Pertama kali aku ingin mengenalkan diriku sebagai Caroline. Aku sekarang
ingin menceritakan pengalaman pertamaku sehingga aku menjadi menyukai berhubungan seks dengan laki-laki
yang lebih tua 10-15 tahun dariku. Aku adalah seorang wanita yang
berusia 20 tahun di tahun 2000 ini. Ibuku adalah asli orang Indonesia
karena dia dilahirkan di Bandung sedangkan ayahku adalah pendatang dari
Shanghai sehingga aku bisa berkomunikasi dalam banyak bahasa dan logat
termasuk bahasa Mandarin dan bahasa Sunda. Aku boleh berbangga karena
banyak sekali cowok-cowok di kampusku yang mengejarku bahkan ada yang
terang-terangan ingin menjadikanku sebagai pacar mereka mungkin
disebabkan karena wajahku yang seperti campuran Cecilia Cheung (mesti nonton FLY TO POLARIS jika ingin tahu siapa dia)
dan almarhum Nike Ardilla, tetapi aku menolak mereka karena aku ingin
menuruti semua perintah orang tuaku untuk memilih kuliah daripada
pacaran.
Di antara ayah dan ibuku, aku sangat mengagumi ayahku karena dia
termasuk orang yang gigih bekerja dari situasi yang tidak memiliki
apa-apa menjadi seseorang yang bisa dianggap cukup kaya dan mewah. Tentu
saja, aku sebagai anaknya bahagia dan salut kepada jiwa pantang
menyerah ayahku itu. Hal ini membuatku menjadi semakin akrab dan
menumbuhkan keinginan untuk mencari kekasih seperti ayahku. Mungkin hal
ini pula yang membuatku tetap single karena tidak ada laki-laki di
kampusku yang seperti dia. Sejujurnya rata-rata laki-laki di kampusku di
Universitas **** (edited) yang aku kenal tidak mempunyai prinsip
pemikiran masa depan bahkan ada beberapa dari mereka lebih menyukai
kenikmatan Narkoba yang membuatku menjadi benci dengan mereka.
Pada suatu hari menjelang hari raya, ibuku pergi bersama temannya untuk
pergi keluar negeri dan aku hanya di rumah bersama ayahku (oh ya,
sebelum aku lupa, kami sekeluarga memiliki agama yang berbeda dan aku
sendiri tidak tahu bagaimana bisa terjadi). Sebelum pergi ke luar
negeri, ibuku menyuruh ayahku untuk menjagaku dan dirinya sendiri.
Setelah kepergian ibuku ke luar negeri bersama temannya, ayahku menjadi
lebih sering mengurung diri dan dia jarang sekali keluar rumah sampai
suatu ketika, aku iseng-iseng mengintip kegiatannya sehingga terjadi hal
yang indah tersebut. Suatu sore, aku curiga sama ayahku karena selama
seharian dia tidak keluar dari kamarnya dan aku takut terjadi apa-apa
dengannya, sehingga aku memutuskan untuk mengintip dari pintu kamarnya.
Ketika aku membuka pintu itu sedikit demi sedikit, aku sempat terbengong
ketika mendengar dan melihat ayahku sedang menonton Blue Film dengan
posisi setengah telanjang. Kulihat dengan jelas bahwa ayahku sedang
mengocok dengan penuh ritme kemaluannya yang tidak begitu terlihat
olehku karena dia sedang membelakangiku.
Desahan ayahku yang bercampur oleh suara TV membuatku mengalami perasaan
gelisah (mungkin aku menjadi terangsang barangkali ya) sehingga pintu
menjadi terbuka lebar dan ayahku cepat-cepat menghentikan aksinya dan
mematikan TV. Dia sempat marah karena aku mengganggu aktifitasnya. Aku
merasa bersalah dan aku menanyakan apa yang bisa kuperbuat untuknya.
Akhirnya dia menjawab bahwa aku mesti dihukum dengan menuruti kemauannya
dan aku tentu saja menolaknya karena bagaimanapun dia adalah ayah
kandungku. Melihat penolakanku, ayahku tampaknya kesal dan hanya
mencuekiku saja dan kembali menonton film itu tanpa peduli bahwa anaknya
satu-satunya berada di dekatnya.
