulai menonton bokep dan majalah-majalah hardcore. Mulanya sih agak aneh aja aku melakukan hal ini, tapi rupanya sedikit bisa menghiburku. Jam menunjukkan pukul sebelas malam, aku tak sadar kalau sudah lama aku berada di dalam kamar mengocok sendiri punyaku dan menontoni tubuh para wanita itu. Aku keluar kamar dengan maksud hati untuk makan apa pun yang ada di meja makan.
Ketika keluar dari kamar, aku melewati kamar ibuku. Astaga, apa yang aku lihat itu? Ibuku yang memakai daster itu tampak tersingkap dasternya, sehingga aku bisa melihat CD-nya. Memang badannya masih mulus. Aku mulai berpikiran jorok, ini pasti akibat barusan aku nonton bokep. Wajahnya masih cantik, dan aku bisa melihat wajahnya yang polos ketika tidur. Aku berdiri di pintu kamarnya, memang pintunya sengaja di buka agar sewaktu-waktu kalau ia memanggilku aku bisa dengar. Entah setan mana yang menguasaiku, akupun mengocok punyaku sambil membayangkan beliau membelai punyaku. Aku kocok pelan-pelan. “Ohh….Mega..”, aku panggil nama ibuku berbisik. Aku terus mengocok, makin lama makin cepat, dan maniku muncrat…CROOT….CROTT…, banyak banget sampai mengotori lantai, buru-buru aku bersihkan dengan kain pel yang ada di sebelah pintu. Entah kenapa aku mulai berpikiran seperti itu. Namun rencana jelekku nggak sampai di situ saja.
Esoknya, aku libur, sebab hari ini adalah hari sabtu. Kantorku sabtu dan minggu libur. Arin sudah pergi ke sekolah. Aku bangun agak kesiangan. Mungkin kelelahan karena peristiwa kemarin. Aku pun entah dari mana punya pikiran yang aneh-aneh lagi. Aku berniat memandikan ibuku, aku ingin melihat tubuhnya yang utuh. Aku pun ke kamar ibuku, ia sudah bangun dan sedang bersiap mandi.
“Ibu, ibu mau mandi?”, tanyaku.
“Iya Gun”, katanya.
“Boleh Gun, mandiin ibu?”, tanyaku.
“Nggak usah Gun, ibu sudah bisa sendiri koq”, jawabnya.
“Nggak apa-apa bu, kondisi ibu masih belum pulih benar”, kataku merayu.
Tak punya pikiran lainnya, ibuku pun menjawab, “Baiklah”.
Akupun mengantarnya ke kamar mandi. Inilah saatnya pikirku. Aku melihatnya melepas daster, BH dan CD-nya satu per satu. Tampaklah dua buah toket yang masih mancung dan miss-v yang aku ingin lihat dari dulu. Aku hanya terbengong, dan tak terasa tongkolku sudah tengah. Darah mengalir cepat ke ubun-ubunku.
“Kenapa Gun?”, tanya ibu.
“Ah..nggak apa-apa “, jawabku.
“Bajunya dilepas dong Gun, nanti basah”, kata ibuku. “Kamu belum mandi juga kan?”
“I…iya”,kataku.
Aku pun melepas pakaianku. Ibuku agak terkejut melihat punyaku yang tegang. Lalu dia duduk di pinggir bak mandi. Seakan mengerti, akupun mengambil gayung dan menyiramkan ke tubuhnya. Ia membasuh mukanya, ia ganti mengambil gayung dan menyiramkannya ke tubuhku. Kami benar-benar saling menggayung. Tibalah saat menyabun. Aku mengambil sabun cair. Kusabuni punggungnya. Busanya melimpah, lalu dari belakang aku menyusuri pundak, hingga ke depan, aku agak takut menyentuh dadanya. Takut kalau dia marah. Tapi ternyata tidak. Akupun sedikit membelai toketnya, dan agak meremas. Kami diam, dan hanya bahasa tubuh saja yang saling berucap. Ku basuh dari dadanya, hingga ke perut. Ketika mau menuju miss-v, ibuku menahan.
“Jangan pakai sabun ini, tidak baik untuk kewanitaan”, katanya. “Bersihkan dulu tubuh ibu”.
Aku pun menurut, aku guyang ia pakai air. Sabun yang ada di tubuhnya hilang, lalu ia mengambil pembersih khusus kewanitaan. Lalu menyerahkannya kepadaku. Aku mengerti lalu mulai menyabun tempat itu pakai sabun tersebut. Mulanya aku hanya sekedar menggosok, tapi lama-lama aku sedikit menyentuh kelentitnya, ibuku memejamkan mata sejenak. Sepertinya ia keenakan, aku teruskan, namun aku tak berani lama-lama. Ia agak tersentak ketika aku menyudahinya. Ia menghirup nafas agak dalam, sepertinya ia sedikit horni.
Aku mengguyang air di daerah kewanitaannya. Bersihlah sudah sekarang. Lalu giliranku. Aku disabun oleh ibuku. Mula-mula punggung, dadaku yang bidang, lalu perut, dan sampai di tongkolku yang tegang. Ia mengurut tongkolku sesaat, lalu menggosok buah pelirku, sepertinya ia tahu bagian-bagian itu. Enak sekali sentuhan ibuku.
“E…bu…boleh Gun minta sesuatu?”, tanyaku.
“Apa itu?”
“Gun kan sudah dewasa, dan mengerti soal beginian. Kalau boleh aku ingin ibu mengocok punya Gun sebentar bu”, aku mengatakan hal yang aneh-aneh. Yang memang tak perkikirkan sebelumnya.
Ibuku terdiam.
“Maaf bu, aku tak bermaksud demikian, hanya saja, aku sebagai laki-laki normal siapa saja, pasti akan merasakan hal seperti ini”, kataku.
“Iya, ibu faham, anak ibu sudah dewasa”, katanya.
Tangannya yang lembut itu pun akhirnya mengocok punyaku, membelainya. Oh…apa ini? Aku serasa melayang. Ia benar-benar mengocok tongkolku yang sudah tegang. Peristiwa itu sangat erotis sekali. CLUK….CLUK…CLUK…bunyi tongkolku yang dikocok berpadu dengan air sabun. Busanya sangat banyak, aku ingin sekali meremas toket ibuku.
“Bu, boleh Gun meremas dada ibu?”, tanyaku. “Gun sangat terangsang sekali”.
“Maafkan ibu nak, seharusnya tidak begini. Gun tak boleh macam-macam sama ibu, ibu sakit Gun”, kata ibu.
“Kalau ibu tidak mengijinkan juga tidak apa-apa, tapi Gun tidak tahan lagi”, kataku.
Aku pun mencengkram pundak ibuku, pertanda mau orgasme. Ibuku tahu hal itu, dan ia mengocok tongkolku dengan cepat, CROOT…..CROOT…..CROT….sperma muncrat ke wajahnya, dadanya, dan perutnya. Banyak sekali. Sebagian membeler di jemarinya.
“Sudah Gun?”, tanya ibu.
“I…iya…”, kataku lemas.
Ibuku lalu membersihkan spermaku yang ada di tubuhnya dengan membasuhnya dengan air.
“Jangan bilang ini sama Arin ya”, katanya. “Atau orang lain.”
Kami segera keluar dari kamar mandi. Entah apa yang aku lakukan barusan. Tapi aku sangat menikmatinya. Ibuku dan aku hanya memakai handuk saja. Aku membawanya sampai ke kamar. Di kamar aku masih horny, dengan posisi ibuku yang sekarang hanya pakai handuk saja, membuatku makin terangsang.
Aku tak kuasa menahan godaan ini. Setelah ibuku aku dudukkan. Aku duduk di sebelahnya.
“Bu, maaf kalau tadi Gun lancang di kamar mandi”, kataku.
“Tak apa-apa Gun, laki-laki normal pun pasti demikian, bahkan bisa lebih”, kata ibuku.
“Bu, apakah boleh Gun lihat lagi dada ibu?”, tanyaku.
“Buat apa Gun?”, tanyanya. “Ibu masih sakit Gun”.
“Sebentar saja bu, boleh ya?”, tanyaku.
“Baiklah”, katanya.
Ia membuka handuknya, tampaklah dua buah bukit kembar yang aku inginkan. Aku memegang putingnya, entah kenapa tiba-tiba aku menyusu di sana.
“Oh…Gun…jangan Gun….ahkk”, ibuku tampak tak melawan walaupun aku menghisap susunya. Mengunyah putingnya, menggigit dan meremas keduanya. Tak terasa, ia sudah berbaring tanpa sehelai benang pun. Aku pun menciumi perutnya, hingga ke miss-v-nya. Miss-v-nya yang keset membuatku makin bergairah. Ibuku terus meronta jangan dan jangan. Aku tak peduli, nafsu sudah di ubun-ubun. Ibuku tampak terangsang dengan perlakukanku itu. Ia pun secara tak sengaja membuka pahanya, tongkolku sudah siap, dan aku sudah ada di atas ibuku. Kedua bibir kemaluan bertemu. Ibuku tampak meneteskan air mata.
“Maaf, bu, tapi Gun tak kuasa menahan ini”, kataku lagi.
Penisku kugesek-gesekkan di bibir miss-v-nya. Agak geli dan enak. Ini adalah aku melepaskan keperjakaanku kepada ibuku sendiri. Aku senggol-senggol klitorisnya, ibuku memejamkan mata, ia menggelinjang, setiap kali kepala penisku menyentuhnya. Lalu akupun memasukkannya. Miss-v-nya sudah basah sekali. Tak perlu tenaga banyak untuk bisa masuk. SLEEB!! Sensasinya luar biasa. Aku tak peduli ia ibuku atau bukan sekarang. Aku sudah menggenjotnya naik turun. Pinggulku aku gerakkan maju mundur dengan ritme sedang. Kurasakan sensai miss-v ibuku yang masih seret menjepit tongkolku yang panjang dan besar itu. Aku usahakan ibuku juga merasakan sensasi ini. Aku angkat bokongnya, aku remas. Kakinya mulai kejang dan menjepit pinggangku.
“Ohh….Ahh…terus Gun…cepat selesaikan, cepat Gun….”, kata ibuku. Ia mencengkram sprei tempat tidur. Ia menggigit bibirnya. Wajahnya yang cantik dan bibirnya yang seksi membuatku terangsang. Dadanya naik turun, oh…seksi sekali.
“Mega, tubuhmu nikmat Mega…ahh….aku ingin ngentot terus denganmu, aku ingin keluar Mega…OOHH…Ahhhh”, aku percepat goyanganku. Ibuku pun sepertinya mau keluar, ia bangkit dengan bertumpu kepada kedua tangannya, pertanda orgasme. Aku juga keluar. Spermaku muncrat di dalam rahimnya, aku tekan kuat-kuat. Akhirnya fantasiku untuk ngentot dengan ibuku sendiri kesampaian. Aku benamkan dalam-dalam penisku, sampai spermaku benar-benar tak keluar lagi. Ibuku lemas. Ia masih beralaskan handuk bekas mandi. Aku perlahan mencabut penisku. PLOP..!! suaranya ketika aku cabut.
“Maafkan aku bu, tapi enak sekali”, kataku.
Aku berbaring di samping ibuku. Ibuku memukulkan tangannya ke dadaku. “Kamu bajingan!!” Ibuku lalu menangis. Ia membelakangiku, sambil memeluk dirinya sendiri.
Butuh waktu lama untuk dirinya bisa diam. Sampai kurang lebih 30 menit kemudian, nafsuku bangkit lagi, karena masih melihatnya telanjang. Aku mempersiapkan penisku yang tegang lagi. Kali ini bukan fantasi, inilah yang aku rasakan. Aku mendekatkan penisku ke pantatnya, aku sentuh pinggulnya, lalu aku masukkan penisku ke vaginanya. Nggak perlu susah-susah dan Bless….”Aah…Gun, kamu mau apa lagi? Tidak cukupkah kamu menyiksa ibu?”
“Gun, tak tahan nih bu, Gun jugakan masih perjaka”, kataku. Posisiku kini dari samping. Dan aku keluar masukkan penisku. Pantatnya dan perutku beradu. Sensasinya luar biasa. Pantatnya benar-benar seksi, semok dan menggiurkan. Aku tak butuh waktu lama untuk bisa ejakulasi lagi di dalam rahimnya. Dan ketika puncak itu aku memeluk ibuku.
Sensasinya aneh memang, tapi nikmat sekali. Setelah itu aku benar-benar memohon maaf.
“Maafkan Gun bu, maafkan Gun”, kataku.
Lalu ibuku menyuruhku untuk keluar kamar. Aku pun keluar. Aku kembali ke kamarku dan memikirkan apa yang terjadi barusan. Aku sudah menjadi anak durhaka.
*******
Arin pulang. Ibuku bertingkah seperti biasa. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Tapi tatapan kami mempunyai arti. Antara malu, takut dan senang aku bingung.
Esoknya, hari minggu. Ibuku tampak agak senang. Kesehatannya sedikit pulih. Ia bisa berjalan normal. Ia seolah melupakan kejadian kemarin. Apakah mungkin gara-gara apa yang aku lakukan kemarin? Bisa jadi. Tak perlu waktu lama memang untuk bisa mencerahkan wajahnya lagi. Ia sudah senang dengan perkembangan kesehatannya.
Malamnya, ibuku ingin tidur di kamarku. Entah kenapa ia ingin begitu. Dan aku pun mengiyakannya. Pukul 12 malam. Ketika Arin sudah tidur. Dan aku berada di samping ibuku. Kami seranjang. Aku tahu bisa saja saat itu aku sudah bercinta dengannya, tapi ada sesuatu yang membuat kami tidak melakukannya.
“Sepertinya kesehatan ibu mulai pulih akibat itu Gun”, katanya.
“Tapi inikan baru satu hari bu, dan Gun sangat menyesal melakukannya kemarin”, kataku.
Ibu bangkit, lalu ia menurunkan celana pendekku. Tanpa babibu, ia sudah mengulum penisku. Aku kaget mendapatkan sensasi itu. Tidak ada wajah jaim, tidak ada rasa penyesalan seperti kemarin. Ia sudah mengulum penisku, seorang Blow Jober pro. Ia mengocok, mengulum, menjilat. Dengan ganas ia lumat tongkolku dengan mulutnya yang seksi itu. Ia juga gesek-gesekkan ujung penisku ke putingnya, lalu ia jepit dengan dadanya. Akupun tak menyia-nyiakan ini, aku segera melepas bajuku, lalu bajunya. Kami sudah telanjang, dan ia masih mengoralku. Aku berbaring dengan menikmati sensasi yang sedikit aneh, tapi nikmat. Oh tidak, rasanya aku mau keluar….sedotannya benar-benar mantap. Aku tak kuasa lagi dan…aahh..benar…CROT…CROT…CROT…spermaku tak sebanyak kemarin pagi. Tapi cukup untuk memenuhi isi mulutnya. Ia menyedot spermaku sampai habis.
“Nih lihat”, kata ibuku sambil membuka sedikit mulutnya. Aku bisa lihat lidahnya yang terbungkus cairan putih spermaku.
“Ibu hebat”, kataku.
“Ibu masih belum puas”, katanya. Ia lalu menelan spermaku bulat-bulat.”Ah..”
Aku bangkit dan langsung nenen. Aku menenen kepadanya seperti bayi, kali ini kami All Out. Tidak seperti kemarin. Kami saling mendesat, saling menggigit. Ibuku ada di atas, dan aku berbaring. Penisku sudah tegang lagi dan mengacung ke atas. Ia berjongkok dan menuntun penisku masuk miss-v-nya dengan tangannya. Ia pun naik turun sambil tangannya bertumpu pada pahaku. Makin lama ia makin cepat gerakannya. Aku juga tak kuasa, bahkan aku bisa-bisa jebol duluan. Ia tahu kalau aku mau jebol, Ia hentikan gerakannya, ia ganti dengan meremas-remas telurku. Oh…ini baru, tehnik baru. Ketika ia meremas telurku, tampak nafsuku yang sudah dipuncak tiba-tiba hilang. Lalu setelah beberapa saat kemudian, ia bergoyang lagi naik turun. Ia terus mengulangi hal itu kalau aku mau ke puncak, rasanya spermaku berkumpul di ujung penisku. Cerita blowjob hanya di kumpulanceritaseru.info Seolah-olah pijatan itu membuatku seperti menahan bom. Dan benar, ketika ibuku mau orgasme, ia lebih cepat bergerak. Ia naik turunkan lebih cepat dari sebelumnya, ia tak lagi bertumpu di pahaku, tapi di dadaku. Dan ia mengigau, “Oh…Gun…Oh…anak mama yang nakal….tongkolmu gedhe Gun. Nikmat banget. Ibumu ini jadi budakmu Gun…Ahh…Sampai…sampai…ibu mau sampai, kamu juga ya sayang, basahi rahim ibumu, hamili ibumu ini”.
Aku pun keluar dan langsung bangkit memeluk ibuku. Kami orgasme bersama-sama. Vaginanya sangat basah, begitu juga punyaku. Sperma itu masuk ke rahimnya lagi. Banyak sekali, dan benar, spermaku tadi yang tertahan terkumpul di ujung dan melepas dengan semprotan yang luar biasa. Kami berpandangan sesaat, aku mencium bibirnya. Kami berciuman, aku masih memangkunya, dan tak perlu waktu lama. Kami ambruk dan saling berpelukan. Kami tertidur.
******
Hubunganku dan ibuku sendiri sekarang sudah seperti suami istri. Aku tak tahu bagaimana kami menyebutnya. Setiap malam aku selalu melakukannya, bahkan tidak tiap malam. Hampir setiap hari, dan kesehatan ibuku makin membaik dari hari ke hari. Dokter pun terheran-heran dengan hal ini. Dan setiap hari kami melakukan gaya yang berbeda-beda. Dan lambat laun hal ini pun tercium oleh Arin.
Suatu saat ketika ibu tidur lebih awal, sehabis main denganku. Aku nonton tv. Di ruang tengah tampak Arin juga ada di sana. Aku duduk berdekatan.
“Aku tahu kakak gituan sama ibu”, kata Arin.
Aku kaget tentu saja.
“Gituan gimana?”, tanyaku jaim.
“Alaah, nggak usah sok alim deh kak. Kakak ngentot ama ibu kan?”, tanyanya.
“Kalau iya kenapa?”, tanyaku menantang.
“Asal ibu bahagia saja, Arin senang. Walau pun agak aneh rasanya kakak yang melakukan itu ama ibu”, katanya.
“Kamu kepengen ya?”,
“Nggak ah”
“Alah, kalau kau mau bilang aja, nggak usah malu-malu, atau kamu sudah pernah gituan ya?”
“Belum pernah, dan jangan ngejek ya!?”
“Kakak nggak percaya, kamu pasti udah nggak perawan”, kataku.
“Kakak jahat!”, katanya sambil memukul bahuku.
“Aduh, koq mukul”, kataku.
“Habisnya kakak jahat!”, katanya.
“Kau harus tahu, aku melakukan ini juga untuk kesembuhan ibu, semakin kakak melakukannya ibu semakin membaikkan?”
Arin diam sejenak, “Iya juga sih, ibu makin membaik”.
“Mau tau rahasia?”, tanyaku.
“Apa ?”, tanyanya.
“Sebenarnya sudah sejak dari dulu kakak ingin begini sama ibu”, kataku.
“Busett…kakak ternyata…”, Arin menggeleng-geleng.
“Yee…ini juga karena memang ibu wanita yang cantik”, kataku. “Apalagi kakak juga sudah dewasa kan?”
Entah bagaimana aku juga ingin begitu dengan adikku. Melihat dia hanya pakai celana pendek, bahkan aku bisa melihat putingnya yang menonjol. Kebiasaan dia kalau di rumah tak pakai BH. Alasannya gerah. Jadi hal ini pun membuatku makin terangsang.
Guna memancingnya aku keluarkan penisku. Dan mengurutnya.
“Kakak ngapain? Jorok ih”, katanya.
“Yeee…suka-suka dong”, kataku. Aku mengocok perlahan sambil menatap adikku itu. “Kamu boleh koq sentuh”
“Nggak ah..”, katanya.
“SENTUH!!”, aku sedikit membentak.
Adikku entah bagaimana ia tiba-tiba spontan menyentuh penisku.
“Nah, gitu…”, kataku. Sensasinya mulai aku rasakan. “Sekarang kocok dong!!”
“Udah ya kak, jangan deh”, katanya.
“Kocok!”, kataku.
Ia menurut. Mungkin perbedaan sikapku yang tadi membuat ia sedikit kaget. Aku tahu jantungnya berdegup kencang. Ia mengocoknya terus, tak beraturan. Tapi itu saja sudah membuatku nikmat. Aku lalu merangkulnya dan menciumnya, sembari ia masih mengocok. Ia kaget dan mencoba melepaskan diri, tapi aku lebih kuasa. Adikku yang SMP itu kini first kis denganku.