Selama film itu berlangsung, aku hanya diam saja dan aku tampaknya sudah
terbuai dengan film itu karena aku sempat menelan ludahku berkali-kali
dan aku merasakan celana dalamku sudah basah oleh cairan kewanitaanku
apalagi disaat aku kembali melihat ayahku mengocok kemaluannya yang
semakin lama semakin besar. Entah setan dari mana, aku tiba-tiba saja
memeluknya dari samping dan menempelkan payudaraku di tangannya. Ayahku
berhenti dan memandangku, dia tidak menolak, tidak berkomentar apapun.
Dari dekat wajahnya sudah tampak guratan-guratan kulit tuanya, dihiasi
kumis yang mulai tampak uban satu dua. Tampaknya beliau salah tingkah
harus bersikap apa, aku kan anaknya.
Beliau tampak memandangiku dan perlahan-lahan menggerakkan tangannya
menjamah payudaraku dan meremasnya perlahan sekali. Aku jadi agak risih,
meskipun tidak menolak juga. Dia menangkupkan telapak tangannya di
gunung itu dan menekannya sambil meremasnya. Caranya agak lain tetapi
entah kenapa aku merasakan sesuatu yang lain yang mulai mengaliri
tubuhku.
Untuk orang seumur ayahku kemaluannya mungkin terlihat masih kokoh.
Panjangnya mungkin sekitar 17 atau 18 cm, agak tebal kulitnya, terus ada
urat besar di sisi kiri dan kanan yang terlihat seperti ada cacing di
dalam kulitnya. Kepala batangnya tampak kompak (ini istilahku!), penuh
dan agak berkerut-kerut. Garis lubangnya tampak seperti luka irisan di
kepala kemaluannya. Aku memegangnya perlahan, terasa ada sedikit kedutan
terutama di bagian uratnya. Lingkaran genggamanku tampak tak tersisa
memenuhi lingkaran batangnya. Ternyata beliau memang hebat meski sudah
berumur. Aku mulai menggerakkan tanganku mengocok batangnya itu, saat
itu yang terpikir segeralah beliau ejakulasi terus menyelesaikan urusan
lainnya.
Eh tidak tahunya setelah beberapa lama, ayahku bangkit dan mendorongku
perlahan-lahan sehingga berbaring di ranjang. Beliau bangkit dan
mengunci pintu. Aduh jangan.. jangan.. Entah terpengaruh apa, aku sudah
tidak ingat lagi batasnya. Ayahku perlahan-lahan menggerayangi tubuhku
dimulai dari payudaraku. Beliau menarik kaos ketat dan bra-ku ke atas
sehingga berada di atas gundukan payudaraku yang menyebabkan payudaraku
terlepas dan tanpa perlindungan. Jemarinya mulai meremas-remas
payudaraku dan memilin-milin putingnya. Saat itu separuh tubuhku masih
belum total terhanyut tetapi ternyata ayahku jagoan juga dan mungkin
karena alasan ini ibuku menyayanginya. Dalam waktu mungkin kurang dari
10 menit aku mulai mengeluarkan suara mendesis yang tak bisa kutahan.
Kulihat dia tersenyum. Dan menghentikan aktivitasnya. Tiba-tiba aku
merasakan sabuk celanaku dibuka. Belum selesai berpikir aku merasakan
hawa dingin AC di kulit pahaku yang artinya celanaku telah lepas.
Beberapa saat kemudian aku merasakan tarikan lembut di pahaku yang
berarti celana dalamku pun telah dilepas. Aku masih terhanyut oleh rasa
nikmat dari ayahku di payudaraku tadi dan tak tahu harus bagaimana.
Tiba-tiba aku merasakan sepasang jemari menjembeng (membuka ke kiri dan ke kanan) bibir-bibir
kemaluanku. Dan yang dahsyat lagi aku merasakan sebuah benda tumpul
dari daging mendesak di tengah-tengah bentangan bibir itu. Aku mulai
sedikit panik karena tidak mengira akan sejauh ini tetapi tentu saja aku
tidak bisa berbuat apa-apa karena aku sendiri yang memulainya tadi dan
juga aku sangat mengagumi ayahku dan sangat menyayanginya. Sementara itu
batang kemaluan ayah kandungku mulai mendesak masuk dengan mantap.
Untuk orang seusia dia, boleh juga. Aku mulai merasakan perasaan penuh
di kemaluanku dan semakin penuh seiring dengan semakin dalamnya batang
itu masuk ke dalam liangnya. Sedikit suara lenguhan kudengarkan dari
beliau ketika seluruh batang itu amblas masuk.