Lidahku menari-nari di dalam mulutnya, ia tampak kewalahan, bahkan aku sigap kaosnya dan kuremas dadanya yang montok itu. Lalu aku menyusu kepada adikku itu, aku lucuti pakaiannya, ia meronta, “Kak…jangan…”
Terlambat sudah, aku sudah menduduki perutnya, ia tak bisa ke mana-mana. Aku lucuti pakaianku, kini kami telanjang. Aku julurkan penisku ke mulutnya.
“Ayo isep!”, kataku.
“Nggak ah kak, koq jadi gini sih”, katanya.
“Isep!”, kataku.
Ia hanya nurut. Ia buka mulutnya dan aku jambak rambutnya. Kugerakkan kepalanya maju mundur. Nikmat sekali. Tak perlu lama-lama, aku sudahi permainan itu karena aku mengincar vaginanya. Segera, aku berbalik di posisi 69. Aku menjilati miss-vnya. Vagina perawan memang beda. Aku rasanya cairan itu membasahi mulutku. Lidahku terus menari-nari di dalamnya. Sementara adikku mengulum penisku dengan suara…”Hmmmhh…hmmmh…hmmmh…”
Cairan kewanitaan itu makin banyak. Dan vagina itu basah sekali. Aku sudah benar-benar puas. Lalu aku berbalik. Dan aku siap untuk menusukkan penisku yang besar dan panjang ini ke vagina Arin yang sempit. Mulanya kepalanya yang masuk, sulit sekali. Lalu aku dorong perlahan, aku tarik lagi, aku dorong lagi, vaginanya berkedut-kedut meremas-remas punyaku. Punyaku serasa ingin dia hisap.
“Kaakk….sakit kaak…jangan perkosa Arin”, katanya meminta.
“Nanti juga enak koq Rin”, kataku.
Dan aku pun mulai mendorongnya sekuat tenaga. Arin memiawik tertahan. Nafasnya memburu. Vaginanya berdenyut-denyut, ia menerima ransangan penisku, aku mulai bergoyang teratur. Sembari aku menindihnya aku menciumi bibirnya. Kakak adik ini sekarang sudah bersatu. Tak kusangka penisku bisa masuk penuh memenuhi rongga vagina adikku sendiri. Kini aku tak kuasa ingin keluar. Padahal juga baru sepuluh menit bergoyang. Dan aku pun tak bisa menyia-nyiakan ini, aku memang ingin keluar.
“Rin, kakak mau menghamili kamu….ahh…keluar riiinn…Akkkhh…aaahhkkk”, benar sekali. Spermaku muncrat dengan energi penuh. Adikku merangkulku. Karpet itu jadi saksi bahwa keperawanan adikku aku renggut. Agak lama kami berpelukan dan berguling di karpet. Sampai kemudian aku cabut punyaku. Dan melihat karpet itu bernoda.
Sperma tampak sedikit keluar dari vaginanya, karena terlalu banyak yang keluar tadi. Malam itu aku membopong adikku ke kamarnya. Ia menangis. Tentu saja ia kaget dengan yang kulakukan barusan, bahkan ia kuperkosa.
“Maafkan kakak ya”, kataku. “Kalau kau mau marah, kakak ada di sini”
“Percuma Arin marah, kakak sudah memerawaniku”, katanya. “Kakak harus janji, selain ibu dan Arin, kakak nggak boleh dengan wanita lain!!”
“Baiklah kakak berjanji”, kataku.
“Mulai sekarang, Arin ingin jadi istri kakak”, katanya.
Setelah itu, aku berterus terang kepada ibuku tentang kejadian tadi malam. Ibuku tak marah. Ia mengerti keadaanku yang kecanduan sex. Boleh dibilang, hubungan incest ini tak ada orang yang tahu. Bahkan ketika ibuku melahirkan anak hasil hubungan kami, demikian juga Arin. Entahlah ini namanya apa. Tapi kami berjanji akan menjaga anak-anak kami sampai ia dewasa nanti. Dan yang pasti. Hari-hariku melakukan sex dengan mereka berdua tak akan pernah usai. Dan anehnya setiap saat aku ingin sekali melakukannya dengan mereka. Ibuku yang suka dan mahir blow job, ditambah Arin yang vaginanya sempit membuatku ingin setiap hari menggaulinya. Kau tahu kalau kalian menganggap kisah ini bualan, kalian salah. aku benar-benar melakukannya dengan ibu dan adikku.
Cerita panas seru dewasa lengkap dan terbaru Cerita birahi mama Ngentot di kost Birahi ibuku Memek kakak ibuku binal Ngentot ibuku ceritasedarah cerita ngentot di kost ngentot mama dan adik Cerita onani di kamar Nikmatnya memek mama cerita onani Cerita onani di kamar mandi Nikmatnya memek adikku nikmatnya memek mamaku cerita sex mamaku binal mamaku binal memek mama enak BIRAHI MAMA cerita dewasa adik dan ibu hanya di kumpulanceritaseru.info dan masih banyak lagi Cerita seks seru terbaru lainya yang sesuai keinginanmu.
Ada perasaan kangen sebenarnya ama kampung halaman. Dan perasaan itu pun masih ada sampai sekarang, maklum karena kesibukanku, aku pulang hanya setahun sekali. Selain mengikuti organisasi kampus dan banyak ekstrakulikuler, aku juga dihadapkan pada jadwal perkuliahan yang padat. Namun pada semester kelima ini, aku mau mengambil cuti untuk beberapa waktu. Kabar tak enak datang dari kampung halaman. Baru saja keluargaku di kampung halaman mendapatkan musibah, sebuah kecelakaan. Ayah meninggal dan ibuku mengalami koma. Sedangkan adikku baik-baik saja. Mulai dari sinilah kehidupanku berubah.
Ayah yang satu-satunya orang yang membiayai kuliahku pergi. Sehingga dari sini, aku harus membanting tulang sendirian, untuk ibuku, adikku dan diriku sendiri. Akhirnya kuliah ini aku tunda dulu. Aku mengajukan cuti satu semester. Waktu cuti itu aku manfaatkan untuk membanting tulang. Aku tak bisa mengandalkan dari warisan ayahku. Sebab kalau aku mengandalkannya, aku tak bisa membiayai semua keperluan kami. Dan syukurlah aku diterima bekerja di sebuah perusahaan swasta, walaupun berbekal kemampuanku di bidang analisis data, aku mendapatkan gaji yang cukup.
Ibuku adalah seorang wanita yang sangat cantik sebenarnya. Usianya baru 38 tahun. Ia menikah muda dengan ayahku. Dan sampai sekarang ia tetap bisa menjaga kemolekan tubuhnya. Pernah sih waktu masih remaja aku beronani membayangkan ibuku sendiri. Tapi hal itupun tak berlangsung lama, hanya beberapa saat saja. Dan adikku masih sekolah SMP, namanya Arin. Seorang gadis periang, cantik dan imut. Banyak cowok2 yang tergila-gila pada adikku itu. Dan paling tidak ada salah satu teman cowoknya yang pedekate ama dia, tapi yaaa…masih takut-takut.
Dua minggu setelah kecelakaan itu, ibuku sadar dari komanya. Mulanya ia tak ingat apa-apa, namun setelah tiga hari berada di rumah, ia pun ingat. Tapi karena kondisinya yang masih lemah, ia pun tak bisa berbuat banyak. Aku dan Arin gantian menjaganya. Sebagai anak laki-laki satu-satunya beliau benar-benar menyayangiku. Katanya ia mengingatkanku pada ayah. Aku tahu ia sangat shock dengan kejadian yang baru saja menimpanya. Aku dan Arin terus berusaha menghiburnya, sampai ia benar-benar sehat.
Hari itu seperti hari-hari sebelumnya, tapi sedikit istimewa, karena teman-teman kuliahku mau mengunjungiku. Ketika pulang kerja, kami sempatkan sejenak untuk berkumpul. Mereka semua ikut berbela sungkawa terhadap keadaanku sekarang. Tapi selain itu mereka mencoba menghiburku, ada-ada saja ulah mereka, yaitu memberiku kaset bokep, dan majalah2 hardcore. Kata mereka, “Ini buat menghibur loe sobat, biar nggak berduka terus”. Sialan. Tapi nggak apa-apalah, soalnya juga sudah lama aku nggak nonton yang begituan. Namun ternyata inilah sumber dari kejadian selanjutnya.
Aku pulang dan aku lihat adikku sedang belajar di kamarnya. Ibuku sudah bisa sedikit berjalan, walau masih berpegangan pada apapun yang ada di dekatnya.
“Kau sudah pulang Gun?”, tanyanya.
“Iya bu”, kataku.
“Kalau mau makan, di meja makan tadi adikmu beli sesuatu”, kata ibuku.
“iya”, kataku singkat.
Singkatnya aku mandi dan mengurung diri di kamar. Aku pun mulai menonton bokep dan majalah-majalah hardcore. Mulanya sih agak aneh aja aku melakukan hal ini, tapi rupanya sedikit bisa menghiburku. Jam menunjukkan pukul sebelas malam, aku tak sadar kalau sudah lama aku berada di dalam kamar mengocok sendiri punyaku dan menontoni tubuh para wanita itu. Aku keluar kamar dengan maksud hati untuk makan apa pun yang ada di meja makan.
Ketika keluar dari kamar, aku melewati kamar ibuku. Astaga, apa yang aku lihat itu? Ibuku yang memakai daster itu tampak tersingkap dasternya, sehingga aku bisa melihat CD-nya. Memang badannya masih mulus. Aku mulai berpikiran jorok, ini pasti akibat barusan aku nonton bokep. Wajahnya masih cantik, dan aku bisa melihat wajahnya yang polos ketika tidur. Aku berdiri di pintu kamarnya, memang pintunya sengaja di buka agar sewaktu-waktu kalau ia memanggilku aku bisa dengar. Entah setan mana yang menguasaiku, akupun mengocok punyaku sambil membayangkan beliau membelai punyaku. Aku kocok pelan-pelan. “Ohh….Mega..”, aku panggil nama ibuku berbisik. Aku terus mengocok, makin lama makin cepat, dan maniku muncrat…CROOT….CROTT…, banyak banget sampai mengotori lantai, buru-buru aku bersihkan dengan kain pel yang ada di sebelah pintu. Entah kenapa aku mulai berpikiran seperti itu. Namun rencana jelekku nggak sampai di situ saja.
Esoknya, aku libur, sebab hari ini adalah hari sabtu. Kantorku sabtu dan minggu libur. Arin sudah pergi ke sekolah. Aku bangun agak kesiangan. Mungkin kelelahan karena peristiwa kemarin. Aku pun entah dari mana punya pikiran yang aneh-aneh lagi. Aku berniat memandikan ibuku, aku ingin melihat tubuhnya yang utuh. Aku pun ke kamar ibuku, ia sudah bangun dan sedang bersiap mandi.
“Ibu, ibu mau mandi?”, tanyaku.
“Iya Gun”, katanya.
“Boleh Gun, mandiin ibu?”, tanyaku.
“Nggak usah Gun, ibu sudah bisa sendiri koq”, jawabnya.
“Nggak apa-apa bu, kondisi ibu masih belum pulih benar”, kataku merayu.
Tak punya pikiran lainnya, ibuku pun menjawab, “Baiklah”.
Akupun mengantarnya ke kamar mandi. Inilah saatnya pikirku. Aku melihatnya melepas daster, BH dan CD-nya satu per satu. Tampaklah dua buah toket yang masih mancung dan miss-v yang aku ingin lihat dari dulu. Aku hanya terbengong, dan tak terasa tongkolku sudah tengah. Darah mengalir cepat ke ubun-ubunku.
“Kenapa Gun?”, tanya ibu.
“Ah..nggak apa-apa “, jawabku.
“Bajunya dilepas dong Gun, nanti basah”, kata ibuku. “Kamu belum mandi juga kan?”
“I…iya”,kataku.
Aku pun melepas pakaianku. Ibuku agak terkejut melihat punyaku yang tegang. Lalu dia duduk di pinggir bak mandi. Seakan mengerti, akupun mengambil gayung dan menyiramkan ke tubuhnya. Ia membasuh mukanya, ia ganti mengambil gayung dan menyiramkannya ke tubuhku. Kami benar-benar saling menggayung. Tibalah saat menyabun. Aku mengambil sabun cair. Kusabuni punggungnya. Busanya melimpah, lalu dari belakang aku menyusuri pundak, hingga ke depan, aku agak takut menyentuh dadanya. Takut kalau dia marah. Tapi ternyata tidak. Akupun sedikit membelai toketnya, dan agak meremas. Kami diam, dan hanya bahasa tubuh saja yang saling berucap. Ku basuh dari dadanya, hingga ke perut. Ketika mau menuju miss-v, ibuku menahan.
“Jangan pakai sabun ini, tidak baik untuk kewanitaan”, katanya. “Bersihkan dulu tubuh ibu”.
Aku pun menurut, aku guyang ia pakai air. Sabun yang ada di tubuhnya hilang, lalu ia mengambil pembersih khusus kewanitaan. Lalu menyerahkannya kepadaku. Aku mengerti lalu mulai menyabun tempat itu pakai sabun tersebut. Mulanya aku hanya sekedar menggosok, tapi lama-lama aku sedikit menyentuh kelentitnya, ibuku memejamkan mata sejenak. Sepertinya ia keenakan, aku teruskan, namun aku tak berani lama-lama. Ia agak tersentak ketika aku menyudahinya. Ia menghirup nafas agak dalam, sepertinya ia sedikit horni.
Aku mengguyang air di daerah kewanitaannya. Bersihlah sudah sekarang. Lalu giliranku. Aku disabun oleh ibuku. Mula-mula punggung, dadaku yang bidang, lalu perut, dan sampai di tongkolku yang tegang. Ia mengurut tongkolku sesaat, lalu menggosok buah pelirku, sepertinya ia tahu bagian-bagian itu. Enak sekali sentuhan ibuku.
“E…bu…boleh Gun minta sesuatu?”, tanyaku.
“Apa itu?”
“Gun kan sudah dewasa, dan mengerti soal beginian. Kalau boleh aku ingin ibu mengocok punya Gun sebentar bu”, aku mengatakan hal yang aneh-aneh. Yang memang tak perkikirkan sebelumnya.
Ibuku terdiam.
“Maaf bu, aku tak bermaksud demikian, hanya saja, aku sebagai laki-laki normal siapa saja, pasti akan merasakan hal seperti ini”, kataku.
“Iya, ibu faham, anak ibu sudah dewasa”, katanya.
Tangannya yang lembut itu pun akhirnya mengocok punyaku, membelainya. Oh…apa ini? Aku serasa melayang. Ia benar-benar mengocok tongkolku yang sudah tegang. Peristiwa itu sangat erotis sekali. CLUK….CLUK…CLUK…bunyi tongkolku yang dikocok berpadu dengan air sabun. Busanya sangat banyak, aku ingin sekali meremas toket ibuku.
“Bu, boleh Gun meremas dada ibu?”, tanyaku. “Gun sangat terangsang sekali”.
“Maafkan ibu nak, seharusnya tidak begini. Gun tak boleh macam-macam sama ibu, ibu sakit Gun”, kata ibu.
“Kalau ibu tidak mengijinkan juga tidak apa-apa, tapi Gun tidak tahan lagi”, kataku.
Aku pun mencengkram pundak ibuku, pertanda mau orgasme. Ibuku tahu hal itu, dan ia mengocok tongkolku dengan cepat, CROOT…..CROOT…..CROT….sperma muncrat ke wajahnya, dadanya, dan perutnya. Banyak sekali. Sebagian membeler di jemarinya.
“Sudah Gun?”, tanya ibu.
“I…iya…”, kataku lemas.
Ibuku lalu membersihkan spermaku yang ada di tubuhnya dengan membasuhnya dengan air.
“Jangan bilang ini sama Arin ya”, katanya. “Atau orang lain.”
Kami segera keluar dari kamar mandi. Entah apa yang aku lakukan barusan. Tapi aku sangat menikmatinya. Ibuku dan aku hanya memakai handuk saja. Aku membawanya sampai ke kamar. Di kamar aku masih horny, dengan posisi ibuku yang sekarang hanya pakai handuk saja, membuatku makin terangsang.
Aku tak kuasa menahan godaan ini. Setelah ibuku aku dudukkan. Aku duduk di sebelahnya.
“Bu, maaf kalau tadi Gun lancang di kamar mandi”, kataku.
“Tak apa-apa Gun, laki-laki normal pun pasti demikian, bahkan bisa lebih”, kata ibuku.
“Bu, apakah boleh Gun lihat lagi dada ibu?”, tanyaku.
“Buat apa Gun?”, tanyanya. “Ibu masih sakit Gun”.
“Sebentar saja bu, boleh ya?”, tanyaku.
“Baiklah”, katanya.
Ia membuka handuknya, tampaklah dua buah bukit kembar yang aku inginkan. Aku memegang putingnya, entah kenapa tiba-tiba aku menyusu di sana.
“Oh…Gun…jangan Gun….ahkk”, ibuku tampak tak melawan walaupun aku menghisap susunya. Mengunyah putingnya, menggigit dan meremas keduanya. Tak terasa, ia sudah berbaring tanpa sehelai benang pun. Aku pun menciumi perutnya, hingga ke miss-v-nya. Miss-v-nya yang keset membuatku makin bergairah. Ibuku terus meronta jangan dan jangan. Aku tak peduli, nafsu sudah di ubun-ubun. Ibuku tampak terangsang dengan perlakukanku itu. Ia pun secara tak sengaja membuka pahanya, tongkolku sudah siap, dan aku sudah ada di atas ibuku. Kedua bibir kemaluan bertemu. Ibuku tampak meneteskan air mata.
“Maaf, bu, tapi Gun tak kuasa menahan ini”, kataku lagi.
Penisku kugesek-gesekkan di bibir miss-v-nya. Agak geli dan enak. Ini adalah aku melepaskan keperjakaanku kepada ibuku sendiri. Aku senggol-senggol klitorisnya, ibuku memejamkan mata, ia menggelinjang, setiap kali kepala penisku menyentuhnya. Lalu akupun memasukkannya. Miss-v-nya sudah basah sekali. Tak perlu tenaga banyak untuk bisa masuk. SLEEB!! Sensasinya luar biasa. Aku tak peduli ia ibuku atau bukan sekarang. Aku sudah menggenjotnya naik turun. Pinggulku aku gerakkan maju mundur dengan ritme sedang. Kurasakan sensai miss-v ibuku yang masih seret menjepit tongkolku yang panjang dan besar itu. Aku usahakan ibuku juga merasakan sensasi ini. Aku angkat bokongnya, aku remas. Kakinya mulai kejang dan menjepit pinggangku.
“Ohh….Ahh…terus Gun…cepat selesaikan, cepat Gun….”, kata ibuku. Ia mencengkram sprei tempat tidur. Ia menggigit bibirnya. Wajahnya yang cantik dan bibirnya yang seksi membuatku terangsang. Dadanya naik turun, oh…seksi sekali.
“Mega, tubuhmu nikmat Mega…ahh….aku ingin ngentot terus denganmu, aku ingin keluar Mega…OOHH…Ahhhh”, aku percepat goyanganku. Ibuku pun sepertinya mau keluar, ia bangkit dengan bertumpu kepada kedua tangannya, pertanda orgasme. Aku juga keluar. Spermaku muncrat di dalam rahimnya, aku tekan kuat-kuat. Akhirnya fantasiku untuk ngentot dengan ibuku sendiri kesampaian. Aku benamkan dalam-dalam penisku, sampai spermaku benar-benar tak keluar lagi. Ibuku lemas. Ia masih beralaskan handuk bekas mandi. Aku perlahan mencabut penisku. PLOP..!! suaranya ketika aku cabut.
“Maafkan aku bu, tapi enak sekali”, kataku.
Aku berbaring di samping ibuku. Ibuku memukulkan tangannya ke dadaku. “Kamu bajingan!!” Ibuku lalu menangis. Ia membelakangiku, sambil memeluk dirinya sendiri.
Butuh waktu lama untuk dirinya bisa diam. Sampai kurang lebih 30 menit kemudian, nafsuku bangkit lagi, karena masih melihatnya telanjang. Aku mempersiapkan penisku yang tegang lagi. Kali ini bukan fantasi, inilah yang aku rasakan. Aku mendekatkan penisku ke pantatnya, aku sentuh pinggulnya, lalu aku masukkan penisku ke vaginanya. Nggak perlu susah-susah dan Bless….”Aah…Gun, kamu mau apa lagi? Tidak cukupkah kamu menyiksa ibu?”
“Gun, tak tahan nih bu, Gun jugakan masih perjaka”, kataku. Posisiku kini dari samping. Dan aku keluar masukkan penisku. Pantatnya dan perutku beradu. Sensasinya luar biasa. Pantatnya benar-benar seksi, semok dan menggiurkan. Aku tak butuh waktu lama untuk bisa ejakulasi lagi di dalam rahimnya. Dan ketika puncak itu aku memeluk ibuku.
Sensasinya aneh memang, tapi nikmat sekali. Setelah itu aku benar-benar memohon maaf.
“Maafkan Gun bu, maafkan Gun”, kataku.
Lalu ibuku menyuruhku untuk keluar kamar. Aku pun keluar. Aku kembali ke kamarku dan memikirkan apa yang terjadi barusan. Aku sudah menjadi anak durhaka.
*******
Arin pulang. Ibuku bertingkah seperti biasa. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Tapi tatapan kami mempunyai arti. Antara malu, takut dan senang aku bingung.
Esoknya, hari minggu. Ibuku tampak agak senang. Kesehatannya sedikit pulih. Ia bisa berjalan normal. Ia seolah melupakan kejadian kemarin. Apakah mungkin gara-gara apa yang aku lakukan kemarin? Bisa jadi. Tak perlu waktu lama memang untuk bisa mencerahkan wajahnya lagi. Ia sudah senang dengan perkembangan kesehatannya.
Malamnya, ibuku ingin tidur di kamarku. Entah kenapa ia ingin begitu. Dan aku pun mengiyakannya. Pukul 12 malam. Ketika Arin sudah tidur. Dan aku berada di samping ibuku. Kami seranjang. Aku tahu bisa saja saat itu aku sudah bercinta dengannya, tapi ada sesuatu yang membuat kami tidak melakukannya.
“Sepertinya kesehatan ibu mulai pulih akibat itu Gun”, katanya.
“Tapi inikan baru satu hari bu, dan Gun sangat menyesal melakukannya kemarin”, kataku.
Ibu bangkit, lalu ia menurunkan celana pendekku. Tanpa babibu, ia sudah mengulum penisku. Aku kaget mendapatkan sensasi itu. Tidak ada wajah jaim, tidak ada rasa penyesalan seperti kemarin. Ia sudah mengulum penisku, seorang Blow Jober pro. Ia mengocok, mengulum, menjilat. Dengan ganas ia lumat tongkolku dengan mulutnya yang seksi itu. Ia juga gesek-gesekkan ujung penisku ke putingnya, lalu ia jepit dengan dadanya. Akupun tak menyia-nyiakan ini, aku segera melepas bajuku, lalu bajunya. Kami sudah telanjang, dan ia masih mengoralku. Aku berbaring dengan menikmati sensasi yang sedikit aneh, tapi nikmat. Oh tidak, rasanya aku mau keluar….sedotannya benar-benar mantap. Aku tak kuasa lagi dan…aahh..benar…CROT…CROT…CROT…spermaku tak sebanyak kemarin pagi. Tapi cukup untuk memenuhi isi mulutnya. Ia menyedot spermaku sampai habis.
“Nih lihat”, kata ibuku sambil membuka sedikit mulutnya. Aku bisa lihat lidahnya yang terbungkus cairan putih spermaku.
“Ibu hebat”, kataku.
“Ibu masih belum puas”, katanya. Ia lalu menelan spermaku bulat-bulat.”Ah..”
Aku bangkit dan langsung nenen. Aku menenen kepadanya seperti bayi, kali ini kami All Out. Tidak seperti kemarin. Kami saling mendesat, saling menggigit. Ibuku ada di atas, dan aku berbaring. Penisku sudah tegang lagi dan mengacung ke atas. Ia berjongkok dan menuntun penisku masuk miss-v-nya dengan tangannya. Ia pun naik turun sambil tangannya bertumpu pada pahaku. Makin lama ia makin cepat gerakannya. Aku juga tak kuasa, bahkan aku bisa-bisa jebol duluan. Ia tahu kalau aku mau jebol, Ia hentikan gerakannya, ia ganti dengan meremas-remas telurku. Oh…ini baru, tehnik baru. Ketika ia meremas telurku, tampak nafsuku yang sudah dipuncak tiba-tiba hilang. Lalu setelah beberapa saat kemudian, ia bergoyang lagi naik turun. Ia terus mengulangi hal itu kalau aku mau ke puncak, rasanya spermaku berkumpul di ujung penisku. Cerita blowjob hanya di kumpulanceritaseru.info Seolah-olah pijatan itu membuatku seperti menahan bom. Dan benar, ketika ibuku mau orgasme, ia lebih cepat bergerak. Ia naik turunkan lebih cepat dari sebelumnya, ia tak lagi bertumpu di pahaku, tapi di dadaku. Dan ia mengigau, “Oh…Gun…Oh…anak mama yang nakal….tongkolmu gedhe Gun. Nikmat banget. Ibumu ini jadi budakmu Gun…Ahh…Sampai…sampai…ibu mau sampai, kamu juga ya sayang, basahi rahim ibumu, hamili ibumu ini”.
Aku pun keluar dan langsung bangkit memeluk ibuku. Kami orgasme bersama-sama. Vaginanya sangat basah, begitu juga punyaku. Sperma itu masuk ke rahimnya lagi. Banyak sekali, dan benar, spermaku tadi yang tertahan terkumpul di ujung dan melepas dengan semprotan yang luar biasa. Kami berpandangan sesaat, aku mencium bibirnya. Kami berciuman, aku masih memangkunya, dan tak perlu waktu lama. Kami ambruk dan saling berpelukan. Kami tertidur.
******
Hubunganku dan ibuku sendiri sekarang sudah seperti suami istri. Aku tak tahu bagaimana kami menyebutnya. Setiap malam aku selalu melakukannya, bahkan tidak tiap malam. Hampir setiap hari, dan kesehatan ibuku makin membaik dari hari ke hari. Dokter pun terheran-heran dengan hal ini. Dan setiap hari kami melakukan gaya yang berbeda-beda. Dan lambat laun hal ini pun tercium oleh Arin.
Suatu saat ketika ibu tidur lebih awal, sehabis main denganku. Aku nonton tv. Di ruang tengah tampak Arin juga ada di sana. Aku duduk berdekatan.
“Aku tahu kakak gituan sama ibu”, kata Arin.
Aku kaget tentu saja.
“Gituan gimana?”, tanyaku jaim.
“Alaah, nggak usah sok alim deh kak. Kakak ngentot ama ibu kan?”, tanyanya.
“Kalau iya kenapa?”, tanyaku menantang.
“Asal ibu bahagia saja, Arin senang. Walau pun agak aneh rasanya kakak yang melakukan itu ama ibu”, katanya.
“Kamu kepengen ya?”,
“Nggak ah”
“Alah, kalau kau mau bilang aja, nggak usah malu-malu, atau kamu sudah pernah gituan ya?”
“Belum pernah, dan jangan ngejek ya!?”
“Kakak nggak percaya, kamu pasti udah nggak perawan”, kataku.
“Kakak jahat!”, katanya sambil memukul bahuku.
“Aduh, koq mukul”, kataku.
“Habisnya kakak jahat!”, katanya.
“Kau harus tahu, aku melakukan ini juga untuk kesembuhan ibu, semakin kakak melakukannya ibu semakin membaikkan?”
Arin diam sejenak, “Iya juga sih, ibu makin membaik”.
“Mau tau rahasia?”, tanyaku.
“Apa ?”, tanyanya.
“Sebenarnya sudah sejak dari dulu kakak ingin begini sama ibu”, kataku.
“Busett…kakak ternyata…”, Arin menggeleng-geleng.
“Yee…ini juga karena memang ibu wanita yang cantik”, kataku. “Apalagi kakak juga sudah dewasa kan?”
Entah bagaimana aku juga ingin begitu dengan adikku. Melihat dia hanya pakai celana pendek, bahkan aku bisa melihat putingnya yang menonjol. Kebiasaan dia kalau di rumah tak pakai BH. Alasannya gerah. Jadi hal ini pun membuatku makin terangsang.
Guna memancingnya aku keluarkan penisku. Dan mengurutnya.
“Kakak ngapain? Jorok ih”, katanya.
“Yeee…suka-suka dong”, kataku. Aku mengocok perlahan sambil menatap adikku itu. “Kamu boleh koq sentuh”
“Nggak ah..”, katanya.
“SENTUH!!”, aku sedikit membentak.
Adikku entah bagaimana ia tiba-tiba spontan menyentuh penisku.
“Nah, gitu…”, kataku. Sensasinya mulai aku rasakan. “Sekarang kocok dong!!”
“Udah ya kak, jangan deh”, katanya.
“Kocok!”, kataku.
Ia menurut. Mungkin perbedaan sikapku yang tadi membuat ia sedikit kaget. Aku tahu jantungnya berdegup kencang. Ia mengocoknya terus, tak beraturan. Tapi itu saja sudah membuatku nikmat. Aku lalu merangkulnya dan menciumnya, sembari ia masih mengocok. Ia kaget dan mencoba melepaskan diri, tapi aku lebih kuasa. Adikku yang SMP itu kini first kis denganku.
Lidahku menari-nari di dalam mulutnya, ia tampak kewalahan, bahkan aku sigap kaosnya dan kuremas dadanya yang montok itu. Lalu aku menyusu kepada adikku itu, aku lucuti pakaiannya, ia meronta, “Kak…jangan…”
Terlambat sudah, aku sudah menduduki perutnya, ia tak bisa ke mana-mana. Aku lucuti pakaianku, kini kami telanjang. Aku julurkan penisku ke mulutnya.
“Ayo isep!”, kataku.
“Nggak ah kak, koq jadi gini sih”, katanya.
“Isep!”, kataku.
Ia hanya nurut. Ia buka mulutnya dan aku jambak rambutnya. Kugerakkan kepalanya maju mundur. Nikmat sekali. Tak perlu lama-lama, aku sudahi permainan itu karena aku mengincar vaginanya. Segera, aku berbalik di posisi 69. Aku menjilati miss-vnya. Vagina perawan memang beda. Aku rasanya cairan itu membasahi mulutku. Lidahku terus menari-nari di dalamnya. Sementara adikku mengulum penisku dengan suara…”Hmmmhh…hmmmh…hmmmh…”
Cairan kewanitaan itu makin banyak. Dan vagina itu basah sekali. Aku sudah benar-benar puas. Lalu aku berbalik. Dan aku siap untuk menusukkan penisku yang besar dan panjang ini ke vagina Arin yang sempit. Mulanya kepalanya yang masuk, sulit sekali. Lalu aku dorong perlahan, aku tarik lagi, aku dorong lagi, vaginanya berkedut-kedut meremas-remas punyaku. Punyaku serasa ingin dia hisap.
“Kaakk….sakit kaak…jangan perkosa Arin”, katanya meminta.
“Nanti juga enak koq Rin”, kataku.
Dan aku pun mulai mendorongnya sekuat tenaga. Arin memiawik tertahan. Nafasnya memburu. Vaginanya berdenyut-denyut, ia menerima ransangan penisku, aku mulai bergoyang teratur. Sembari aku menindihnya aku menciumi bibirnya. Kakak adik ini sekarang sudah bersatu. Tak kusangka penisku bisa masuk penuh memenuhi rongga vagina adikku sendiri. Kini aku tak kuasa ingin keluar. Padahal juga baru sepuluh menit bergoyang. Dan aku pun tak bisa menyia-nyiakan ini, aku memang ingin keluar.
“Rin, kakak mau menghamili kamu….ahh…keluar riiinn…Akkkhh…aaahhkkk”, benar sekali. Spermaku muncrat dengan energi penuh. Adikku merangkulku. Karpet itu jadi saksi bahwa keperawanan adikku aku renggut. Agak lama kami berpelukan dan berguling di karpet. Sampai kemudian aku cabut punyaku. Dan melihat karpet itu bernoda.
Sperma tampak sedikit keluar dari vaginanya, karena terlalu banyak yang keluar tadi. Malam itu aku membopong adikku ke kamarnya. Ia menangis. Tentu saja ia kaget dengan yang kulakukan barusan, bahkan ia kuperkosa.
“Maafkan kakak ya”, kataku. “Kalau kau mau marah, kakak ada di sini”
“Percuma Arin marah, kakak sudah memerawaniku”, katanya. “Kakak harus janji, selain ibu dan Arin, kakak nggak boleh dengan wanita lain!!”
“Baiklah kakak berjanji”, kataku.
“Mulai sekarang, Arin ingin jadi istri kakak”, katanya.
Setelah itu, aku berterus terang kepada ibuku tentang kejadian tadi malam. Ibuku tak marah. Ia mengerti keadaanku yang kecanduan sex. Boleh dibilang, hubungan incest ini tak ada orang yang tahu. Bahkan ketika ibuku melahirkan anak hasil hubungan kami, demikian juga Arin. Entahlah ini namanya apa. Tapi kami berjanji akan menjaga anak-anak kami sampai ia dewasa nanti. Dan yang pasti. Hari-hariku melakukan sex dengan mereka berdua tak akan pernah usai. Dan anehnya setiap saat aku ingin sekali melakukannya dengan mereka. Ibuku yang suka dan mahir blow job, ditambah Arin yang vaginanya sempit membuatku ingin setiap hari menggaulinya. Kau tahu kalau kalian menganggap kisah ini bualan, kalian salah. aku benar-benar melakukannya dengan ibu dan adikku.
Cerita panas seru dewasa lengkap dan terbaru Cerita birahi mama Ngentot di kost Birahi ibuku Memek kakak ibuku binal Ngentot ibuku ceritasedarah cerita ngentot di kost ngentot mama dan adik Cerita onani di kamar Nikmatnya memek mama cerita onani Cerita onani di kamar mandi Nikmatnya memek adikku nikmatnya memek mamaku cerita sex mamaku binal mamaku binal memek mama enak BIRAHI MAMA cerita dewasa adik dan ibu hanya di kumpulanceritaseru.info dan masih banyak lagi Cerita seks seru terbaru lainya yang sesuai keinginanmu.
Merasakan Meki Keponaanku Dan Temanya
Lelaki seperti aku ini bukanlah lelaki yang
puas hanya dengan berhubungan dengan satu wanita. Postur badanku yang
gagah; tinggi, besar, tegap, dan atletis, membuatku sering dilirik kaum
wanita. Tak jarang dari mereka yang mengajakku kencan, dan tentu saja
aku melayaninya dengan senang hati. Aku sudah menikah selama 7 tahun
lamanya dengan istriku. Kali ini aku akan ceritakan kisah nakalku dengan
keponakan istriku sendiri.
Sekarang kami tinggal di rumah dengan type mungil ditambah satu orang pembantu dan sering kali keponakkan perempuan kita menginap disana. Pada hari tertentu Keponakan nginap karena dia harus masuk pagi ke kampus, supaya nggak telat katanya. Keponakan berkulit coklat dan manis, dan sudah kuliah semester lima. Tergolong Melanier dibandingkan temen-temennya yang lain, IPK-nya 3,4. Sore itu aku pulang lebih awal dari kantor, kulihat keponakkanku duduk di teras depan dengan kedua teman perempuanya. Mereka seperti sibuk membuka buku-buku kuliah.
“Lho, kok pada duduk diluar! Belajar di dalam sana!” sapaku.
“Sore Oom..!” kata kedua temannya serentak.
Aku ikut duduk di lantai sambil membuka sepatuku dan coba melihat buku apa yang mereka baca.
“Mau ujian baru pada buku?” kataku.
“Iya nih, besok ujian akhir Oom..” kata temannya yang satu.
“Ujian apa?” tanyaku lagi.
“Akuntansi Biaya, Oom” jawab keponakkanku.
“Mau Oom ajari nggak, Oom kerjanya ngurusin akuntansi perusahaan” tawarku.
“Mau, mau Oom..” serempak mereka berteriak.
“Oom mandi dulu yah..” kataku sambil masuk ke dalam rumah.
Kulihat sekilas gadis-gadis muda belia itu, segar dan benar-benar membuatku mengenduskan nafas panjang. Selesai mandi sesuai dengan janjiku aku ajari mereka soal akuntansi, sampai jam 8.00 malam temannya yang satu pamit pulang sedangkan temannya yang satu nginap di rumahku.
Malam itu aku masih menonton film tengah malam, kudengar pintu kamar keponakkan terbuka dan kulihat keponakkan bangun dari tidurnya.
“Belum tidur Oom!” katanya sambil menggosokkan matanya.
“Belum! Mau ngapain bangun malam begini” tanyaku.
“Haus Oom, Melanie mau minum” jawabnya sambil duduk disampingku.
“Ya, udah Oom ambil dulu!” kataku.
Kulihat dia memakai baju longdress pendek tipis dan tanpa menggunakan BH, pentilnya menonjol keluar memberkas di baju tidurnya. Selesai ambil minum kedekati dia dan menyodorkan minuman.
“Temanmu sudah tidur?” tanyaku.
Melanie hanya mengangguk sambil terus meminum air putihnya sampai habis.
“Ahh, enak, segeer. Oom nonton apa!” tanyanya.
“Ah, film barat! Apa ya judulnya?” jawabku.
Kulihat dia mau ikutan nonton dan terus merebahkan kepalanya dibahuku.
Kurangkul dia dengan lembut sambil berkata, “Sudah tidur sana!”.
Sambil merangkulnya kulihat payudaranya dari balik baju tidurnya. Begitu mengkal dan mantap, badanku bergetar pelan melihat pemandangan itu. Kurangkul dia erat dengan kedua tanganku, tangan kananku menyentuh dua bukit yang tertutup baju tidur. Aku elus tangannya dia pelan-pelan, aku benar-benar pengen menciumnya. Lupa diriku membuat aku nggak sadar akhirnya untuk segera menciumnya. Kudekap mukanya dan kucium dia bibir mungilnya dengan pelan-pelan. Matanya terbuka dan kemudian dia mendorongku pelan.
“Oom, jangan Oom!” tegasnya.
“Oom cuma mau cium kamu aja kok” kataku.
“Tante di kamar lho Oom, udah ah Melanie mau tidur!” ujarnya.
Aku pegang tangannya lembut dan coba untuk membiarkannya pergi tidur.
“Oom kenapa? Emangnya Oom lagi mau!” tanyanya lagi.
“Ah nggak kok, tadi Oom cuma mau cium kamu aja” jawabku.
Melanie kembali duduk mendekatkan diri kepadaku. Dia cium pipi kiriku, dan menarik mukaku berhadapan dengan mukanya serta mencium bibirku.
Aku terhentak kaget, “Eh, sekarang kamu yang aneh..!” kataku.
“Sini Oom, Melanie pegangin aja ya..!” kata keponakkanku.
“Kamu serius, Melanie!” jawabku.
“Oom mau nggak, n’tar Melanie tidur nih” ancamnya.
“Emangnya kamu pernah..” kataku terpotong.
“Udah deh, nanti Tante bangun.. Oom nggak jadi!” jawabnya cepat.
Dia masukkan tangannya ke dalam celanaku, memegang dan coba membangunkan burungku yang sedang tidur. Aku turunkan celanaku agar dia bisa leluasa bekerja, dan membuka baju atasnya agar bisa kulihat payudaranya. Payudaranya begitu bagus terlihat oleh mataku, kuremas dan kupilin petilnya. Melanie mendesah kegelian dan membuat kocokannya semakin cepat.
Dia lepas tanganku dan berkata “Oom aja deh..”.
Dia tertelungkup dan menghisap batanganku, nikmat kurasakan kuluman keponakanku ini. Dalam hati berpikir kalau dia pernah melakukan hal ini sebelumnya.
“Kamu pernah begini, Melanie!” tanyaku.
“Cuma pacar Melanie sering minta Melanie giniin” ujarnya.
Dalam hatiku berpikir, “Sama kayak aku pacaran dulu dong?!”.
Dia terus mengulum burungku dengan kocokan tangan kanannya yang sudah mengetahui seluk beluk burung laki-laki. Makin cepat kocokannya membuat diriku mengerang pelan dan meremas pantatnya yang keremas-remas.
“Oom.. nggak kuat Melanie, Oom mau keluarr..!” erangku.
Melanie bangun dari tempatnya dan pindah jongkok menghadap burungku. Dia kocok burungku dengan mengarah ke mulutnya yang terbuka. Aku benar-benar merasakan nikmat luar biasa dengan sensasi yang dia lakukan.
“Ahh.. sshh, Melanie..” erangku.