Aku sendiri tidak mengira batang sebesar dan sepanjang tadi bisa masuk
seluruhnya. Rasanya seperti terganjal dan untuk menggerakkan kaki saja
rasanya agak susah. Sesaat keherananku yang sama muncul ketika melihat
film biru dimana adegannya seorang cewek berada di atas cowoknya dan
bisa bergerak naik turun dengan cepat. Padahal ketika seluruh batang
kemaluan itu masuk, bergerak sedikit saja terasa aneh bagiku. Beberapa
saat kemudian ayahku mulai menarik perlahan batang kemaluannya dan aku
merasakan gesekan yang terasa agak geli di dinding lubangku. Sedikit
demi sedikit aku mulai merasa nyaman. Beliau terus bergerak dan sayang
belum sampai 10 gerakan tusuk dan tarik, beliau menarik batang
kemaluannya dan mengocoknya sendiri dan mengarahkannya ke meja yang
tidak jauh dari ranjangnya. Sementara aku sendiri masih dalam kondisi
menggantung, ketika semprotan-semprotan ganas itu terlontar seperti
semprotan pemadam kebakaran. Ayahku tampak melenguh-lenguh tertahan
ketika dari ujung kemaluannya menyemprot-nyemprotkan tak kurang dari 8
kali semprotan cairan putih kental, padahal tangannya hanya bergerak
mengocok sekali untuk dua kali semprotan. Tampak dahsyat sekali yang
dialami ayahku. Sementara aku sendiri betul-betul masih menggantung,
posisiku bahkan belum berubah, mengangkang di ranjang, sehingga dari
sebelah meja kerja ayahku pastilah selangkanganku tampak terlihat jelas.
Ayahku duduk di ranjang di depanku sambil memegangi kepala kemaluannya
yang tampak memerah. Diliriknya selangkanganku terus di rebahkannya
dirinya di sana. Beberapa saat berlalu. Tiba-tiba di tengah
kegamanganku, kesadaran moralku muncul. Aku bangkit dan mengambil
pakaianku, memakainya cepat-cepat, merapikan rambut, terus duduk
menunduk. Dan berucap, "Aku minta maaf Pi, aku nggak sengaja!" Ayahku
hanya tersenyum kepadaku dan langsung menjawab ucapanku tadi, "Bantuin
aku membersihkan ini, ya!" dia mengambil kain dan tissue dan mulai
membersihkan sisa-sisa di atas meja dan sofa tadi. Aku mengambil tissue
dan mulai ikut membersihkan, sekali aku memandanginya dan tanpa sadar
beliau memandang balik dan kami saling berpandangan beberapa lama.
Setelah bersih aku berniat keluar kamarnya untuk mandi. Entah kenapa,
dia membukakan pintu, dan sebelumnya dia membisikkan kata-kata ini.
"Terima kasih anakku sayang, maaf Papi terlalu cepat, mungkin habis kamu
mandi aku bisa memperbaikinya, kamu mandi dulu gih dan Papi juga mau
mandi nih." Hahh.. habis mandi? Ya.. ampun..! Masih dengan perasaan
menggantung, aku berjalan menyusuri ruang tengah itu dan menuruni tangga
untuk menuju ke kamar mandi untuk mandi. Setiap gerak langkah kakiku
menggesekkan perasaan geli dan entah apa yang membuatku kadang-kadang
menggelinjang sendiri. Mungkin karena sebenarnya aku pun menyimpan
keinginan itu di bawah sadar sehingga -sama seperti ayahku- ketika ada
penyaluran yang dibutuhkan adalah penyaluran total.
Ketika aku mandi, terlupakan sudah perasaan menggantung tadi, meskipun
kadang-kadang kalau secara tidak sengaja saat mandi, menyabuni
selangkanganku terasa begitu nyaman. Tiba-tiba saja rasa was-was muncul
di hatiku, jangan-jangan aku mengidap kelainan (maksudku ayahku kan
hampir 20 tahun lebih tua dariku, dan aku bernafsu padanya!). Atau
mungkin hanya karena 'itunya' Ayahku yang tampak mempesona apalagi aku
baru pertama kali merasakan kemaluan laki-laki (aku kehilangan perawan
ketika waktu aku masih kecil karena aku suka sekali naik sepeda dan aku
pernah jatuh dari sepeda sehingga hal ini merusak perawanku dan itu
mungkin kenapa aku tidak mengeluarkan darah perawan ketika berhubungan
dengan ayahku). Sampai suatu saat aku merasakan beberapa jemari meraba
payudara dan paha bagian dalamku. Aku segera tersadar tapi ayahku telah
merangkul anak kandungnya sendiri secara erat dari belakang. Entah
bagaimana aku telah berada di pangkuannya di atas toilet bowl. Pantatku
terasa sedang menduduki sesuatu yang keras.