Dan.. croot.. croot, keluarlah spermaku dan masuk kedalam mulutnya. Dia terus mengock membuat cairanku keluar banyak sekali (ada kali 6-7 kali). Mulut dan mukanya penuh dengan spermaku, selesai spermaku keluar dia kulum lagi batangku dengan lembut. Wah, hebat banget keponakanku ini, Melanier luar dalam. Puas dia kulum burungku, aku cium bibirnya dengan mesra.
“Terima kasih sayang.. Kamu benar nggak mau juga!” ucapku.
Dia bangkit berdiri dan sambil tersenyum mesra dia berkata “Besok-besok aja Oom..”.
Melanie langsung ke kamar mandi dan masuk kamar. TV ku matikan dan masuk kamar, istriku tertidur pulas banget. Aku dekap dia dari belakang dan ikut tidur puas.
Sabtu aku libur, istriku sudah bersiap-siap pergi dengan beberapa teman komplek, katanya sih ada acara masak-masak di tempat temannya yang akan menikahkan anak sulungnya.
“Pa, Mama ajak Surti (pembantu rumahku) ya..” katanya.
“Mama lama ya?” kataku.
“Ah, nggak. Orang cuma di komplek aja kok. Sore juga pulang” jawabnya.
“Ya udah!” jawabku.
Gak lama istri dan pembantu udah ngacir pergi. Aku ambil perkakas kerja dan naik keatas genteng membetulkan yang bocor.
“Oom, Tante.. Melanie datang” teriak Melanie.
“Oom diatas, Melanie!” balasku.
“Ngapain? Jatuh lho main diatas genteng” candanya.
Aku tersenyum bergegas menyelesaikan pekerjaanku, dalam hatiku menggebu-gebu karena keponakkan kesayanganku datang.
Sampai dibawah, Melanie menghampiriku bertanya “Tante mana?”.
“Pergi ke rumah temannya, acara masak-masak” tandasku.
“Si Mbok dibawa juga” tanyanya lagi.
“He-eh, lho kamu udah liburan yah..” tanyaku balik.
“Iya, sambil nunggu hasil ujian” katanya.
“Kamu mau minum apa” tawarku.
“Gak mau minum, aku mau ama Oom aja” jawabnya dan merangkulku.
“Yeah, baru sampai langsung eksen..” candaku.
Dia terus merangkul aku dan mendekapku dengan kencang.
“Ayo dong Oom, nanti tante keburu datang” mintanya.
“Ah, Tante pulang sore kok” jawabku.
Kami ngobrol di depan TV ngalor ngidul menceritakan pengalaman kita bermain seks, ternyata Melanie memang tergolong keponakkan yang supel (“Suka Peler”).
Singkat cerita kami sudah bergumul saling mencium dan melumat bibir lawan mainnya. Dia begitu panas hari ini, kulepaskan pakaiannya satu persatu dan terus melumat payudaranya. Dadanya bagus, kencang dan putingnya hitam kecoklatan. Aku hisap puting kanannya dan tangan kiriku meremas yang kiri. Dia menggelinjang kencang ditambah desisnya yang kadang mengencang ditambah suaranya yang keluar “Aahh..”. Aku jilati bagian perut dan pusarnya membuat dia makin tergila-gila menahan kenikmatan ujung lidahku. Puas diatas, ditengah sekarang aku ke bawah. Celana dalamnya masih dipakainya, kulihat celana dalamnya sudah basah oleh cairannya sendiri. Aku turunkan celananya dan membuangnya dekat TV. Aku turunkan kepalaku dan melumat bibir vagina keponakkanku. Dia mengerang keras dan menjepit kepalaku dengan kedua kakinya. Aku buka vaginanya dan kulihat itilnya yang kecil, segera kucium dan kujilati naik turun membuat dia semakin menggelora.
Lama sekali aku menjilati vaginanya, karena aku ingin membalas budinya pada malam itu. Sekarang saatnya aku membalas budinya dengan cara melumat dan menjilat kadang kusedot keras itilnya. Dia bergerak naik turun untuk mengibangi gerakan mulutku yang ada di sekitar lobang vaginanya.
“Ah, uh.. Melanie mau keluar Oom..” katanya terpatah-patah.
Aku semakin meningkatkan gerakanku, dan dia semakin mengencangkan jambakannya ke rambutku.
“Ahh.. ah.. Ooomm, Melanie..” badannya mengejang keras.
Kakinya mendekapku erat dan aku hampir tidak bisa bernafas dibuatnya. Dia menegang beberapa kali, dan aku membenamkan seluruh mukaku ke vaginanya. Dia kejang-kejang sedikit begitu masih kujilati itilnya, kemudian dia tarik aku, dicium dan dilumatnya bibirku dengan nafsu.
Ternyata dia memang belum mau berhenti, dia terus menciumi aku dan mendorongku untuk tiduran, aku mengikuti apa yang dia inginkan. Dia langsung mengarah ke burungku dan menghisapnya. Kubiarkan dia memainkan burungku, dia jilat bijiku, dia kulum kepala burungku dengan cepat. Aku duduk dibawah dan menuntunnya untuk menduduki aku diatas. Dengan cepat dia mengerti apa yang kumaksud, dia berjongkok diatas burungku. Tangan kananya memegang burungku dan mengarahkannya ke lobang vaginanya,
slleebb.. sekarang burungku ada disangkarnya.
Melanie mendesah dan menatapku dengan pandangan sayu dan birahi. Pelan dia angkat pantatnya dan pelan pula di menurunkannya. Aku hanya memperhatikannya dan melihatnya memasukkan dan mengeluarkan burungku di vaginanya. Setelah terbiasa dia mulai melakukan gerakan berirama. Kadang naik turun, kadang pantatnya memutar kiri dan kanan, membuatku benar-benar merasakan kenikmatan vagina keponakanku sendiri. Aku genggam pantatnya kubantu dia menggerakkan pantatnya. Melanie benar-bebar menikmati burungku dia terus menggerakkan dengan kekuatanya untuk mendapatkan kenikmatan kedua kalinya. Aku sendiripun sebenarnya sudah tak tahan lagi, tapi Melanie sepertinya mau keluar lagi.
“Ahh.. hhaahh” suaranya.
Desahan panjang dengan getaran badannya membuatku tahu kalau dia sudah orgasme untuk kedua kali.
Kuputar badannya untuk segera aku tindih, aku sudah nggak tahan.
“Oom nggak tahan nih..” Melanieku.
Melanie membetulkan posisinya dengan duduk dan bersandar di sofa dibelakangnya. Aku masukkan kembali burungku ke vaginanya, kali ini aku sudah nggak tahan lagi.
“Oom, jangan dimasukkin yah maninya..” ajar Melanie kepadaku.
Aku mengangguk dan terus menggenjot pantatku maju mundur.
Melanie mencium bibirku sambil memainkan lidahnya di dalam mulutku danmenjilati mukaku. Begitu mau keluar, kucabut batangku dan mengocokknya diatas vaginanya, Melanie terus menciumku dan ikut melihatku mengocok burungku sendiri.
“Achh.. ahh.. ahh..” desahku.
Kukeluarkan semua spermaku keatas perut, tembakan spermaku yang pertama kena di pipi kiri Melanie sementara sebagian ada di perut dan menetes di sekitar bulu-bulu vaginanya. Banyak juga kulihat spermaku keluar, kental dan banyak. Aku bagkit dan mengarahkan burungku untuk dikulum Melanie, aku geli luar biasa merasakan kuluman Melanie. Kami terkulai bersama diatas karpet di depan TV rumahku. Melanie tiduran di sekitar perutku sambil memainkan burungku yang sudah mengecil, dan aku duduk bersandar sofa.
Melanie, Melanie..!” seorang gadis memanggil keponakanku di luar.
Kami sedikit panik dan bergegas untuk bangkit serta berbenah diri, tapi itu temannya Melanie sudah membuka pintu depan dan memandang kami yang bertelanjang bulat. Melanie langsung berlari ke depan pintu dan menarik tangan temannya itu.
“Kamu ngapain, Melanie?” tanyanya sambil melihatku bertelanjang.
“Kamu nggak usah bawel deh..” jawab Melanie dengan sedikit judes.
“Hai!” sapaku ke temannya Melanie yang nginap waktu itu.
Temannya tersenyum sedikit, dan Melanie menutup pintu kembali setelah menarik temannya duduk dekatku. Temannya bingung nggak karuan melihatku yang masih telanjang dan duduk disampingnya.
Melanie langsung duduk ditengah-tengah kami, dan berkata “Tumben kamu hari Sabtu kesini? Biasanya udah ngilang!” tanya Melanie.
“Aku.. aku, nggak jadi pergi, makanya aku kemari..” jawab temannya gugup.
“Kamu takut ya?” tanyaku kepada temannya Melanie.
“Takut..? Takut apaan.. dia takut? seneng kali!?” potong Melanie.
“Lho kok kamu yang jawab?” tanyaku ke Melanie.
“Dia ini Oom yang ngajari aku beginian..” jelas Melanieku.
“Ah, nggak Oom, Melanie bohong..!” jawabnya sambil tertunduk malu.
Aku mendekap Melanie dari belakang, kurangkul dia dari belakang sampai kuangkat dia kepangkuanku, kembali aku cium tengkuknya. Ku ciumi punggungnya dan tanganku meremas payudaranya. Kuputar sedikit badannya agar aku bisa mencium payudaranya. Aku terus mencium dan menghisap puting payudaranya, sedangkan kulihat tangan kiri Melanie mengelus pipi temannya. Temannya beringsut malu dan sesekali melirik kami berdua. Melanie melepaskan rangkulanku dan mendekati temannya. Dia ciumi temannya itu, temannya diam dan coba untuk membrontak tapi Melanie sepertinya tau kalau itu bohong.
Temannya melirikku dan melihat batang burungku yang masih tidur. Aku pegang kepalanya dan menuntun temannya kearah burungku, temannya mengikuti gerakan tanganku. Posisi kita di sofa sekarang benar-benar kayak di film bokep aja, temananya Melanie tertelungkup dengan mukanya di burungku, Melanie nungging membelakangiku dengan kaki kiri naik disandaran sofa membuatku melihat garis vagina keponakan. Sementara batang burungku asyik dilumat sama temannya Melanie tangan kanan kiriku meremas payudaranya temannya Melanie, tangan kananku memegang vaginanya Melanie. Sedangkan Melanie sudah asyik menjilati vagina temannya. Mereka berdua mendesah, bergumam masing-masing kudengar.
Lama kami saling menjilati, melumat dan mencium kemaluan lawan main. Aku membantu Melanie untuk membuka baju temannya, setelah itu kita saling memandang tubuh telanjang kami. Melanie langsung meniduri temannya dan kemudian menuntun burungku untuk dimasukkan ke vagina temannya. Kami bertiga bermain di sofa, aku mamsukkan burungku ke vagina temannya, Melanie menghisap dan memainkan payudaranya temannya. Aku kocok keluar masuk burungku, kudengar temannya hanya mendesah dan mengeluarkan kata-kata ah, uh aja.
Temannya memegangi tangan kiriku dan terus ikut mengerakkan pantatnya maju mundur sedangkan tangan kanannya merangkul Melanie untuk terus menghisap payudaranya. Payudaranya putih dan mulus kulihat bergerak keatas kebawah mengikuti sodokan burungku.
“Ahh.. ahh, akuu.. ahh” jerit temannya Melanie. Dan badannya mengejang tegang sekali, aku terus mempercepat gerakanku semetara Melanie melumat bibirnya dengan cepat. Kulihat temannya mengejang sampai akhir, kubiarkan burungku di dalam vaginanya. Temannya melepas rangkulannya ke Melanie dan datang menghampiriku sambil mendekap dan menciumiku.
Kucabut batang burungku, kali ini Melanie yang nungging dan minta untuk dimasukkan burungku. Aku menurut saja, kemasukkan burungku ke dalam vagina Melanie dan bergerak maju mundur. Melanie benar-benar nikmat sekali sepertinya, sementara temennya sudah tiduran di bawah payudaranya Melanie. Kulihat vagina temannya, sambil burungku main dengan vagina Melanie tangan kananku memegangi vagina temannya. Kulihat mereka asyik dengan permainan bebas berekspresi seperti ini.
Melanie membuat gerakan maju mundur yang berirama dan aku meihat temannya sudah basah lagi. Aku capek dibuat sama mereka, aku berhenti dan duduk di sofa, Melanie melihatku dan beranjak hendak menduduki aku. Kubiarkan dia memasukkan kembali batang burungku dan terus menggoyangnya dengan lihai. Temannya mendekati wajahku dan mencium bibirku. Kembali vagina temannya Melanie kupegangi dan sambil kumainkan itilnya.
Melanie mempercepat gerakannya, dia asyik sendiri dengan menikmati burungku yang ada di dalam vaginanya kadang naik turun, memutar-mutar tak menentu. Temannya Melanie jatuh tidur di dadaku dan mendesah-desah karena itilnya kumainkan terus tanpa henti sedari tadi.
“Ahh.. ahh.. ah, Oom..” temannya Melanie sudah keluar lagi.
Dia gigit puting dadaku menahan rasa nikmat yang dia rasakan. Sementara itu Melanie semakin mempercepat gerakannya, badanku bergoyang dan bergerak nggak karuan akibat goyang si Melanie. Temannya Melanie sudah duduk di sampingku dan melihat Melanie yang sedang sibuk bergerak sendiri untuk mecapai orgasmenya lagi.
Kemudian, “Ahhcchh.. Ooomm, Melanie suudah kelluuaarr..” katanya.
Dia langsung jatuh kepelukkanku dan badannya kejang-kejang beberapa, bergetar dan kakinya menjepit pinggangku sambil menggoyangkan pantatnya memutar-mutar. Aku peluk dia sambil kuciumi tengkuk lehernya, tanganku memegang pantatnya yang montok dan keras itu. Melanie kembali bangun dari pelukanku dan menciumku dengan ganas.
“Ihh, Oom hebat juga yah..” katanya manja padaku.
“He.. he.. he” tawaku bangga.
Melanie kembali menciumku dan memelukku dengan gemas. Burungku masih ada dalam lobang vaginanya Melanie dan sudah nggak tahan untuk segera menyelesaikan permainan panas ini.
“Oom, belum keluar lagi ya?” tanya Melanie.
“Belum.. ayo dong cepet, nanti Tante pulang nih..!” jawabku cepat.
Melanie langsung mencabut burungku yang sudah mengkilat kayak abis disemir akibat cairan si Melanie.
Melanie mendekati burungku mengelapnya dengan kaosku karena cairannya Melanie sendiri yang membanjir burungku dan mulai mengocok serta menciumnya. Melanie langsung mengulum burungku dengan gerakan erotisnya, temennya Melanie tertarik untuk bergabung dengan Melanie. Dia ikut turun ke bawah dan memegang bijiku serta menciumi pahaku. Aku benar-benarterangsang berat melihat dua gadis sedang menikmati burungku, ada yang mengulum dan ada yang menciumi daerah sekitar burungku.
Aku merasakan nikmat yang amat sangat diperlakukan seperti ini. Kulihat kadang mereka berganti-ganti mengulum burungku. Akhirnya lama mereka mencium dan mengukum burungku, pertahananku jebol dibuat mereka.
“Ahh.. aarrgghh.. ah, uhh..” desahku.
Mereka berbagi sperma yang kukeluarkan sambil mengocok dan menempelkan bibir mereka di ujung kepala burungku yang masih mengeluarkan sperma.
Setelah selesai aku mengeluarkan spermaku, mereka kembali mencium dan menjilati batang burungku sesekali mengulumnya. Aku merasakan geli yang bisa membuatku terbang ke awan sono. Akhirnya aku angkat mereka dan kutarik duduk disampingku. Cerita seks perawan sedarah terbaru lainay bisa anda ikuti di kumpulanceritaseru.info Melanie sebelah kananku dan temannya ada di sebelah kiriku. Aku peluk mereka berdua dan kucium bibir mereka satu-persatu segbagai tanda terima kasihku.
Akhirnya mereka bangkit dan terus berjalan ke kamar mandi sedangkan aku masih duduk termangu memandangi tubuh mereka dari belakang berjalan dengan lenggak lenggok ke arah kamar mandi.
Semenjak itu aku dan keponakan melakukannya lagi denganku disaat rumah benar-benar aman untuk kami berdua, kadang malam hari kadang siang hari disaat istriku sibuk ama teman kompleknya. Melanie sering juga mengajak temannya itu datang ke rumah untuk bisa melakukannya lagi bersama-sama aku. Sekarang Melanie sudah menikah dengan pacarnya itu, mereka sepertinya hidup bahagia begitu juga denganku dan istriku.
Cerita panas seru dewasa
lengkap dan terbaru Cerita nenen cerita peler cerita dewasa nenen
cerita sex nenen cerita seks nenen kumpulan cerita nenen kisah nenen
cerita sex barat cerita nenen tante cerita seru oom nenen pembantu
sinopsys film seks barat cerita dewasa barat kisah meki ngentot nenen
cerita ngentot nenen cerita panas nenen Cerita ngentot sambil nenen
Cerita nenen dewasa Cerita nenen terbaru hanya di kumpulanceritaseru.info dan masih banyak lagi Cerita seks seru terbaru lainya yang sesuai keinginanmu.
Sekarang kami tinggal di rumah dengan type mungil ditambah satu orang pembantu dan sering kali keponakkan perempuan kita menginap disana. Pada hari tertentu Keponakan nginap karena dia harus masuk pagi ke kampus, supaya nggak telat katanya. Keponakan berkulit coklat dan manis, dan sudah kuliah semester lima. Tergolong Melanier dibandingkan temen-temennya yang lain, IPK-nya 3,4. Sore itu aku pulang lebih awal dari kantor, kulihat keponakkanku duduk di teras depan dengan kedua teman perempuanya. Mereka seperti sibuk membuka buku-buku kuliah.
“Lho, kok pada duduk diluar! Belajar di dalam sana!” sapaku.
“Sore Oom..!” kata kedua temannya serentak.
Aku ikut duduk di lantai sambil membuka sepatuku dan coba melihat buku apa yang mereka baca.
“Mau ujian baru pada buku?” kataku.
“Iya nih, besok ujian akhir Oom..” kata temannya yang satu.
“Ujian apa?” tanyaku lagi.
“Akuntansi Biaya, Oom” jawab keponakkanku.
“Mau Oom ajari nggak, Oom kerjanya ngurusin akuntansi perusahaan” tawarku.
“Mau, mau Oom..” serempak mereka berteriak.
“Oom mandi dulu yah..” kataku sambil masuk ke dalam rumah.
Kulihat sekilas gadis-gadis muda belia itu, segar dan benar-benar membuatku mengenduskan nafas panjang. Selesai mandi sesuai dengan janjiku aku ajari mereka soal akuntansi, sampai jam 8.00 malam temannya yang satu pamit pulang sedangkan temannya yang satu nginap di rumahku.
Malam itu aku masih menonton film tengah malam, kudengar pintu kamar keponakkan terbuka dan kulihat keponakkan bangun dari tidurnya.
“Belum tidur Oom!” katanya sambil menggosokkan matanya.
“Belum! Mau ngapain bangun malam begini” tanyaku.
“Haus Oom, Melanie mau minum” jawabnya sambil duduk disampingku.
“Ya, udah Oom ambil dulu!” kataku.
Kulihat dia memakai baju longdress pendek tipis dan tanpa menggunakan BH, pentilnya menonjol keluar memberkas di baju tidurnya. Selesai ambil minum kedekati dia dan menyodorkan minuman.
“Temanmu sudah tidur?” tanyaku.
Melanie hanya mengangguk sambil terus meminum air putihnya sampai habis.
“Ahh, enak, segeer. Oom nonton apa!” tanyanya.
“Ah, film barat! Apa ya judulnya?” jawabku.
Kulihat dia mau ikutan nonton dan terus merebahkan kepalanya dibahuku.
Kurangkul dia dengan lembut sambil berkata, “Sudah tidur sana!”.
Sambil merangkulnya kulihat payudaranya dari balik baju tidurnya. Begitu mengkal dan mantap, badanku bergetar pelan melihat pemandangan itu. Kurangkul dia erat dengan kedua tanganku, tangan kananku menyentuh dua bukit yang tertutup baju tidur. Aku elus tangannya dia pelan-pelan, aku benar-benar pengen menciumnya. Lupa diriku membuat aku nggak sadar akhirnya untuk segera menciumnya. Kudekap mukanya dan kucium dia bibir mungilnya dengan pelan-pelan. Matanya terbuka dan kemudian dia mendorongku pelan.
“Oom, jangan Oom!” tegasnya.
“Oom cuma mau cium kamu aja kok” kataku.
“Tante di kamar lho Oom, udah ah Melanie mau tidur!” ujarnya.
Aku pegang tangannya lembut dan coba untuk membiarkannya pergi tidur.
“Oom kenapa? Emangnya Oom lagi mau!” tanyanya lagi.
“Ah nggak kok, tadi Oom cuma mau cium kamu aja” jawabku.
Melanie kembali duduk mendekatkan diri kepadaku. Dia cium pipi kiriku, dan menarik mukaku berhadapan dengan mukanya serta mencium bibirku.
Aku terhentak kaget, “Eh, sekarang kamu yang aneh..!” kataku.
“Sini Oom, Melanie pegangin aja ya..!” kata keponakkanku.
“Kamu serius, Melanie!” jawabku.
“Oom mau nggak, n’tar Melanie tidur nih” ancamnya.
“Emangnya kamu pernah..” kataku terpotong.
“Udah deh, nanti Tante bangun.. Oom nggak jadi!” jawabnya cepat.
Dia masukkan tangannya ke dalam celanaku, memegang dan coba membangunkan burungku yang sedang tidur. Aku turunkan celanaku agar dia bisa leluasa bekerja, dan membuka baju atasnya agar bisa kulihat payudaranya. Payudaranya begitu bagus terlihat oleh mataku, kuremas dan kupilin petilnya. Melanie mendesah kegelian dan membuat kocokannya semakin cepat.
Dia lepas tanganku dan berkata “Oom aja deh..”.
Dia tertelungkup dan menghisap batanganku, nikmat kurasakan kuluman keponakanku ini. Dalam hati berpikir kalau dia pernah melakukan hal ini sebelumnya.
“Kamu pernah begini, Melanie!” tanyaku.
“Cuma pacar Melanie sering minta Melanie giniin” ujarnya.
Dalam hatiku berpikir, “Sama kayak aku pacaran dulu dong?!”.
Dia terus mengulum burungku dengan kocokan tangan kanannya yang sudah mengetahui seluk beluk burung laki-laki. Makin cepat kocokannya membuat diriku mengerang pelan dan meremas pantatnya yang keremas-remas.
“Oom.. nggak kuat Melanie, Oom mau keluarr..!” erangku.
Melanie bangun dari tempatnya dan pindah jongkok menghadap burungku. Dia kocok burungku dengan mengarah ke mulutnya yang terbuka. Aku benar-benar merasakan nikmat luar biasa dengan sensasi yang dia lakukan.
“Ahh.. sshh, Melanie..” erangku.
Dan.. croot.. croot, keluarlah spermaku dan masuk kedalam mulutnya. Dia terus mengock membuat cairanku keluar banyak sekali (ada kali 6-7 kali). Mulut dan mukanya penuh dengan spermaku, selesai spermaku keluar dia kulum lagi batangku dengan lembut. Wah, hebat banget keponakanku ini, Melanier luar dalam. Puas dia kulum burungku, aku cium bibirnya dengan mesra.
“Terima kasih sayang.. Kamu benar nggak mau juga!” ucapku.
Dia bangkit berdiri dan sambil tersenyum mesra dia berkata “Besok-besok aja Oom..”.
Melanie langsung ke kamar mandi dan masuk kamar. TV ku matikan dan masuk kamar, istriku tertidur pulas banget. Aku dekap dia dari belakang dan ikut tidur puas.
Sabtu aku libur, istriku sudah bersiap-siap pergi dengan beberapa teman komplek, katanya sih ada acara masak-masak di tempat temannya yang akan menikahkan anak sulungnya.
“Pa, Mama ajak Surti (pembantu rumahku) ya..” katanya.
“Mama lama ya?” kataku.
“Ah, nggak. Orang cuma di komplek aja kok. Sore juga pulang” jawabnya.
“Ya udah!” jawabku.
Gak lama istri dan pembantu udah ngacir pergi. Aku ambil perkakas kerja dan naik keatas genteng membetulkan yang bocor.
“Oom, Tante.. Melanie datang” teriak Melanie.
“Oom diatas, Melanie!” balasku.
“Ngapain? Jatuh lho main diatas genteng” candanya.
Aku tersenyum bergegas menyelesaikan pekerjaanku, dalam hatiku menggebu-gebu karena keponakkan kesayanganku datang.
Sampai dibawah, Melanie menghampiriku bertanya “Tante mana?”.
“Pergi ke rumah temannya, acara masak-masak” tandasku.
“Si Mbok dibawa juga” tanyanya lagi.
“He-eh, lho kamu udah liburan yah..” tanyaku balik.
“Iya, sambil nunggu hasil ujian” katanya.
“Kamu mau minum apa” tawarku.
“Gak mau minum, aku mau ama Oom aja” jawabnya dan merangkulku.
“Yeah, baru sampai langsung eksen..” candaku.
Dia terus merangkul aku dan mendekapku dengan kencang.
“Ayo dong Oom, nanti tante keburu datang” mintanya.
“Ah, Tante pulang sore kok” jawabku.
Kami ngobrol di depan TV ngalor ngidul menceritakan pengalaman kita bermain seks, ternyata Melanie memang tergolong keponakkan yang supel (“Suka Peler”).
Singkat cerita kami sudah bergumul saling mencium dan melumat bibir lawan mainnya. Dia begitu panas hari ini, kulepaskan pakaiannya satu persatu dan terus melumat payudaranya. Dadanya bagus, kencang dan putingnya hitam kecoklatan. Aku hisap puting kanannya dan tangan kiriku meremas yang kiri. Dia menggelinjang kencang ditambah desisnya yang kadang mengencang ditambah suaranya yang keluar “Aahh..”. Aku jilati bagian perut dan pusarnya membuat dia makin tergila-gila menahan kenikmatan ujung lidahku. Puas diatas, ditengah sekarang aku ke bawah. Celana dalamnya masih dipakainya, kulihat celana dalamnya sudah basah oleh cairannya sendiri. Aku turunkan celananya dan membuangnya dekat TV. Aku turunkan kepalaku dan melumat bibir vagina keponakkanku. Dia mengerang keras dan menjepit kepalaku dengan kedua kakinya. Aku buka vaginanya dan kulihat itilnya yang kecil, segera kucium dan kujilati naik turun membuat dia semakin menggelora.
Lama sekali aku menjilati vaginanya, karena aku ingin membalas budinya pada malam itu. Sekarang saatnya aku membalas budinya dengan cara melumat dan menjilat kadang kusedot keras itilnya. Dia bergerak naik turun untuk mengibangi gerakan mulutku yang ada di sekitar lobang vaginanya.
“Ah, uh.. Melanie mau keluar Oom..” katanya terpatah-patah.
Aku semakin meningkatkan gerakanku, dan dia semakin mengencangkan jambakannya ke rambutku.
“Ahh.. ah.. Ooomm, Melanie..” badannya mengejang keras.
Kakinya mendekapku erat dan aku hampir tidak bisa bernafas dibuatnya. Dia menegang beberapa kali, dan aku membenamkan seluruh mukaku ke vaginanya. Dia kejang-kejang sedikit begitu masih kujilati itilnya, kemudian dia tarik aku, dicium dan dilumatnya bibirku dengan nafsu.
Ternyata dia memang belum mau berhenti, dia terus menciumi aku dan mendorongku untuk tiduran, aku mengikuti apa yang dia inginkan. Dia langsung mengarah ke burungku dan menghisapnya. Kubiarkan dia memainkan burungku, dia jilat bijiku, dia kulum kepala burungku dengan cepat. Aku duduk dibawah dan menuntunnya untuk menduduki aku diatas. Dengan cepat dia mengerti apa yang kumaksud, dia berjongkok diatas burungku. Tangan kananya memegang burungku dan mengarahkannya ke lobang vaginanya,
slleebb.. sekarang burungku ada disangkarnya.
Melanie mendesah dan menatapku dengan pandangan sayu dan birahi. Pelan dia angkat pantatnya dan pelan pula di menurunkannya. Aku hanya memperhatikannya dan melihatnya memasukkan dan mengeluarkan burungku di vaginanya. Setelah terbiasa dia mulai melakukan gerakan berirama. Kadang naik turun, kadang pantatnya memutar kiri dan kanan, membuatku benar-benar merasakan kenikmatan vagina keponakanku sendiri. Aku genggam pantatnya kubantu dia menggerakkan pantatnya. Melanie benar-bebar menikmati burungku dia terus menggerakkan dengan kekuatanya untuk mendapatkan kenikmatan kedua kalinya. Aku sendiripun sebenarnya sudah tak tahan lagi, tapi Melanie sepertinya mau keluar lagi.
“Ahh.. hhaahh” suaranya.
Desahan panjang dengan getaran badannya membuatku tahu kalau dia sudah orgasme untuk kedua kali.
Kuputar badannya untuk segera aku tindih, aku sudah nggak tahan.
“Oom nggak tahan nih..” Melanieku.
Melanie membetulkan posisinya dengan duduk dan bersandar di sofa dibelakangnya. Aku masukkan kembali burungku ke vaginanya, kali ini aku sudah nggak tahan lagi.
“Oom, jangan dimasukkin yah maninya..” ajar Melanie kepadaku.
Aku mengangguk dan terus menggenjot pantatku maju mundur.
Melanie mencium bibirku sambil memainkan lidahnya di dalam mulutku danmenjilati mukaku. Begitu mau keluar, kucabut batangku dan mengocokknya diatas vaginanya, Melanie terus menciumku dan ikut melihatku mengocok burungku sendiri.
“Achh.. ahh.. ahh..” desahku.
Kukeluarkan semua spermaku keatas perut, tembakan spermaku yang pertama kena di pipi kiri Melanie sementara sebagian ada di perut dan menetes di sekitar bulu-bulu vaginanya. Banyak juga kulihat spermaku keluar, kental dan banyak. Aku bagkit dan mengarahkan burungku untuk dikulum Melanie, aku geli luar biasa merasakan kuluman Melanie. Kami terkulai bersama diatas karpet di depan TV rumahku. Melanie tiduran di sekitar perutku sambil memainkan burungku yang sudah mengecil, dan aku duduk bersandar sofa.
Melanie, Melanie..!” seorang gadis memanggil keponakanku di luar.
Kami sedikit panik dan bergegas untuk bangkit serta berbenah diri, tapi itu temannya Melanie sudah membuka pintu depan dan memandang kami yang bertelanjang bulat. Melanie langsung berlari ke depan pintu dan menarik tangan temannya itu.
“Kamu ngapain, Melanie?” tanyanya sambil melihatku bertelanjang.
“Kamu nggak usah bawel deh..” jawab Melanie dengan sedikit judes.
“Hai!” sapaku ke temannya Melanie yang nginap waktu itu.
Temannya tersenyum sedikit, dan Melanie menutup pintu kembali setelah menarik temannya duduk dekatku. Temannya bingung nggak karuan melihatku yang masih telanjang dan duduk disampingnya.
Melanie langsung duduk ditengah-tengah kami, dan berkata “Tumben kamu hari Sabtu kesini? Biasanya udah ngilang!” tanya Melanie.
“Aku.. aku, nggak jadi pergi, makanya aku kemari..” jawab temannya gugup.
“Kamu takut ya?” tanyaku kepada temannya Melanie.
“Takut..? Takut apaan.. dia takut? seneng kali!?” potong Melanie.
“Lho kok kamu yang jawab?” tanyaku ke Melanie.
“Dia ini Oom yang ngajari aku beginian..” jelas Melanieku.
“Ah, nggak Oom, Melanie bohong..!” jawabnya sambil tertunduk malu.
Aku mendekap Melanie dari belakang, kurangkul dia dari belakang sampai kuangkat dia kepangkuanku, kembali aku cium tengkuknya. Ku ciumi punggungnya dan tanganku meremas payudaranya. Kuputar sedikit badannya agar aku bisa mencium payudaranya. Aku terus mencium dan menghisap puting payudaranya, sedangkan kulihat tangan kiri Melanie mengelus pipi temannya. Temannya beringsut malu dan sesekali melirik kami berdua. Melanie melepaskan rangkulanku dan mendekati temannya. Dia ciumi temannya itu, temannya diam dan coba untuk membrontak tapi Melanie sepertinya tau kalau itu bohong.
Temannya melirikku dan melihat batang burungku yang masih tidur. Aku pegang kepalanya dan menuntun temannya kearah burungku, temannya mengikuti gerakan tanganku. Posisi kita di sofa sekarang benar-benar kayak di film bokep aja, temananya Melanie tertelungkup dengan mukanya di burungku, Melanie nungging membelakangiku dengan kaki kiri naik disandaran sofa membuatku melihat garis vagina keponakan. Sementara batang burungku asyik dilumat sama temannya Melanie tangan kanan kiriku meremas payudaranya temannya Melanie, tangan kananku memegang vaginanya Melanie. Sedangkan Melanie sudah asyik menjilati vagina temannya. Mereka berdua mendesah, bergumam masing-masing kudengar.
Lama kami saling menjilati, melumat dan mencium kemaluan lawan main. Aku membantu Melanie untuk membuka baju temannya, setelah itu kita saling memandang tubuh telanjang kami. Melanie langsung meniduri temannya dan kemudian menuntun burungku untuk dimasukkan ke vagina temannya. Kami bertiga bermain di sofa, aku mamsukkan burungku ke vagina temannya, Melanie menghisap dan memainkan payudaranya temannya. Aku kocok keluar masuk burungku, kudengar temannya hanya mendesah dan mengeluarkan kata-kata ah, uh aja.
Temannya memegangi tangan kiriku dan terus ikut mengerakkan pantatnya maju mundur sedangkan tangan kanannya merangkul Melanie untuk terus menghisap payudaranya. Payudaranya putih dan mulus kulihat bergerak keatas kebawah mengikuti sodokan burungku.
“Ahh.. ahh, akuu.. ahh” jerit temannya Melanie. Dan badannya mengejang tegang sekali, aku terus mempercepat gerakanku semetara Melanie melumat bibirnya dengan cepat. Kulihat temannya mengejang sampai akhir, kubiarkan burungku di dalam vaginanya. Temannya melepas rangkulannya ke Melanie dan datang menghampiriku sambil mendekap dan menciumiku.
Kucabut batang burungku, kali ini Melanie yang nungging dan minta untuk dimasukkan burungku. Aku menurut saja, kemasukkan burungku ke dalam vagina Melanie dan bergerak maju mundur. Melanie benar-benar nikmat sekali sepertinya, sementara temennya sudah tiduran di bawah payudaranya Melanie. Kulihat vagina temannya, sambil burungku main dengan vagina Melanie tangan kananku memegangi vagina temannya. Kulihat mereka asyik dengan permainan bebas berekspresi seperti ini.
Melanie membuat gerakan maju mundur yang berirama dan aku meihat temannya sudah basah lagi. Aku capek dibuat sama mereka, aku berhenti dan duduk di sofa, Melanie melihatku dan beranjak hendak menduduki aku. Kubiarkan dia memasukkan kembali batang burungku dan terus menggoyangnya dengan lihai. Temannya mendekati wajahku dan mencium bibirku. Kembali vagina temannya Melanie kupegangi dan sambil kumainkan itilnya.
Melanie mempercepat gerakannya, dia asyik sendiri dengan menikmati burungku yang ada di dalam vaginanya kadang naik turun, memutar-mutar tak menentu. Temannya Melanie jatuh tidur di dadaku dan mendesah-desah karena itilnya kumainkan terus tanpa henti sedari tadi.
“Ahh.. ahh.. ah, Oom..” temannya Melanie sudah keluar lagi.
Dia gigit puting dadaku menahan rasa nikmat yang dia rasakan. Sementara itu Melanie semakin mempercepat gerakannya, badanku bergoyang dan bergerak nggak karuan akibat goyang si Melanie. Temannya Melanie sudah duduk di sampingku dan melihat Melanie yang sedang sibuk bergerak sendiri untuk mecapai orgasmenya lagi.
Kemudian, “Ahhcchh.. Ooomm, Melanie suudah kelluuaarr..” katanya.
Dia langsung jatuh kepelukkanku dan badannya kejang-kejang beberapa, bergetar dan kakinya menjepit pinggangku sambil menggoyangkan pantatnya memutar-mutar. Aku peluk dia sambil kuciumi tengkuk lehernya, tanganku memegang pantatnya yang montok dan keras itu. Melanie kembali bangun dari pelukanku dan menciumku dengan ganas.
“Ihh, Oom hebat juga yah..” katanya manja padaku.
“He.. he.. he” tawaku bangga.
Melanie kembali menciumku dan memelukku dengan gemas. Burungku masih ada dalam lobang vaginanya Melanie dan sudah nggak tahan untuk segera menyelesaikan permainan panas ini.
“Oom, belum keluar lagi ya?” tanya Melanie.
“Belum.. ayo dong cepet, nanti Tante pulang nih..!” jawabku cepat.
Melanie langsung mencabut burungku yang sudah mengkilat kayak abis disemir akibat cairan si Melanie.
Melanie mendekati burungku mengelapnya dengan kaosku karena cairannya Melanie sendiri yang membanjir burungku dan mulai mengocok serta menciumnya. Melanie langsung mengulum burungku dengan gerakan erotisnya, temennya Melanie tertarik untuk bergabung dengan Melanie. Dia ikut turun ke bawah dan memegang bijiku serta menciumi pahaku. Aku benar-benarterangsang berat melihat dua gadis sedang menikmati burungku, ada yang mengulum dan ada yang menciumi daerah sekitar burungku.
Aku merasakan nikmat yang amat sangat diperlakukan seperti ini. Kulihat kadang mereka berganti-ganti mengulum burungku. Akhirnya lama mereka mencium dan mengukum burungku, pertahananku jebol dibuat mereka.
“Ahh.. aarrgghh.. ah, uhh..” desahku.
Mereka berbagi sperma yang kukeluarkan sambil mengocok dan menempelkan bibir mereka di ujung kepala burungku yang masih mengeluarkan sperma.
Setelah selesai aku mengeluarkan spermaku, mereka kembali mencium dan menjilati batang burungku sesekali mengulumnya. Aku merasakan geli yang bisa membuatku terbang ke awan sono. Akhirnya aku angkat mereka dan kutarik duduk disampingku. Cerita seks perawan sedarah terbaru lainay bisa anda ikuti di kumpulanceritaseru.info Melanie sebelah kananku dan temannya ada di sebelah kiriku. Aku peluk mereka berdua dan kucium bibir mereka satu-persatu segbagai tanda terima kasihku.
Akhirnya mereka bangkit dan terus berjalan ke kamar mandi sedangkan aku masih duduk termangu memandangi tubuh mereka dari belakang berjalan dengan lenggak lenggok ke arah kamar mandi.
Semenjak itu aku dan keponakan melakukannya lagi denganku disaat rumah benar-benar aman untuk kami berdua, kadang malam hari kadang siang hari disaat istriku sibuk ama teman kompleknya. Melanie sering juga mengajak temannya itu datang ke rumah untuk bisa melakukannya lagi bersama-sama aku. Sekarang Melanie sudah menikah dengan pacarnya itu, mereka sepertinya hidup bahagia begitu juga denganku dan istriku.
Tertipu Tapi Nikmat
Aku takut pacaran sebenarnya, setiap bertemu
dengan cowok dihadapanku, aku merasa was-was tidak PD, sama halnya
kayak ketemu hantu aku menyembunyikan diriku, tapi semenjak bertemu
dengan pangeran mimpi dan akhirnya nyata aku bisa memiliki hatinya, Aku
berubah menjadi sosok yang tidak takut dengan laki-laki, Akhirnya semua
yang aku jalani dari perkenalan,pacaran hingga perkawainan.Berbagai
cobaan dan renteten masalah sudah aku tempuhi meski sulit dan perlu
pikiran yang terkontrol untuk mempu berpikir jernih. Perkenalkan namaku
Namaku Diana.
Usiaku kini 23 tahun. Aku sudah menikah dengan Albert yang kini berusia 25 tahun, dan kini aku adalah seorang ibu muda, dengan seorang anak yang baru berusia 6 bulan yang kami beri nama Michael. Sejak pacaran dan menikah sampai sekarang ini, suamiku sering berpergian ke luar negeri untuk urusan pekerjaan. Aku sendiri adalah wanita yang mendapat karunia wajah yang cantik, itu menurut teman temanku. Aku memiliki rambut yang lurus dan panjang sampai sebahu. Tubuhku sudah kembali ramping dan indah seperti pujian suamiku, meskipun aku baru melahirkan setengah tahun yang lalu. Mungkin hal itu karena aku rajin mengikuti senam aerobik, dan memang aku menjaga pola makan supaya badanku tak semakin melar, dan aku sedikit banyak bangga karenanya.