Sementara tangan satunya sedang mengelus bagian paha dalamku hanya
sekian centimeter dari area kemaluanku. "Pi.. jangan.. Tolong.. Pi!"
Entah bagaimana kedengarannya kalimatku tadi, bernada menolak atau malah
terhanyut. Yang pasti sentuhan di kedua titik tererotis dari tubuhku
itu, seperti mengalirkan daya penghanyut yang dahsyat. Jadi sementara
sebagian akalku menolak perbuatan papiku itu, seluruh tubuhku yang lain
mulai terhanyut total. Ketika dari bibirku keluar kalimat-kalimat
penolakan dan tanganku mulai bergerak memberontak, seluruh bagian yang
tubuh yang lain malah pasrah dan terutama pahaku yang mulai terasa
kesemutan mengiringi rasa seperti ingin kencing dari selangkanganku
setiap kali jemari papiku menyapu seluruh permukaan kemaluanku yang
tertutup oleh bulu-bulu pubic-ku yang banyak dan halus.
Akhirnya kira-kira seperempat jam kemudian seluruh tubuhku hanyut luruh,
bahkan dari bibirku keluar suara mendesis dan rengekan manja setiap
kali ayahku berbuat sesuatu di bagian tubuhku tadi. Mungkin kelebihan
dari mereka yang telah berumur seperti ayahku di antaranya ialah
kesabarannya dalam melakukan seluruh proses hubungan intim, tidak asal
ingin segera menyelipkan itunya saja seperti kebanyakan anak-anak muda
dan hal ini yang akhirnya membuat saya menjadi tergila-gila bersenggama
dengan orang yang berusia seperti ayahku. Aku menyandarkan punggungku di
atas dadanya. Sementara itu terasa bagiku sebuah silinder panjang,
keras dan hangat, berdenyut-denyut di antara kedua bongkahan pantatku.
Ayahku menghentikan aktivitasnya dan berbisik lagi, "Kita ke kamar saja
ya!" Beliau mendorongku berdiri dan merangkulku, terus menuntunku masuk
ke dalam kamarku yang letaknya bersebelahan kamar mandi itu. Aku seperti
tak berdaya mengikuti apa saja yang dilakukannya. Ada dorongan yang
sangat kuat mengalahkan segala energi penolakanku. Dibaringkannya aku
ditepi ranjang, separuh paha dan kakiku masih terjuntai di lantai
sehingga hanya punggung sampai pantat saja yang berbaring di ranjang.
Entah bagaimana rasanya laki-laki melihat seorang wanita telanjang bulat
dalam keadaan pasrah (siap disenggamai) berbaring dalam posisi seperti
posisiku saat itu? Yang pasti aku melihat Ayahku seperti tertegun
beberapa saat memandangiku. "Kamu memang sempurna anakku sayang." Aku
melihat beliau melepas kaos oblongnya sehingga dapat kulihat tubuh
ceking putih itu. Dalam keadaan seperti itu kulihat bahwa dari balik
celana pendeknya tampak kemaluannya sudah menegang terlihat dari
mencuatnya batangnya itu sehingga terlihat menonjol. Kemudian dibukanya
juga celana pendeknya itu sehingga terlihat ayunan batang panjang dan
besar itu tampak memerah kepalanya tegak mengacung ke depan di antara
kedua pahanya yang ceking.
"Pii.." aku bahkan tidak tahu memanggilnya untuk apa. Sambil berlutut
mendekatkan tubuhnya di antara pahaku, ayahku berbisik, "Sstt.. kamu
diam saja, nikmati saja!" katanya sambil dengan kedua tangannya membuka
pahaku sehingga selangkanganku terkuak tepat menghadap pinggulnya karena
ranjangnya itu tidak terlalu tinggi. Itu juga berarti bahwa sekian saat
lagi akan ada sesuatu yang akan menempel di permukaan kemaluanku. Benar
saja, aku merasakan sebuah benda tumpul menempel tepat di permukaan
kemaluanku. Tidak langsung diselipkan di ujung lubangnya, tetapi hanya
digesek-gesekkan di seluruh permukaan bibirnya, membuat bibir-bibir
kemaluanku terasa monyong-monyong kesana kemari mengikuti arah gerakan
kepala kemaluannya. Tetapi pengaruh yang lebih besar ialah aku merasakan
rasa nikmat yang benar-benar bergerak cepat di sekujur tubuhku dimulai
dari titik gesekan itu. Beberapa saat ayahku melakukan itu, cukup untuk
membuat tanganku meraih tangannya dan pahaku terangkat menjepit
pinggulnya. Aku benar-benar menanti puncak permainannya.