Aku sendiri tidak bekerja di luar, karena suamiku memiliki penghasilan yang lebih dari cukup. Dan memang suamiku ingin aku menjadi ibu rumah tangga yang baik saja, dengan tinggal di rumah untuk merawat anak kami dengan baik. Kehidupan seks kami juga luar biasa. Suamiku adalah lelaki perkasa di tempat tidur, dan aku sungguh menikmati kehidupanku ini. Kini kalau suamiku tak ada di rumah, aku hanya tinggal dengan anakku, juga pembantu kami yang kupanggil bi Iyem, satpam kami yang bernama Adrian, tukang kebun kami yang bernama pak Jono, dan juga sopir kami yang bernama Sarman. Di usiaku yang sekarang ini, nafsu seksku tentu sedang tinggi tingginya. Ditinggal oleh suamiku bekerja seperti ini, kadang aku amat merindukan bermain cinta dengannya. Demikian sekilas tentang keadaanku dan keluargaku.
Hari itu hari Sabtu. Siang hari itu, aku menerima telepon dan aku terkejut dengan berita yang aneh. Aku mendapatkan hadiah sebuah mobil lewat undian sebuah produk. Dan seingatku, aku tak pernah mengikuti prosedur undian itu.
Dengan santai aku berkata, “Pak, terserah bapak mau bicara apa, tapi saya tak akan pernah mentransfer uang apapun untuk pajak atau yang lain”.
Dan orang itu berkata panjang lebar, “Ibu Diana, kami memaklumi kalau ibu berhati hati, memang kami tak menyuruh ibu membayar apapun, karena pajak hadiah ditanggung oleh kami. Kami akan mengantarkan hadiah itu langsung ke rumah ibu sekitar satu jam lagi. Gratis bu, tak dipungut biaya apapun. Ibu boleh mencobanya, kalau ternyata mobilnya bermasalah kami langsung mengganti dengan yang baru. Tapi itu tidak akan terjadi bu, karena kami sudah melakukan More…pemeriksaan terhadap mobil ini”.
Mendengar hal ini, aku hanya bisa mengangkat bahu dan berkata, “Ya terserah bapak. Maaf, dengan bapak siapa saya bicara?”.
Dan orang itu menjawab, “Dengan bapak Anto. Ibu bisa menghubungi kantor kami di nomer *** ****. Aku mengiyakan saja dan kemudian memutus pembicaraan. Dalam hati aku merasa aneh, tapi ya kalau gratis, apa salahnya?
Kulihat sekarang ini adalah jam 1 siang. Aku baru selesai makan siang, maka aku menyusui dan menidurkan anakku, supaya nanti ketika aku pergi aku tak begitu kuatir. Dan memang satu jam kemudian aku mendengar bel rumahku berbunyi, dan ketika aku keluar, aku melihat sebuah mobil Kijang Innova keluaran terbaru, dengan cat yang mulus mengkilap. Di belakangnya berhenti sebuah mobil Kijang pickup. Mungkin untuk mereka yang mengantar mobilku ini pulang nanti. Aku agak terkejut juga, berarti mungkin ini benar. Seseorang turun dari mobil pickup itu, sementara orang yang sudah berdiri di depan pintu rumah menyapaku.
“Bu Diana? Saya Anto”, kata orang yang bernama Anto itu sambil mengulurkan tangannya.
Aku menjabat tangannya dengan sedikit perasaan ragu dan menjawab “Diana”.
Orang itu memang penampilannya rapi. Tapi wajahnya agak seram. Aku mencoba membuang semua pikiran negatif. Dan kemudian orang satunya yang berpenampilan biasa biasa, yang juga berwajah biasa biasa, menjabat tanganku.
“Seto”, katanya.
Aku menjabat tangannya dan menjawab, “Diana”.
Setelah acara kenalan yang menurutku hanya formalitas ini, kami duduk di teras rumah, dan aku disodori formulir yang aku baca di bagian awal dan akhir saja, untuk memastikan aku tak keluar uang apapun untuk mendapatkan hadiah ini. Lalu Anto menawarkan padaku untuk mencoba mobil itu, karena nantinya aku harus mengisi formulir untuk memberikan ‘penilaian’ tentang kondisi mobil itu, sebelum acara serah terima surat kendaraan dilakukan. Aku setuju saja, dan aku menerima kunci mobil itu dari Anto. Aku masuk ke dalam mobil itu, joknya masih terbungkus plastik semua, baunya khas mobil baru. Dan dengan didampingi mereka, aku mulai mencoba mobil itu.
Semua baik baik saja, sampai tiba tiba di sebuah gang yang sepi di dekat rumahku, Anto yang duduk di kursi depan menarik handbrake. Aku terkejut sekali, sampai lupa menginjak pedal kopling dan mesin mobil ini mati. Aku menoleh kepada Anto, tapi belum sempat aku bertanya, dari belakang aku dibekap, oleh Seto tentunya. Kurasakan bau yang menyengat, dan tak lama kemudian semuanya gelap…
Perlahan aku mulai sadar. Aku mengeluh perlahan, ketika aku tak bisa menggerakkan kedua tanganku yang terentang. Sakit rasanya. Aku mulai mencoba mengerti apa yang terjadi pada diriku. Ternyata kedua pergelangan tanganku yang terentang ini, terikat erat pada semacam pilar di ruangan ini. Sedangkan aku sendiri terbaring di atas matras. Yang membuatku tercekat, aku sudah tak mengenakan apa apa lagi selain bra dan celana dalamku. Kakiku memang masih bebas, tapi apa artinya? Aku kini sudah tak berdaya dengan tangan yang terpasung seperti ini. Aku memejamkan mata dan menggigit bibir, tak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi padaku. Aku mulai menyesali kebodohanku tadi, mengapa bisa terjebak dengan iming iming hadiah itu.
Tiba tiba pintu ruangan ini terbuka, lalu masuk seseorang yang membuatku ternganga tak percaya pada pengelihatanku.
“Arman?”, seruku tak percaya.
“Halo Diana… lama tak jumpa… bagaimana kabarnya?”, kata Arman dengan senyum yang membuat hatiku dingin seperti disiram air es. Aku takut sekali.
“Arman… apa yang kamu lakukan ini? Ingat Arman, aku ini kakak iparmu. Tolong lepaskan aku..”, aku mencoba menyadarkan Arman walaupun aku tahu ini mungkin sekali merupakan hal yang sia sia.
Aku tahu Arman memang menginginkan aku sejak aku dikenalkan Albert pada keluarganya. Arman adalah adik Albert yang kini berusia 24 tahun. Wajahnya memang cukup tampan. Dan sejak ia mengenalku, ia sudah beberapa kali mencoba mendekatiku, tapi tentu saja aku tak memberinya respon. Suatu hari ketika aku berkunjung ke rumah Albert saat masih tinggal bersama keluarganya, Arman nekat dan nyaris berhasil memperkosaku. Untung saja waktu itu kepulangan Albert menyelamatkanku, dan sejak itu aku tahu aku harus menghindari orang ini. Tapi kini aku sudah jatuh ke dalam tangannya. Tanpa sadar aku bergidik ngeri.
Mendengar kata kataku, Arman hanya tertawa. Ia mendekatiku dan ‘krek…’. Arman merenggut braku hingga tali talinya putus.
“Aduh…”, aku mengeluh perlahan, sedikit sakit rasanya pada bagian tubuhku yang tertekan tali braku saat ditarik Arman. Aku memejamkan mataku erat erat, malu sekali rasanya payudaraku terlihat oleh laki laki lain selain suamiku.
“Diana… Diana… kamu kira aku segoblok itu sudah bersusah payah menjebakmu seperti ini dan melepaskan kamu begitu saja? Hahaha… aku belum gila, Diana”, kata Arman sambil menyeringai mengerikan saat aku menatapnya dengan marah bercampur takut.
“Arman, kamu gila… lepaskan aku!!”, aku mulai panik dan membentaknya.
‘breeet… breeet’… seruanku dijawab Arman dengan merenggut robek celana dalamku, hingga kini aku sudah telanjang bulat.
Aku menjerit kecil. Kini aku hanya bisa memandangi Arman dengan jantung berdebar ketika ia mulai melucuti pakaiannya sendiri. Sesekali aku mencoba meronta, tapi tak ada hasil sama sekali karena aku benar benar tak bisa menggerakkan kedua tanganku yang terentang lebar. Aku tahu, nasib yang buruk akan segera menimpaku, dan perlahan aku mulai menangis.
“Lho sayang… kok nangis sih? Tenang saja, sebentar lagi kamu juga akan keenakan kok”, ejek Arman yang sudah bersiap di selangkanganku.
Aku semakin ngeri, dengan suara gemetar aku memohon, “Arman, tolong jangan begini… aku ini kakakmu… kakak iparmu… masa kamu tega berbuat begini padaku…”.
Arman tertawa sinis dan berkata dengan suara kasar, “Diam Diana. Kamu telah merendahkanku. Kamu selalu menolakku. Kamu tak pernah menghargai aku”.
Aku sadar kalau aku memang selalu menjaga jarak dengannya, karena aku merasa ia berbahaya. Dan kini memang semuanya terbukti kan?
Dan sambil merenggangkan kedua pahaku lebar lebar, Arman melanjutkan, “Kamu tak pernah mau aku ajak pergi makan berdua. Kamu anggap aku tak layak pergi berdampingan bersamamu. Benar benar perempuan sombong! Karena itu sekarang rasakan pembalasanku!”.
Berkata begitu, Arman menempelkan kepala penisnya ke bibir liang vaginaku. Aku makin panik dan berusaha menggerakkan pinggulku menghindari hunjaman penis Arman saat Arman mulai memajukan pinggulnya.
Berhasil, penis itu tak sampai melesak masuk menerobos liang vaginaku.
Tapi rupanya Arman marah dengan perbuatanku, ia menamparku dengan keras, hingga aku mengaduh dan menangis kesakitan.
“Jangan coba coba lagi Diana, atau nanti kamu akan kuberikan pada dua kacungku di depan itu!”, ancam Arman dengan suara yang mengerikan.
Mendengar hal itu aku langsung melemas dan pasrah, di sela tangisanku, aku hanya bisa mengumpat getir, “Kamu gila.. Arman”.
Arman hanya tertawa dan aku hanya bisa membiarkan kepala penis Arman menemukan bibir liang vaginaku, dan sesaat kemudian aku mengerang kesakitan saat liang vaginaku tertembus oleh batang penis Arman.
Aku mulai menangis saat Arman memompa liang vaginaku. Walaupun aku sudah pernah melahirkan, tapi berkat senam dan ramuan khusus, liang vaginaku kembali menyempit. Konsekuensinya, kini aku merasa kesakitan karena liang vaginaku dipompa penis Arman yang cukup besar.
Aku memalingkan mukaku supaya tak melihat wajah Arman yang kesenangan karena berhasil mendapatkan tubuhku. Ia meremasi kedua payudaraku dengan gemas, seolah melampiaskan segala nafsunya yang tak kesampaian untuk menikmati tubuhku sejak dulu. Sedangkan aku sendiri hanya bisa terus menggeliat kesakitan.
“Diana… punyamu enaak”, erang Arman dengan tatapan penuh gairah padaku sambil terus menggenjotku.
Ingin aku menamparnya, tapi kedua tanganku tak bisa kugerakkan. Aku hanya bisa merelakan liang vaginaku ditembusi oleh laki laki yang harusnya memperlakukanku sebagai kakak iparnya. Tapi Arman memang sudah kesetanan, ia mulai mencumbuiku dengan sangat bernafsu. Bibirku dilumatnya dengan ganas, sementara kedua payudaraku diremasnya dengan kuat.
Perlahan aku mulai terangsang karena perbuatan adik iparku ini, rasa terhina karena diperkosa mulai berganti dengan rasa nikmat yang melanda selangkanganku dan juga sekujur tubuhku.
Rupanya vaginaku sudah mampu beradaptasi dengan ukuran penis Arman yang tadinya terasa begitu menyesakkan. Aku malu sekali, ingin rasanya aku menyembunyikan wajahku yang terasa panas ini. Tapi tentu saja hal itu tak bisa kulakukan, maka aku hanya bisa pasrah namun mati matian berusaha menahan diri supaya tak kelihatan menikmati hal ini.
Tapi sayangnya, tubuhku terlalu jujur, perlahan tanpa mampu kucegah, pinggangku terangkat saat aku menahan nikmat yang luar biasa. Kurasakan penis Arman melesak begitu dalam ketika ia menghunjamkan kuat kuat kedalam liang vaginaku, membuatku menggeliat keenakan seperti cacing kepanasan.
Arman tertawa sinis dan mulai menghinaku, “Ternyata kamu menikmati punyaku juga Diana. Makanya kamu jadi cewek jangan sok suci.. hahaha.. kalau sudah kemasukan gini, toh kamu keenakan juga..”.
Sambil menghinaku Arman terus memompa liang vaginaku dengan gencar. Aku sudah tak tahu apa yang harus kulakukan, karena perlahan tapi pasti aku sedang diantar menuju orgasme.
“Arman… oohh… sudaah… ampuuun… ennngghh”, aku mulai mengerang dan melenguh.
“Kenapa Diana? Enak ya?”, ejek Arman dan malah makin gencar memompa liang vaginaku.
“Kamu…”, aku tak bisa menjawab, tubuhku menggigil, selangkanganku serasa akan meledak.
Aku terus mengerang dan melenguh, sampai akhirnya aku mengejang hebat, kepalaku terlempar ke sana kemari karena aku menggelepar dihantam badai orgasme ini.
“Oh Diana… kamu cantik sekali kalau seperti ini”, desah Arman yang tak menunjukkan tanda tanda akan orgasme, sementara aku sendiri sedang menderita dalam kenikmatan orgasme yang berkepanjangan ini, dan nikmatnya selangkanganku yang terus dipompa Arman semakin menjadi jadi.
Namun rasa ngilu mulai menghampiri liang vaginaku, dan makin lama rasa itu makin menderaku.
Aku sudah tak kuat lagi, dan berteriak “Armaaan… aaaaah… hentikaaaan… amppuuuun…”.
Ia benar benar perkasa seperti suamiku, hanya saja suamiku lebih pengertian, membiarkanku beristirahat kala aku mengalami orgasme. Sedangkan Arman sama sekali tak memperdulikan keadaanku, ia hanya mencari kenikmatannya sendiri.
Aku makin menderita dalam kenikmatan ini, rasanya tulang tulang di dalam tubuhku terlepas semua dari sambungannya, sementara tubuhku meliuk liuk dan menggelepar terhempas badai orgasme yang terus menerus ini. Entah cairan cintaku sudah membanjir berapa banyak, aku mulai pening dan tak mampu mengerang lagi. Dengan kejam Arman terus memompa liang vaginaku, sampai akhirnya ruangan ini rasanya berputar, semuanya gelap…
Ketika aku mulai sadar, kurasakan kedua puting susuku seperti ada yang mengulum dan menyedoti dengan kuat. Vaginaku masih terasa sedikit sakit, tapi sudah tak terasa sesak, artinya Arman sudah selesai memompa liang vaginaku. Becek sekali rasanya liang vaginaku, aku tahu si brengsek itu pasti mengeluarkan spermanya di dalam sana. Untungnya aku sedang dalam masa tidak subur, jadi aku tak perlu takut hamil. Tapi kini aku sadar, ada dua orang sekaligus yang mengulum puting susuku, yang berarti ada orang lain selain Arman. Dan aku mulai mengenali mereka berdua ini, bahkan Arman bukan salah satu dari mereka. Ternyata Anto dan Seto yang kini sedang menyusu pada kedua payudaraku.
“Jangaaaan”, aku menjerit ngeri.
Aku tak bisa berbuat apa apa, kedua tanganku yang terentang ini tak bisa kugerakkan sedikitpun, sementara mereka berdua dengan santai meneruskan perbuatan mereka.
“Lepaskan aku… Armaaan kamu bajingaaaan…”, aku mengumpat dalam keputus asaanku.
Dan kudengar tawa yang membuatku bergidik ngeri. Kemudian aku melihat Arman masuk, dan memegang handycam.
Ia merekamku! Merekamku yang sedang pasrah tak berdaya saat kedua puting susuku disedot oleh kedua kacungnya.
“Biadab kamu Arman… Kamu kan sudah janji..”, aku langsung terdiam.
Bajingan ini memang tak pernah berjanji apa apa.
“Kenapa Diana? Kok diam? Apa aku salah? Aku memang tak pernah berjanji kalau kamu tak akan kuberikan pada mereka bukan? Hahahaha…”, Arman tertawa dengan memuakkan.
Aku hanya bisa menangis. Habislah aku, aku sudah dalam cengkeraman Arman sepenuhnya. Entah seperti apa nasibku di hari hari berikutnya. Sementara kedua kacung Arman ini tertawa senang, dan mereka kembali mencucup kedua puting susuku dengan bersemangat, tak lupa tentunya mereka juga meremasi payudaraku.
Beberapa saat kemudian, dengan gaya yang menjijikkan, mereka membuka mulut mereka yang penuh air susuku ke arah kamera.
“Wow.. air susu Diana”, kata Arman sambil menyorot mulut kedua kacungnya.
Kedua orang itu menelan air susuku.
“Bagaimana rasanya Anto? Seto? Enak tidak?”, tanya Arman penasaran.
“Gurih abis bos, susu amoy gini”, kata Anto.
“Lebih enak dari susu sapi”, sambung Seto.
Kurang ajar sekali mereka ini. Dan Arman kelihatannya penasaran, lalu ia menaruh handycamnya.
“Aku juga ingin coba”, gumannya.
Ia mendekati payudaraku, dan setelah memberikan beberapa jilatan yang membuatku mau tak mau merasa terangsang, tiba tiba ia sudah mencucup puting susuku. Beberapa sedotan dilakukannya, sementara aku hanya bisa mendesah keenakan.
“Bos, susunya diremas”, kata Anto.
“Bisa tambah banyak keluarnya”, Seto menyambung.
Maka Arman menyedot puting susuku sambil meremasi payudaraku. Aku sedikit menggeliat kesakitan. Ia terus melakukannya sampai puas, sementara aku hanya bisa menggigil menahan nikmat.
“Susu yang enak, Diana”, kata Arman dengan nada puas.
“Nanti aku minta lagi”, sambungnya sambil kembali mengambil handycamnya.
“Lanjutkan”, perintah Arman pada Anto dan Seto.
Mereka berdua yang sudah melepaskan semua baju mereka hingga telanjang bulat selagi menunggu Arman mencicipi susuku. Mereka tentu saja kembali mengerubutiku dengan kesenangan.
Handycam itu kembali merekamku. Kini Anto dan Seto berniat memuaskan diri mereka sendiri, bisa terlihat dari mereka mengocok penis mereka sendiri untuk makin menegangkan ereksi penis mereka. Melihat ukuran penis mereka berdua ini, aku makin ngeri. Baik panjang maupun diameternya semuanya lebih dari ukuran milik Arman.
Aku berusaha mematikan semua perasaanku. Kini aku digumuli oleh dua kacung si Arman. Kedua pahaku dilebarkan oleh Anto. Aku masih terlalu lemas untuk mencoba menghindar.
Akibatnya, bless… kembali liang vaginaku tertusuk oleh sebatang penis.
Aku menggigit bibir, menahan segala perasaan malu dan sakit ini, air mataku terus mengalir. Handycam yang dipegang Arman terus menyorot ke arah vaginaku yang sedang dipompa oleh Anto. Mukaku rasanya panas sekali membayangkan aku sedang membintangi film porno amatir ini.
Perlahan Arman mengarahkan sorotan handycamnya ke arah tubuhku bagian atas, dan sempat berhenti agak lama ketika menyorot kedua payudaraku. Seto sempat meremasi kedua payudaraku dan semua itu disorot oleh Arman. Sementara itu tubuhku harus terus menggeliat karena menerima rangsangan dua orang sekaligus. Liang vaginaku dipompa dengan gencar oleh Anto sementara kedua payudaraku diremas dengan gemas oleh Seto. Aku sendiri antara mendesah keenakan dan merintih kesakitan. Liang vaginaku masih belum beradaptasi sepenuhnya dengan ukuran penis Anto, tapi sudah mendatangkan nikmat yang membuatku serasa melayang.
“Sudah… hentikaaan…”, aku mengerang dan mulai menggelepar, karena kurasakan liang vaginaku kembali ngilu dipompa segencar itu.
Anto sendiri kelihatannya sudah akan berejakulasi, tubuhnya bergetar hebat saat menggenjotku, dan tak lama kemudian ia mengerang panjang dan meneriakkan namaku, “Ooouuuhhh… bu Dianayy…”.
Tubuhnya berkelojotan di atasku, dan kurasakan penisnya berdenyut keras di dalam sana. Beberapa semprotan lahar panas kurasakan membasahi liang vaginaku, dan Arman segera bergerak ke tempat yang bagus untuk menyorotan handycamnya ke arah vaginaku. Kurasakan Anto mencabut penisnya perlahan, dan Arman terus menyorot daerah vaginaku, aku malu sekali. Gejolak yang sempat membuatku hampir orgasme kini mereda. Tapi gilanya, si Seto langsung bersiap menggilirku, ia sudah mengarahkan penisnya ke liang vaginaku. Aku memang tak bisa apa apa, hanya bisa menggigit bibir saat kurasakan liang vaginaku tertusuk oleh penisnya Seto. Hanya saja sekarang rasanya tak begitu sakit, dan setelah beberapa genjotan, Arman menyorot mukaku, karena si Anto sudah menempelkan penisnya ke mulutku.
“Diana, ayo kulum”, perintah Arman.
Aku hanya bisa menurut, toh aku sudah tak ada gunanya lagi membantah. Daripada aku mendapat tamparan atau siksaan lain, aku lebih baik mengikuti kemauan bedebah ini. Perlahan kubuka mulutku, dan penis Anto yang masih belepotan sperma dan cairan cintaku, menerjang masuk ke dalam mulutku. Rasanya amis dan asin, membuatku ingin muntah. Tapi aku berusaha tak memikirkan rasanya, dan ingin cepat menyelesaikan tugasku. Aku terus mengulum penis si Anto ini, kubersihkan cepat cepat dan kutelan semua sisa spermanya dan cairan cintaku sendiri. Anto yang sudah tak tahan mengerang panjang dan menarik penisnya dari mulutku.
Penderitaanku belum selesai.
“Buka mulutmu, Diana”, perintah Arman sambil menyorotkan handycamnya ke mulutku.
“Perlahan!”, perintahnya lagi.
Aku mulai membuka mulutku perlahan, dan Arman terus menyorot mulutku.
“Bagus”, katanya dengan puas.
Aku malu sekali, pasti aku terlihat layaknya seorang wanita nakal dalam handycam itu. Tak lama kemudian tubuhku terguncang guncang, rupanya Seto mulai menikmati liang vaginaku. Dengan bersemangat ia menggenjot liang vaginaku, sementara aku tak tahu bagaimana sekarang raut wajahku saat menahan malu dan nikmat dan disorot oleh handycam milik Arman. Panas sekali wajahku rasanya, untungya Arman kemudian ganti menyorot tubuhku bagian bawah. Kini aku tinggal memusatkan perhatianku pada si Seto.
Diam diam aku melakukan gerakan kegel, sejenis gerakan menahan buang air kecil, sambil pura pura merintih keenakan, supaya Seto cepat ejakulasi dan semua ini segera berakhir. Sesuai harapanku, tak lama kemudian Seto yang terangsang habis habisan, melolong lolong dan meneriakkan namaku.
“Aaaaarrrrghh… Bu Diana…”, jeritnya dan kemudian ia menarik penisnya, tentu saja setelah di dalam sana liang vaginaku dibasahi lahar panasnya.
Arman dengan giat terus menyorot liang vaginaku yang tentunya tak mampu menampung sperma kedua pemerkosaku ini. Jari tangannya ditusukkan ke liang vaginaku mengorek sisa sperma Anto dan Seto. Cerita seks abg bisa anda simak lainya di kumpulanceritaseru.info Seto sendiri segera beranjak ke arah wajahku, aku tahu ia hendak menagih jatah servis oral dariku.
Seperti tadi, Arman yang buru buru mengarahkan handycamnya ke wajahku memberikan instruksi instruksi padaku hingga membuatku kembali terlihat seperti pelacur. Tapi aku hanya bisa menurutinya, walaupun dengan hati pedih.
Setelah semua selesai, Arman mematikan handycamnya.
“Arman, sudah, lepaskan aku… please”, aku memohon.
Tapi Arman tak menjawab, malah ia dengan bernafsu melihat ke arah payudaraku.
Aku langsung tersadar dan teringat keinginan Arman tadi, yaitu ingin merasakan air susuku lagi.
Dan memang benar, Arman segera melumat puting susuku, ia menyedot susuku sepuas puasnya. Aku mendesah keenakan, memang rasanya nikmat sekaligus amat merangsangku. Aku menggigit bibir, apalagi Anto ikutan melakukan hal yang sama pada puting susuku yang sebelah. Kini dua orang dewasa menyusu pada kedua payudaraku seperti bayi, dan aku hanya bisa memejamkan mata berharap mereka segera selesai.
Aku melamunkan suamiku… maafkan aku Albert… aku bahkan sempat orgasme ketika diperkosa adikmu…
Tak terasa sampai si Seto juga sudah puas menyusu, dan akhirnya ikatanku dilepaskan. Lega rasanya, walaupun terasa sakit pada bekas ikatan di kedua pergelangan tanganku. Aku duduk dan mengurut kedua pergelangan tanganku, dan aku memandang Arman dengan benci sekaligus takut, karena dengan rekaman handycam itu, ia pasti akan menggunakannya untuk mengancamku agar menurutinya kelak kalau ia menginginkan tubuhku lagi. Ia tersenyum dengan penuh kemenangan ketika bersama dua kacungnya melihat hasil rekaman film porno tadi.
Aku malu sekali, dan aku mencari cari pakaian luarku yang ternyata berserakan tak jauh dari tempat aku digangbang tadi.
“Sudah puas kalian?”, bentakku dengan jengkel dan menahan tangis.
Aku memakai pakaianku tanpa bra dan celana dalam. Keduanya memang sudah tak bisa aku pakai karena tadi direnggut paksa dari tubuhku hingga robek. Mereka tertawa tawa dan beberapa saat lamanya mereka menonton rekaman pemerkosaan terhadap diriku, kemudian Arman mematikan handycamnya. Ia menghampiriku dan tiba tiba melumat bibirku.
Aku menarik wajahku ke belakang untuk melepaskan diri dari ciumannya, lalu aku menamparnya, keras sekali.
“Bajingan kamu Arman! Kamu tega sekali melakukan ini semua… sekarang antarkan aku pulang!”, kataku lirih, sambil menangis.
Arman mengelus pipinya yang baru kutampar keras itu dan memandangku dengan aneh. Aku bergidik ditatap oleh Arman seperti itu. Lalu Arman melangkah ke arah luar diikuti oleh kedua kacungnya. Aku mengikuti mereka, dan dengan tegang aku masuk ke dalam mobil Kijang Innova pembawa petaka itu. Aku duduk di kursi penumpang depan, Arman yang menyetir, sementara Anto dan Seto duduk di belakang.
Dalam perjalanan, kami semua diam, sedangkan aku sendiri dalam ketegangan yang luar biasa, karena aku berada semobil dengan para pemerkosaku. Tapi untungnya mereka tak melecehkanku lebih lanjut, dan mobil sialan ini mengarah ke rumahku.
Ketika aku turun dari mobil, aku mendengar Arman berkata, “Diana, sampai ketemu lagi, kapan kapan kita main main lagi ya”.
Dengan muak aku membanting pintu mobil, dan aku segera masuk ke dalam rumah sambil menahan tangis.
Aku segera melihat anakku. Agak lega melihatnya masih tertidur pulas.
Aku segera mandi dan keramas, membersihkan tubuhku yang sudah ternoda oleh adik iparku yang bejat itu, yang tega menyerahkanku pada dua kacungnya. Aku memang rindu bermain cinta, tapi itu adalah dengan suamiku sendiri, bukan dengan Arman, bukan dengan mereka ini. Apalagi diperkosa seperti tadi, sakit sekali hatiku rasanya. Tanpa sadar aku kembali menangis.
Aku tahu hari ini adalah hari pertama aku mengalami penghinaan seperti ini, dan ini bukan hari terakhir.
Terbukti dua hari kemudian, aku mendapat kiriman DVD dari Arman, yang berisi rekaman pemerkosaan terhadap diriku oleh dua kacungnya itu, dengan sebuah surat bertuliskan “Diana, lain kali kita bermain tanpa ikatan pada kedua tanganmu… kamu pasti akan lebih menikmatinya”. Asik kan cerita seks diatas semoga menghibur kita semua sambil ngocok kontol.
Cerita panas seru dewasa lengkap dan terbaru cerita gigit puting cerita ngocok contoh kisah perkosaan yang nikmat tertipu tapi nikmat anakku memperkosaku ngocok di depan tante gigit puting pacar Cerita sex Gigit puting ngocok kontol anakku cerita dewasa puting cerita seru ngocok Cerita ngocok kontol pacar cerita gigit pentil contoh cerita gigit puting cerita seks gigit puting Ngocok kontol pacar Cerita menyusui pacar cerita sex puting kumpulan cerita ngocok gigit pentil hanya di kumpulanceritaseru.info dan masih banyak lagi Cerita seks seru terbaru lainya yang sesuai keinginanmu.
Usiaku kini 23 tahun. Aku sudah menikah dengan Albert yang kini berusia 25 tahun, dan kini aku adalah seorang ibu muda, dengan seorang anak yang baru berusia 6 bulan yang kami beri nama Michael. Sejak pacaran dan menikah sampai sekarang ini, suamiku sering berpergian ke luar negeri untuk urusan pekerjaan. Aku sendiri adalah wanita yang mendapat karunia wajah yang cantik, itu menurut teman temanku. Aku memiliki rambut yang lurus dan panjang sampai sebahu. Tubuhku sudah kembali ramping dan indah seperti pujian suamiku, meskipun aku baru melahirkan setengah tahun yang lalu. Mungkin hal itu karena aku rajin mengikuti senam aerobik, dan memang aku menjaga pola makan supaya badanku tak semakin melar, dan aku sedikit banyak bangga karenanya.
Aku sendiri tidak bekerja di luar, karena suamiku memiliki penghasilan yang lebih dari cukup. Dan memang suamiku ingin aku menjadi ibu rumah tangga yang baik saja, dengan tinggal di rumah untuk merawat anak kami dengan baik. Kehidupan seks kami juga luar biasa. Suamiku adalah lelaki perkasa di tempat tidur, dan aku sungguh menikmati kehidupanku ini. Kini kalau suamiku tak ada di rumah, aku hanya tinggal dengan anakku, juga pembantu kami yang kupanggil bi Iyem, satpam kami yang bernama Adrian, tukang kebun kami yang bernama pak Jono, dan juga sopir kami yang bernama Sarman. Di usiaku yang sekarang ini, nafsu seksku tentu sedang tinggi tingginya. Ditinggal oleh suamiku bekerja seperti ini, kadang aku amat merindukan bermain cinta dengannya. Demikian sekilas tentang keadaanku dan keluargaku.
Hari itu hari Sabtu. Siang hari itu, aku menerima telepon dan aku terkejut dengan berita yang aneh. Aku mendapatkan hadiah sebuah mobil lewat undian sebuah produk. Dan seingatku, aku tak pernah mengikuti prosedur undian itu.
Dengan santai aku berkata, “Pak, terserah bapak mau bicara apa, tapi saya tak akan pernah mentransfer uang apapun untuk pajak atau yang lain”.
Dan orang itu berkata panjang lebar, “Ibu Diana, kami memaklumi kalau ibu berhati hati, memang kami tak menyuruh ibu membayar apapun, karena pajak hadiah ditanggung oleh kami. Kami akan mengantarkan hadiah itu langsung ke rumah ibu sekitar satu jam lagi. Gratis bu, tak dipungut biaya apapun. Ibu boleh mencobanya, kalau ternyata mobilnya bermasalah kami langsung mengganti dengan yang baru. Tapi itu tidak akan terjadi bu, karena kami sudah melakukan More…pemeriksaan terhadap mobil ini”.
Mendengar hal ini, aku hanya bisa mengangkat bahu dan berkata, “Ya terserah bapak. Maaf, dengan bapak siapa saya bicara?”.
Dan orang itu menjawab, “Dengan bapak Anto. Ibu bisa menghubungi kantor kami di nomer *** ****. Aku mengiyakan saja dan kemudian memutus pembicaraan. Dalam hati aku merasa aneh, tapi ya kalau gratis, apa salahnya?
Kulihat sekarang ini adalah jam 1 siang. Aku baru selesai makan siang, maka aku menyusui dan menidurkan anakku, supaya nanti ketika aku pergi aku tak begitu kuatir. Dan memang satu jam kemudian aku mendengar bel rumahku berbunyi, dan ketika aku keluar, aku melihat sebuah mobil Kijang Innova keluaran terbaru, dengan cat yang mulus mengkilap. Di belakangnya berhenti sebuah mobil Kijang pickup. Mungkin untuk mereka yang mengantar mobilku ini pulang nanti. Aku agak terkejut juga, berarti mungkin ini benar. Seseorang turun dari mobil pickup itu, sementara orang yang sudah berdiri di depan pintu rumah menyapaku.
“Bu Diana? Saya Anto”, kata orang yang bernama Anto itu sambil mengulurkan tangannya.
Aku menjabat tangannya dengan sedikit perasaan ragu dan menjawab “Diana”.
Orang itu memang penampilannya rapi. Tapi wajahnya agak seram. Aku mencoba membuang semua pikiran negatif. Dan kemudian orang satunya yang berpenampilan biasa biasa, yang juga berwajah biasa biasa, menjabat tanganku.
“Seto”, katanya.
Aku menjabat tangannya dan menjawab, “Diana”.
Setelah acara kenalan yang menurutku hanya formalitas ini, kami duduk di teras rumah, dan aku disodori formulir yang aku baca di bagian awal dan akhir saja, untuk memastikan aku tak keluar uang apapun untuk mendapatkan hadiah ini. Lalu Anto menawarkan padaku untuk mencoba mobil itu, karena nantinya aku harus mengisi formulir untuk memberikan ‘penilaian’ tentang kondisi mobil itu, sebelum acara serah terima surat kendaraan dilakukan. Aku setuju saja, dan aku menerima kunci mobil itu dari Anto. Aku masuk ke dalam mobil itu, joknya masih terbungkus plastik semua, baunya khas mobil baru. Dan dengan didampingi mereka, aku mulai mencoba mobil itu.
Semua baik baik saja, sampai tiba tiba di sebuah gang yang sepi di dekat rumahku, Anto yang duduk di kursi depan menarik handbrake. Aku terkejut sekali, sampai lupa menginjak pedal kopling dan mesin mobil ini mati. Aku menoleh kepada Anto, tapi belum sempat aku bertanya, dari belakang aku dibekap, oleh Seto tentunya. Kurasakan bau yang menyengat, dan tak lama kemudian semuanya gelap…
Perlahan aku mulai sadar. Aku mengeluh perlahan, ketika aku tak bisa menggerakkan kedua tanganku yang terentang. Sakit rasanya. Aku mulai mencoba mengerti apa yang terjadi pada diriku. Ternyata kedua pergelangan tanganku yang terentang ini, terikat erat pada semacam pilar di ruangan ini. Sedangkan aku sendiri terbaring di atas matras. Yang membuatku tercekat, aku sudah tak mengenakan apa apa lagi selain bra dan celana dalamku. Kakiku memang masih bebas, tapi apa artinya? Aku kini sudah tak berdaya dengan tangan yang terpasung seperti ini. Aku memejamkan mata dan menggigit bibir, tak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi padaku. Aku mulai menyesali kebodohanku tadi, mengapa bisa terjebak dengan iming iming hadiah itu.
Tiba tiba pintu ruangan ini terbuka, lalu masuk seseorang yang membuatku ternganga tak percaya pada pengelihatanku.
“Arman?”, seruku tak percaya.
“Halo Diana… lama tak jumpa… bagaimana kabarnya?”, kata Arman dengan senyum yang membuat hatiku dingin seperti disiram air es. Aku takut sekali.
“Arman… apa yang kamu lakukan ini? Ingat Arman, aku ini kakak iparmu. Tolong lepaskan aku..”, aku mencoba menyadarkan Arman walaupun aku tahu ini mungkin sekali merupakan hal yang sia sia.
Aku tahu Arman memang menginginkan aku sejak aku dikenalkan Albert pada keluarganya. Arman adalah adik Albert yang kini berusia 24 tahun. Wajahnya memang cukup tampan. Dan sejak ia mengenalku, ia sudah beberapa kali mencoba mendekatiku, tapi tentu saja aku tak memberinya respon. Suatu hari ketika aku berkunjung ke rumah Albert saat masih tinggal bersama keluarganya, Arman nekat dan nyaris berhasil memperkosaku. Untung saja waktu itu kepulangan Albert menyelamatkanku, dan sejak itu aku tahu aku harus menghindari orang ini. Tapi kini aku sudah jatuh ke dalam tangannya. Tanpa sadar aku bergidik ngeri.
Mendengar kata kataku, Arman hanya tertawa. Ia mendekatiku dan ‘krek…’. Arman merenggut braku hingga tali talinya putus.
“Aduh…”, aku mengeluh perlahan, sedikit sakit rasanya pada bagian tubuhku yang tertekan tali braku saat ditarik Arman. Aku memejamkan mataku erat erat, malu sekali rasanya payudaraku terlihat oleh laki laki lain selain suamiku.
“Diana… Diana… kamu kira aku segoblok itu sudah bersusah payah menjebakmu seperti ini dan melepaskan kamu begitu saja? Hahaha… aku belum gila, Diana”, kata Arman sambil menyeringai mengerikan saat aku menatapnya dengan marah bercampur takut.
“Arman, kamu gila… lepaskan aku!!”, aku mulai panik dan membentaknya.
‘breeet… breeet’… seruanku dijawab Arman dengan merenggut robek celana dalamku, hingga kini aku sudah telanjang bulat.
Aku menjerit kecil. Kini aku hanya bisa memandangi Arman dengan jantung berdebar ketika ia mulai melucuti pakaiannya sendiri. Sesekali aku mencoba meronta, tapi tak ada hasil sama sekali karena aku benar benar tak bisa menggerakkan kedua tanganku yang terentang lebar. Aku tahu, nasib yang buruk akan segera menimpaku, dan perlahan aku mulai menangis.
“Lho sayang… kok nangis sih? Tenang saja, sebentar lagi kamu juga akan keenakan kok”, ejek Arman yang sudah bersiap di selangkanganku.
Aku semakin ngeri, dengan suara gemetar aku memohon, “Arman, tolong jangan begini… aku ini kakakmu… kakak iparmu… masa kamu tega berbuat begini padaku…”.
Arman tertawa sinis dan berkata dengan suara kasar, “Diam Diana. Kamu telah merendahkanku. Kamu selalu menolakku. Kamu tak pernah menghargai aku”.
Aku sadar kalau aku memang selalu menjaga jarak dengannya, karena aku merasa ia berbahaya. Dan kini memang semuanya terbukti kan?
Dan sambil merenggangkan kedua pahaku lebar lebar, Arman melanjutkan, “Kamu tak pernah mau aku ajak pergi makan berdua. Kamu anggap aku tak layak pergi berdampingan bersamamu. Benar benar perempuan sombong! Karena itu sekarang rasakan pembalasanku!”.
Berkata begitu, Arman menempelkan kepala penisnya ke bibir liang vaginaku. Aku makin panik dan berusaha menggerakkan pinggulku menghindari hunjaman penis Arman saat Arman mulai memajukan pinggulnya.
Berhasil, penis itu tak sampai melesak masuk menerobos liang vaginaku.
Tapi rupanya Arman marah dengan perbuatanku, ia menamparku dengan keras, hingga aku mengaduh dan menangis kesakitan.
“Jangan coba coba lagi Diana, atau nanti kamu akan kuberikan pada dua kacungku di depan itu!”, ancam Arman dengan suara yang mengerikan.
Mendengar hal itu aku langsung melemas dan pasrah, di sela tangisanku, aku hanya bisa mengumpat getir, “Kamu gila.. Arman”.
Arman hanya tertawa dan aku hanya bisa membiarkan kepala penis Arman menemukan bibir liang vaginaku, dan sesaat kemudian aku mengerang kesakitan saat liang vaginaku tertembus oleh batang penis Arman.
Aku mulai menangis saat Arman memompa liang vaginaku. Walaupun aku sudah pernah melahirkan, tapi berkat senam dan ramuan khusus, liang vaginaku kembali menyempit. Konsekuensinya, kini aku merasa kesakitan karena liang vaginaku dipompa penis Arman yang cukup besar.
Aku memalingkan mukaku supaya tak melihat wajah Arman yang kesenangan karena berhasil mendapatkan tubuhku. Ia meremasi kedua payudaraku dengan gemas, seolah melampiaskan segala nafsunya yang tak kesampaian untuk menikmati tubuhku sejak dulu. Sedangkan aku sendiri hanya bisa terus menggeliat kesakitan.
“Diana… punyamu enaak”, erang Arman dengan tatapan penuh gairah padaku sambil terus menggenjotku.