Ayahku menghentikan aktivitasnya itu dan menempelkan kepala kemaluannya
tepat di antara bibir labia mayora-ku dan terasa bagiku tepat di ambang
lubang kemaluanku. Aku benar-benar menanti tusukannya. Oh.. God..
please! Tidak ada siksaan yang lebih membuat wanita menderita selain
dalam kondisiku itu. Yang wanita dan yang sudah pernah melakukan
senggama dan menikmatinya, pasti setuju, ya nggak! Akhirnya ayahku
benar-benar mendorongkan pinggulnya mendorong terkuaknya lubang
kemaluanku oleh batang kemaluannya. Sedikit demi sedikit aku merasakan
terisinya ruangan dalam liang kemaluanku. Aku benar-benar tergial ketika
merasakan kepala kemaluannya mulai melalui area G-spot-ku, diikuti oleh
gesekan dari urat-urat batangnya setelahnya. Aku hanya mengangkang
merasakan desakan pinggul ayahku membuka pahaku lebih lebar lagi.
"Papi..!" lagi-lagi hanya kata itu yang terucap dari bibirku. Sedikit
bergetar aku ketika mengucapkannya. Saat itu seluruh batang kemaluan
ayahku telah amblas masuk seluruhnya di dalam liang kemaluanku. Tanpa
sengaja aku terkejang seperti menahan kencing sehingga akibatnya seperti
meremas batang kemaluan ayahku.
Beliau bahkan belum lagi bergerak. "Aduhh.. Caroline sayang.. kamu..
hebat sekali!" Ayahku ikutan menegang, mungkin akibat kejangan tadi.
Beliau mencengkeramkan kedua tangannya di pinggulku, terasa sedikit
kukunya di ujung kulitku. Tapi itu hanya rasa yang kecil saja
dibandingkan apa yang terjadi tepat di tengah-tengah tubuhku saat itu.
Kakiku masih menjuntai di lantai karpet kamarnya itu. Tanganku memegangi
lengannya yang mencengkeram pinggulku. Aku mencakarnya ketika beliau
menarik kemaluannya dan belum sampai tiga perempat panjangnya kemudian
menghunjamkannya lagi dengan kuat. Aku nyaris menjerit menahan lonjakan
rasa nikmat yang disiramkannya secara tiba-tiba itu.
Begitulah beberapa kali ayahku melakukan hujaman-hujaman ke dalam liang
terdalamku tersebut. Setiap kali hujaman seperti menyiramkan rasa nikmat
yang amat banyak ke tubuhku. Aku begitu terangsang dan semakin
terangsang seiring dengan semakin seringnya permukaan dinding lubang
kemaluanku menerima gesekan-gesekan dari urat-urat batang kemaluan
ayahku yang seperti akar-akar beringin yang menjalar-jalar itu. Mungkin
karena tenaganya yang mungkin sudah tidak sekuat masa mudanya. Biasanya
kalau orang bersenggama itu semakin lama semakin cepat gerakannya,
ayahku malah semakin melambat sampai pada sebuah irama gerakan yang
konstan tidak cepat dan tidak lambat. Tapi anehnya justru bagiku aku
semakin bisa merasakan setiap milimeter permukaan kulit kemaluannya.
Pada tahap ini, seperti sebuah tahap ancang-ancang menuju ke sebuah
ledakan yang hebat, aku merasakan pahaku mulai seperti mati rasa seiring
dengan semakin membengkaknya rasa nikmat di area selangkanganku.
Aku mulai mengejang, kedua tanganku meremas-remas lengannya sesekali
mencakarnya, disertai jatuhnya tetesan keringat di dada dan perutku. Aku
mulai tidak terkontrol lagi, suaraku terdengar keras sekali. Aku tak
perduli lagi. Aku mulai secara tak sadar seperti memerintah ayahku.