Ingin aku menamparnya, tapi kedua tanganku tak bisa kugerakkan. Aku hanya bisa merelakan liang vaginaku ditembusi oleh laki laki yang harusnya memperlakukanku sebagai kakak iparnya. Tapi Arman memang sudah kesetanan, ia mulai mencumbuiku dengan sangat bernafsu. Bibirku dilumatnya dengan ganas, sementara kedua payudaraku diremasnya dengan kuat.
Perlahan aku mulai terangsang karena perbuatan adik iparku ini, rasa terhina karena diperkosa mulai berganti dengan rasa nikmat yang melanda selangkanganku dan juga sekujur tubuhku.
Rupanya vaginaku sudah mampu beradaptasi dengan ukuran penis Arman yang tadinya terasa begitu menyesakkan. Aku malu sekali, ingin rasanya aku menyembunyikan wajahku yang terasa panas ini. Tapi tentu saja hal itu tak bisa kulakukan, maka aku hanya bisa pasrah namun mati matian berusaha menahan diri supaya tak kelihatan menikmati hal ini.
Tapi sayangnya, tubuhku terlalu jujur, perlahan tanpa mampu kucegah, pinggangku terangkat saat aku menahan nikmat yang luar biasa. Kurasakan penis Arman melesak begitu dalam ketika ia menghunjamkan kuat kuat kedalam liang vaginaku, membuatku menggeliat keenakan seperti cacing kepanasan.
Arman tertawa sinis dan mulai menghinaku, “Ternyata kamu menikmati punyaku juga Diana. Makanya kamu jadi cewek jangan sok suci.. hahaha.. kalau sudah kemasukan gini, toh kamu keenakan juga..”.
Sambil menghinaku Arman terus memompa liang vaginaku dengan gencar. Aku sudah tak tahu apa yang harus kulakukan, karena perlahan tapi pasti aku sedang diantar menuju orgasme.
“Arman… oohh… sudaah… ampuuun… ennngghh”, aku mulai mengerang dan melenguh.
“Kenapa Diana? Enak ya?”, ejek Arman dan malah makin gencar memompa liang vaginaku.
“Kamu…”, aku tak bisa menjawab, tubuhku menggigil, selangkanganku serasa akan meledak.
Aku terus mengerang dan melenguh, sampai akhirnya aku mengejang hebat, kepalaku terlempar ke sana kemari karena aku menggelepar dihantam badai orgasme ini.
“Oh Diana… kamu cantik sekali kalau seperti ini”, desah Arman yang tak menunjukkan tanda tanda akan orgasme, sementara aku sendiri sedang menderita dalam kenikmatan orgasme yang berkepanjangan ini, dan nikmatnya selangkanganku yang terus dipompa Arman semakin menjadi jadi.
Namun rasa ngilu mulai menghampiri liang vaginaku, dan makin lama rasa itu makin menderaku.
Aku sudah tak kuat lagi, dan berteriak “Armaaan… aaaaah… hentikaaaan… amppuuuun…”.
Ia benar benar perkasa seperti suamiku, hanya saja suamiku lebih pengertian, membiarkanku beristirahat kala aku mengalami orgasme. Sedangkan Arman sama sekali tak memperdulikan keadaanku, ia hanya mencari kenikmatannya sendiri.
Aku makin menderita dalam kenikmatan ini, rasanya tulang tulang di dalam tubuhku terlepas semua dari sambungannya, sementara tubuhku meliuk liuk dan menggelepar terhempas badai orgasme yang terus menerus ini. Entah cairan cintaku sudah membanjir berapa banyak, aku mulai pening dan tak mampu mengerang lagi. Dengan kejam Arman terus memompa liang vaginaku, sampai akhirnya ruangan ini rasanya berputar, semuanya gelap…
Ketika aku mulai sadar, kurasakan kedua puting susuku seperti ada yang mengulum dan menyedoti dengan kuat. Vaginaku masih terasa sedikit sakit, tapi sudah tak terasa sesak, artinya Arman sudah selesai memompa liang vaginaku. Becek sekali rasanya liang vaginaku, aku tahu si brengsek itu pasti mengeluarkan spermanya di dalam sana. Untungnya aku sedang dalam masa tidak subur, jadi aku tak perlu takut hamil. Tapi kini aku sadar, ada dua orang sekaligus yang mengulum puting susuku, yang berarti ada orang lain selain Arman. Dan aku mulai mengenali mereka berdua ini, bahkan Arman bukan salah satu dari mereka. Ternyata Anto dan Seto yang kini sedang menyusu pada kedua payudaraku.
“Jangaaaan”, aku menjerit ngeri.
Aku tak bisa berbuat apa apa, kedua tanganku yang terentang ini tak bisa kugerakkan sedikitpun, sementara mereka berdua dengan santai meneruskan perbuatan mereka.
“Lepaskan aku… Armaaan kamu bajingaaaan…”, aku mengumpat dalam keputus asaanku.
Dan kudengar tawa yang membuatku bergidik ngeri. Kemudian aku melihat Arman masuk, dan memegang handycam.
Ia merekamku! Merekamku yang sedang pasrah tak berdaya saat kedua puting susuku disedot oleh kedua kacungnya.
“Biadab kamu Arman… Kamu kan sudah janji..”, aku langsung terdiam.
Bajingan ini memang tak pernah berjanji apa apa.
“Kenapa Diana? Kok diam? Apa aku salah? Aku memang tak pernah berjanji kalau kamu tak akan kuberikan pada mereka bukan? Hahahaha…”, Arman tertawa dengan memuakkan.
Aku hanya bisa menangis. Habislah aku, aku sudah dalam cengkeraman Arman sepenuhnya. Entah seperti apa nasibku di hari hari berikutnya. Sementara kedua kacung Arman ini tertawa senang, dan mereka kembali mencucup kedua puting susuku dengan bersemangat, tak lupa tentunya mereka juga meremasi payudaraku.
Beberapa saat kemudian, dengan gaya yang menjijikkan, mereka membuka mulut mereka yang penuh air susuku ke arah kamera.
“Wow.. air susu Diana”, kata Arman sambil menyorot mulut kedua kacungnya.
Kedua orang itu menelan air susuku.
“Bagaimana rasanya Anto? Seto? Enak tidak?”, tanya Arman penasaran.
“Gurih abis bos, susu amoy gini”, kata Anto.
“Lebih enak dari susu sapi”, sambung Seto.
Kurang ajar sekali mereka ini. Dan Arman kelihatannya penasaran, lalu ia menaruh handycamnya.
“Aku juga ingin coba”, gumannya.
Ia mendekati payudaraku, dan setelah memberikan beberapa jilatan yang membuatku mau tak mau merasa terangsang, tiba tiba ia sudah mencucup puting susuku. Beberapa sedotan dilakukannya, sementara aku hanya bisa mendesah keenakan.
“Bos, susunya diremas”, kata Anto.
“Bisa tambah banyak keluarnya”, Seto menyambung.
Maka Arman menyedot puting susuku sambil meremasi payudaraku. Aku sedikit menggeliat kesakitan. Ia terus melakukannya sampai puas, sementara aku hanya bisa menggigil menahan nikmat.
“Susu yang enak, Diana”, kata Arman dengan nada puas.
“Nanti aku minta lagi”, sambungnya sambil kembali mengambil handycamnya.
“Lanjutkan”, perintah Arman pada Anto dan Seto.
Mereka berdua yang sudah melepaskan semua baju mereka hingga telanjang bulat selagi menunggu Arman mencicipi susuku. Mereka tentu saja kembali mengerubutiku dengan kesenangan.
Handycam itu kembali merekamku. Kini Anto dan Seto berniat memuaskan diri mereka sendiri, bisa terlihat dari mereka mengocok penis mereka sendiri untuk makin menegangkan ereksi penis mereka. Melihat ukuran penis mereka berdua ini, aku makin ngeri. Baik panjang maupun diameternya semuanya lebih dari ukuran milik Arman.
Aku berusaha mematikan semua perasaanku. Kini aku digumuli oleh dua kacung si Arman. Kedua pahaku dilebarkan oleh Anto. Aku masih terlalu lemas untuk mencoba menghindar.
Akibatnya, bless… kembali liang vaginaku tertusuk oleh sebatang penis.
Aku menggigit bibir, menahan segala perasaan malu dan sakit ini, air mataku terus mengalir. Handycam yang dipegang Arman terus menyorot ke arah vaginaku yang sedang dipompa oleh Anto. Mukaku rasanya panas sekali membayangkan aku sedang membintangi film porno amatir ini.
Perlahan Arman mengarahkan sorotan handycamnya ke arah tubuhku bagian atas, dan sempat berhenti agak lama ketika menyorot kedua payudaraku. Seto sempat meremasi kedua payudaraku dan semua itu disorot oleh Arman. Sementara itu tubuhku harus terus menggeliat karena menerima rangsangan dua orang sekaligus. Liang vaginaku dipompa dengan gencar oleh Anto sementara kedua payudaraku diremas dengan gemas oleh Seto. Aku sendiri antara mendesah keenakan dan merintih kesakitan. Liang vaginaku masih belum beradaptasi sepenuhnya dengan ukuran penis Anto, tapi sudah mendatangkan nikmat yang membuatku serasa melayang.
“Sudah… hentikaaan…”, aku mengerang dan mulai menggelepar, karena kurasakan liang vaginaku kembali ngilu dipompa segencar itu.
Anto sendiri kelihatannya sudah akan berejakulasi, tubuhnya bergetar hebat saat menggenjotku, dan tak lama kemudian ia mengerang panjang dan meneriakkan namaku, “Ooouuuhhh… bu Dianayy…”.
Tubuhnya berkelojotan di atasku, dan kurasakan penisnya berdenyut keras di dalam sana. Beberapa semprotan lahar panas kurasakan membasahi liang vaginaku, dan Arman segera bergerak ke tempat yang bagus untuk menyorotan handycamnya ke arah vaginaku. Kurasakan Anto mencabut penisnya perlahan, dan Arman terus menyorot daerah vaginaku, aku malu sekali. Gejolak yang sempat membuatku hampir orgasme kini mereda. Tapi gilanya, si Seto langsung bersiap menggilirku, ia sudah mengarahkan penisnya ke liang vaginaku. Aku memang tak bisa apa apa, hanya bisa menggigit bibir saat kurasakan liang vaginaku tertusuk oleh penisnya Seto. Hanya saja sekarang rasanya tak begitu sakit, dan setelah beberapa genjotan, Arman menyorot mukaku, karena si Anto sudah menempelkan penisnya ke mulutku.
“Diana, ayo kulum”, perintah Arman.
Aku hanya bisa menurut, toh aku sudah tak ada gunanya lagi membantah. Daripada aku mendapat tamparan atau siksaan lain, aku lebih baik mengikuti kemauan bedebah ini. Perlahan kubuka mulutku, dan penis Anto yang masih belepotan sperma dan cairan cintaku, menerjang masuk ke dalam mulutku. Rasanya amis dan asin, membuatku ingin muntah. Tapi aku berusaha tak memikirkan rasanya, dan ingin cepat menyelesaikan tugasku. Aku terus mengulum penis si Anto ini, kubersihkan cepat cepat dan kutelan semua sisa spermanya dan cairan cintaku sendiri. Anto yang sudah tak tahan mengerang panjang dan menarik penisnya dari mulutku.
Penderitaanku belum selesai.
“Buka mulutmu, Diana”, perintah Arman sambil menyorotkan handycamnya ke mulutku.
“Perlahan!”, perintahnya lagi.
Aku mulai membuka mulutku perlahan, dan Arman terus menyorot mulutku.
“Bagus”, katanya dengan puas.
Aku malu sekali, pasti aku terlihat layaknya seorang wanita nakal dalam handycam itu. Tak lama kemudian tubuhku terguncang guncang, rupanya Seto mulai menikmati liang vaginaku. Dengan bersemangat ia menggenjot liang vaginaku, sementara aku tak tahu bagaimana sekarang raut wajahku saat menahan malu dan nikmat dan disorot oleh handycam milik Arman. Panas sekali wajahku rasanya, untungya Arman kemudian ganti menyorot tubuhku bagian bawah. Kini aku tinggal memusatkan perhatianku pada si Seto.
Diam diam aku melakukan gerakan kegel, sejenis gerakan menahan buang air kecil, sambil pura pura merintih keenakan, supaya Seto cepat ejakulasi dan semua ini segera berakhir. Sesuai harapanku, tak lama kemudian Seto yang terangsang habis habisan, melolong lolong dan meneriakkan namaku.
“Aaaaarrrrghh… Bu Diana…”, jeritnya dan kemudian ia menarik penisnya, tentu saja setelah di dalam sana liang vaginaku dibasahi lahar panasnya.
Arman dengan giat terus menyorot liang vaginaku yang tentunya tak mampu menampung sperma kedua pemerkosaku ini. Jari tangannya ditusukkan ke liang vaginaku mengorek sisa sperma Anto dan Seto. Cerita seks abg bisa anda simak lainya di kumpulanceritaseru.info Seto sendiri segera beranjak ke arah wajahku, aku tahu ia hendak menagih jatah servis oral dariku.
Seperti tadi, Arman yang buru buru mengarahkan handycamnya ke wajahku memberikan instruksi instruksi padaku hingga membuatku kembali terlihat seperti pelacur. Tapi aku hanya bisa menurutinya, walaupun dengan hati pedih.
Setelah semua selesai, Arman mematikan handycamnya.
“Arman, sudah, lepaskan aku… please”, aku memohon.
Tapi Arman tak menjawab, malah ia dengan bernafsu melihat ke arah payudaraku.
Aku langsung tersadar dan teringat keinginan Arman tadi, yaitu ingin merasakan air susuku lagi.
Dan memang benar, Arman segera melumat puting susuku, ia menyedot susuku sepuas puasnya. Aku mendesah keenakan, memang rasanya nikmat sekaligus amat merangsangku. Aku menggigit bibir, apalagi Anto ikutan melakukan hal yang sama pada puting susuku yang sebelah. Kini dua orang dewasa menyusu pada kedua payudaraku seperti bayi, dan aku hanya bisa memejamkan mata berharap mereka segera selesai.
Aku melamunkan suamiku… maafkan aku Albert… aku bahkan sempat orgasme ketika diperkosa adikmu…
Tak terasa sampai si Seto juga sudah puas menyusu, dan akhirnya ikatanku dilepaskan. Lega rasanya, walaupun terasa sakit pada bekas ikatan di kedua pergelangan tanganku. Aku duduk dan mengurut kedua pergelangan tanganku, dan aku memandang Arman dengan benci sekaligus takut, karena dengan rekaman handycam itu, ia pasti akan menggunakannya untuk mengancamku agar menurutinya kelak kalau ia menginginkan tubuhku lagi. Ia tersenyum dengan penuh kemenangan ketika bersama dua kacungnya melihat hasil rekaman film porno tadi.
Aku malu sekali, dan aku mencari cari pakaian luarku yang ternyata berserakan tak jauh dari tempat aku digangbang tadi.
“Sudah puas kalian?”, bentakku dengan jengkel dan menahan tangis.
Aku memakai pakaianku tanpa bra dan celana dalam. Keduanya memang sudah tak bisa aku pakai karena tadi direnggut paksa dari tubuhku hingga robek. Mereka tertawa tawa dan beberapa saat lamanya mereka menonton rekaman pemerkosaan terhadap diriku, kemudian Arman mematikan handycamnya. Ia menghampiriku dan tiba tiba melumat bibirku.
Aku menarik wajahku ke belakang untuk melepaskan diri dari ciumannya, lalu aku menamparnya, keras sekali.
“Bajingan kamu Arman! Kamu tega sekali melakukan ini semua… sekarang antarkan aku pulang!”, kataku lirih, sambil menangis.
Arman mengelus pipinya yang baru kutampar keras itu dan memandangku dengan aneh. Aku bergidik ditatap oleh Arman seperti itu. Lalu Arman melangkah ke arah luar diikuti oleh kedua kacungnya. Aku mengikuti mereka, dan dengan tegang aku masuk ke dalam mobil Kijang Innova pembawa petaka itu. Aku duduk di kursi penumpang depan, Arman yang menyetir, sementara Anto dan Seto duduk di belakang.
Dalam perjalanan, kami semua diam, sedangkan aku sendiri dalam ketegangan yang luar biasa, karena aku berada semobil dengan para pemerkosaku. Tapi untungnya mereka tak melecehkanku lebih lanjut, dan mobil sialan ini mengarah ke rumahku.
Ketika aku turun dari mobil, aku mendengar Arman berkata, “Diana, sampai ketemu lagi, kapan kapan kita main main lagi ya”.
Dengan muak aku membanting pintu mobil, dan aku segera masuk ke dalam rumah sambil menahan tangis.
Aku segera melihat anakku. Agak lega melihatnya masih tertidur pulas.
Aku segera mandi dan keramas, membersihkan tubuhku yang sudah ternoda oleh adik iparku yang bejat itu, yang tega menyerahkanku pada dua kacungnya. Aku memang rindu bermain cinta, tapi itu adalah dengan suamiku sendiri, bukan dengan Arman, bukan dengan mereka ini. Apalagi diperkosa seperti tadi, sakit sekali hatiku rasanya. Tanpa sadar aku kembali menangis.
Aku tahu hari ini adalah hari pertama aku mengalami penghinaan seperti ini, dan ini bukan hari terakhir.
Terbukti dua hari kemudian, aku mendapat kiriman DVD dari Arman, yang berisi rekaman pemerkosaan terhadap diriku oleh dua kacungnya itu, dengan sebuah surat bertuliskan “Diana, lain kali kita bermain tanpa ikatan pada kedua tanganmu… kamu pasti akan lebih menikmatinya”. Asik kan cerita seks diatas semoga menghibur kita semua sambil ngocok kontol.
Cerita panas seru dewasa lengkap dan terbaru cerita gigit puting cerita ngocok contoh kisah perkosaan yang nikmat tertipu tapi nikmat anakku memperkosaku ngocok di depan tante gigit puting pacar Cerita sex Gigit puting ngocok kontol anakku cerita dewasa puting cerita seru ngocok Cerita ngocok kontol pacar cerita gigit pentil contoh cerita gigit puting cerita seks gigit puting Ngocok kontol pacar Cerita menyusui pacar cerita sex puting kumpulan cerita ngocok gigit pentil hanya di kumpulanceritaseru.info dan masih banyak lagi Cerita seks seru terbaru lainya yang sesuai keinginanmu.
Langganan:
Postingan (Atom)
Mengenai Saya
Arsip Blog
-
▼
2012
(114)
-
▼
November
(50)
- Admin Unit Untuk Semua
- Mencicipi Pacar Teman
- Ngentot Adik Di Kamar Mandi
- Nafsu birahi Ibu dan Adikku
- Merasakan Meki Keponaanku Dan Temanya
- Tertipu Tapi Nikmat
- Tubuhku Hancur Di Meja Judi
- Klimaks Dengan Suster
- Ngeseks Sehabis Ngegym
- Janda Kembang Ngakang
- Gairah Birahi Stw Karir
- Ketika Wanita Alim Di Cabuli
- Ngeseks Digoa Saat Menstruasi
- Vagina Janda Rasa Perawan
- Adegan Seks Saat Audisi Bintang Baru
- Inilah Cerita Sang Pemerkosa Spesialis
- Pelajaran Biologi Ngesex Di SMA
- Pak Polisi Muda Yang Tampan Dan Menggairahkan
- Ngentot Tante Anis
- Zaskia Sungkar Masturabasi
- Cerita Sex Pemorkosaan DiPenjara
- Ternyata Aku Punya Kelainan Sex
- Cerita Seks Nikmatnya Tubuh Perawan
- Cerita Seru Amel Pelayan Toko
- Cerita Sex Ngentot Di Sekolah
- Pesta Mesum Murid Baru SMU Montok
- Nikmatnya Tubuh Adik Sepupuku Cantik
- Cerita Ngewe Genk SMA
- Cerita Dewasa Selingkuh Pertamaku
- temen kecil w
- Pesta Sex Suami Istri di Diskotik
- Pengalaman SEX PERTAMAKU Dengan Teman sepermainan
- bercinta dengan sahabat istriku
- Bercinta dengan tunangan orang
- rumahku surga dan nerakaku
- bisnis gratis sekalian nyari teman kencan
- mama tiriku adalah guru seks ku
- jilat jilatan ama nyokap
- ngentot dengan teman suami ku
- adikku sangat memuaskan
- Cerita Dewasa Sedarah Dengan Adik Iparku
- gara-gara ranjang yang kesempitan
- mama tiriku adalah guru seks ku
- bukti sayang fenny ke papa
- Cerita mesum Agen Model Terkutuk
- Bercinta dengan Adik Ipar
- tanteku seksi sekali
- Menikmati Istri Teman Rame – Rame
- hadiah ulang tahun dari mamaku
- adik yg seksi
-
▼
November
(50)