"Cepatlah.. hh.. Papi.. Caroline sayang sama Papii!" sambil berkata
demikian aku bangkit dari berbaringku dan menjepit pinggul ayahku dengan
kedua pahaku sementara betisku kuangkat. Aku meraih pinggul ayahku dan
menggerak-gerakkannya secara kasar. Ayahku seperti kedodoran menanganiku
saat itu, beliau terengah-engah mengikuti gerakan tanganku di
pinggulnya. Tapi seperti kuceritakan di atas, beliau luar biasa sekali
saat itu. Bayangkan ini sudah hampir 20 menit, beliau terus bergerak
kontinyu sampai pada suatu titik, "Ahh.. Pii.. hh.." (aku tidak bisa
bercerita lagi pada bagian ini, kakiku mengejang, pinggulku terasa
kesemutan rasa nikmat, nafasku memburu cepat, detak jantungku terasa
cepat sekali, sementara di bawah sana aku terus merasakan
gesekan-gesekan kuat dan mantap dari ayahku).
Ketika usai, aku masih berbaring di ranjang tetap dengan posisi seperti
tadi, tapi kali ini lemas sekali. Lemas yang sangat melegakan tubuhku,
seperti separuh tubuhku telah menguap. Aku memandangi langit-langit dan
masih tetap belum bisa berpikir jernih. Tiba-tiba aku mendengar bisikan
dan sentuhan kulit basah di sampingku. "Caroline anakku, bantuin Papi
ya.. menyelesaikan ini!" Aku melirik ke samping dan yang pertama kulihat
sebuah batang mengkilat yang tegak mengacung ke atas, separuh
pangkalnya tergenggam oleh tangan keriput ayahku. Beliau berbaring tepat
di sampingku dan kelihatannya masih belum ejakulasi. Gila apa ini?
Ayahku menarik tangan kiriku dan menggenggamkannya di batang kemaluannya
itu dan mengarahkannya untuk menggerak-gerakkan kocokan. Aku mengikuti
saja, tubuhku masih lemas sekali termasuk kedua tanganku. Jadi
kugerakkan saja sekuat tenaga tangan kiriku menggerak-gerakkan kocokan
dengan tangan kiri, pandanganku masih ke atas langit-langit. Aku tidak
perduli, pokoknya aku seperti menggerakkannya dengan cepat, hingga tak
berapa lama kemudian, aku merasakan raupan tangan di dadaku, dan
beberapa saat kemudian suara erangan disertai tetesan cairan hangat dan
lengket di perut dan seluruh dadaku. Sementara itu di telapak tangan
kiriku aku merasakan seperti pompaan-pompaan cepat dan kuat yang
mengalir dengan cepat dari dalam tubuh ayahku keluar dengan kuat dari
ujung lubang batang kemaluannya yang karena gerakanku mengocok,
mengarahkan semprotan ke atas dan jatuh di atas tubuhku. Sensasi dari
rasa hangatnya aku rasakan di seluruh kulit tubuhku, diperkuat dengan
suara erangan tua dari mulutnya.
Setelah ia klimaks, kami akhirnya sama-sama tertidur dan saya tertidur
di atas dadanya yang masih bidang, sungguh pengalaman yang tidak
terlupakan. Kami akhirnya selalu melakukan perbuatan itu sampai sekarang
apalagi mamiku masih berada di luar negeri sekarang jadinya kita bebas
melakukannya. Papi, jika papi baca ini, Caroline sayang papi.
Cerita Seks Terbaru Dan Terpanas Sepanjang Masa, silahkan Menikmati dan sebarkan Temen temen beceker,,,
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengenai Saya
Arsip Blog
-
▼
2013
(23)
-
▼
Januari
(23)
- Cerita Dewasa – Kepuasan Kita
- Cerita Sex – Sex dengan Dia
- Cerita Sex & Dewasa – Ibu dan Anak
- Cerita Sex – Hasrat Pengajar Sex
- Cerita Sex – Wanita Seksi | Long Story
- Cerita Sex – Kembar Sex Gairah Muda
- Cerita Sex & Dewasa – Sex dengan Si Asing
- Cerita Dewasa || Pesta Seks Bersama Tante Sexy Dan...
- tips triks blakberry, rahasia blackberry, semua te...
- cd#BB'additc
- aku dicicipi suamiku
- anak gelandangan
- bocah sd vs cewek sma
- gara-gara taruhan
- bibiku cintaku
- aku menghamili tante ku
- untuk keponakanku tersayang
- maya.. adek ipar yang cantik
- Lia & Mama
- pelajaran seks dari mama dan papa
- bersama mama ditaman
- Kisah Seks Sedarah,Ayah dan Anak
- bersetubuh dengan adik gw yg nikmat
-
▼
Januari
(23)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar